BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan
adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam,
dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur
dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk
kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan
tersebut dalam hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuan
akhir. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara
sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan
rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari
segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat
diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu
melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami
sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui
pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan
pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain.
Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses
perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari
induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab
filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia.
Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia,
pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan
Filosofis Tentang Tujuan Pendidikan
Menurut
Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Tujuan pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai sasaran yang hendak dicapai dalam suatu proses bimbingan atau pimpinan
secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta
didik.
Adapun
konsep tujuan pendidikan islam adalah perubahan yang di inginkan dan diupayakan
oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada
tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan
masyarakat dan pada alam sekitar dimana individu itu hidup, atau pada proses
pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi
diantara profesi-profesi dalam masyarakat.[1]
Ada
yang memerinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem klasifikasi)
yang terutama meliputi :
1. Pembinaan
Kepribadian (nilai
Formil).
· sikap
(attidu)
· daya
pikir praktis rasional
· obyektifitas
· loyalitas
kepada bangsa dan ideologi
· sadar
nilai-nilai moral dan moral
2. pembinaan
aspek pengetahuan (nilai materiil), yaitu materi ilmu itu sendiri
3. pembinaan
aspek kecakapan, ketrampilan (skill)
nilai-nilai praktis.
4. Pembinaan
jasmani yang sehat.[2]
Menurut
Hasan Langgulung tujuan-tujuan pendidikan agama harus mampu mengakomodasikan
tiga fungsi utama dari agama, yaitu: fungsi
spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman; fungsi psikologis yang mengangkat
derajat manusia ke derajat yang lebih sempurna; fungsi sosial yang berkaitan dengan
aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat.[3]
B. Tinjauan
Filsofis Tentang
Konsep Pendidik
Pendidik dalam
perspektif pendidikan islam dapat dipahami sebagai orang yang bertanggung
jawab terhadap upaya perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia
mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaanya
sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.
Adapun
pendidik dalam kaitanya dengan pendidikan terhadap orang lain pada garis
besarnya dapat dikategorikan kedalam orang tua, guru dan masyarakat.
1. Orang
tua
2. Guru
Jika
kita mencoba mengikuti petunjuk al-Qur’an, akan dijumpai informasi bahwa yang
menjadi pendidik itu secara garis besarnya ada empat, yaitu:
1.
Allah SWT, sebagai guru
Allah menginginkan umat manusia menjadi baik dan bahagia hidup di dunia dan di
akhirat.
2.
Nabi Muhammad SAW,
Allah meminta beliau agar membina masyarakat dengan perintah berda’wah.
3.
Kedua orang tua, secara
moral dan teologis merekalah yang diserahi tangungjawab mendidik anaknya.
4.
Orang lain/guru.
Karakteristik
Pendidik menurut Muhammad Athiyah
al-Abrasy menyebutkan tujuh sifat yang harus dimiliki guru, yaitu:
1.
Seorang guru harus
memiliki sifat zuhud.
2.
Seorang guru harus
memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk.
3.
Seorang guru harus
ikhlas dalam melaksanakan tugasnya.
4.
Seorang guru juga harus
bersifat pemaaf terhadap muridnya.
5.
Seorang guru harus
dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak sebelum ia menjadi seorang
guru.
6.
Seorang guru harus
mengetahui bakat, tabiat, dan watak murid-muridnya.
7.
Seorang guru harus
menguasai bidang studi yang akan diajarkannya.[5]
C. Tinjauan
Filosofis Tentang
Peserta Didik
Peserta
didik merupakan subyek atau obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang
lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang
dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi yang dimiliki oleh
peserta didik tidak akan mampu dikembangkan secara optimal tanpa bantuan dari
pendidik.
Oleh
karena itu, perlu diketahui tentang hakikat peserta didik dan implikasinya
dalam pendidikan, yaitu :
1. Peserta
didik bukanlah miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri.
2. Peserta
didik adalah manusia yang memiliki deferensiasi periodisasi perkembangan dan
pertumbuhan.
3. Peserta
didik adalah manusia yang memilki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan
jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
4. Peserta
didik adalah makhluk Allah yang memilki perbedaan individu (differensiasi individual), baik yang
disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
5. Peserta
didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
6. Peserta
didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah)
yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Agar
pelaksanan pendidikan islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan
diharapkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan
kewajibanya.[6]
Selanjutnya Asma Hasan Fahmi
menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu:
1.
Seorang anak didik
harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut
ilmu.
2.
Seorang anak didik
harus mempunnyai tujuan menuntut ilmu.
3.
Seorang anak didik
harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
4.
Seorang anak didik
wajib menghormati guru.[7]
D. Tinjauan
Filsofis Tentang Kurikulum.
· Asas
Pendidikan
Menurut
Nana Sudjana asas-asas dalam
pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan kurikulum yaitu:
1. Asas
filosofis dipakai sebagai penentu arah kemana pendidikan akan dibawa.
2. asas
sosial budaya kurikulum hendaknya dapat mengantisipasi kondisi-kondisi yang
bakal terjadi di masyarakat saat
ini.
3. asas
psikologis berguna untuk mengetahui unsur-unsur psikologis kaitanya dengan
pendidikan.
Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam.
Secara
umum karakteristik kurikulum pendidikan islam adalah pencerminan nilai-nilai
islami yang dihasilkan dari pemikiran filsafat yang termanisfestasikan dalam
seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam praktiknya.
· Prinsip-prinsip
Kurikulum Pendidikan Islam
Menurut
Omar Mohammad al-Toumy al- Syaibany menyebutkan ada tujuh prinsip kurikulum
pendidikan islam, yaitu :
1.
Prinsip pertautan yang
sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
2.
Prinsip menyeluruh
(universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
3.
Prinsip keseimbangan
yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum.
4.
Prinsip keterkaitan
antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan pelajar.
5.
Prinsip pemeliharaan
perbedaan-perbedaan individual di antara para pelajar, baik dari segi minat
maupun bakatnya.
6.
Prinsip menerima
perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat.
7.
Prinsip keterkaitan
antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang
terkandung dalam kurikulum.[8]
Kurikulum
hendaknya mempertimbangkan masalah-masalah belajar dan mengajar, kedudukan dan
peranan sekolah dimasyarakat, tuntutan masyarakat terhadap sekolah,
kebijaksanaan politik dan kemajuan teknologi serta pengetahuan. Jadi, kurikulum
bukan sekedar seperangkat mata pelajaran, melainkan ajang kehendak politik,
tuntutan, dan aspirasi masyarakat, upaya personal pendidikan untuk disampaikan
kepada generasi muda sebagai bekal hidup.[9]
E. Tinjuan
Filsofis Tentang Metode Pendidikan
1. Pengertian
Metode Pendidikan
Metode
pendidikan yaitu cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada
peserta didik.
2. Tujuan
dan Fungsi Penggunaan Metode Pendidikan
Ø Tujuan
diadakannya metode adalah:
a) Menjadikan
proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam akan lebih berdaya guna.
b) Menjadikan
proses pendidikan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk
mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi.
c) Pada
akhirnya teknik motivasi itu akan
menimbulkan gairah belajar secara mantap.
Ø Fungsi
metode pendidikan islam adalah:
a) Mengarahkan
keberhasilan belajar
b) Memberikan
kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minatnya
c) Mendorong
usaha kerja sama dalam kegiatan pendidikan antara pendidik dan peserta didik.
Dalam penjelasan lain Secara
umum fungsi metode dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik
mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut, sebagai
sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin suatu ilmu, mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek
sasaran tersebut, agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan,
menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran mudah
diberikan.
Dalam
Menyampaikan materi kepada peserta didik perlu ditetapkan metode yang
didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan
unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang
yang sempurna.[11]
3.
Macam-macam metode
pendidikan
Ø Metode
pemberian pelajaran dan nasihat
Ø Metode
tanya jawab
Ø Metode
diskusi
Ø Metode
cerita
Ø Metode
perumpamaan
Ø Metode
kateladanan
Ø Metode
demonstrasi
F.
Tinjauan Filosofis Tentang Lingkungan Pendidikan
1. Pengertian Lingkungan Tarbiyah Islamiyah
Lingkungan pendidikan Islam adalah suatu
institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlangsung. Dapat dipahami bahwa
lingkungan tarbiyah Islamiyah adalah suatu lingkungan yang didalamnya terdapat
ciri-ciri keIslaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan
baik.
2.
Fungsi Lingkungan Tarbiyah Islamiyah
Pandangan Al-Qur’an terhadap keberadaan
lembaga pendidikan serta fungsinya sebagai berikut :
a.
Satuan pendidikan luar
sekolah
Diantara
satuan pendidika luar sekolah adalah keluarga yang berlangsung di rumah.
Keluarga amat berfungsi dalam mendukung terciptanya kehidupan yang beradab.
b.
Lingkungan pendidikan
sekolah
Di
dalam al-Qur’an tidak ada satupun kata yang secara langsung menunjukkan pada
arti sekolah, yaitu madrasah. Tetapi sebagai akar kata dari kata madrasah,
yaitu darasa di dalam al-Qur’an dijumpai sebanyak enam kali. Ini menunjukkan
bahwa keberadaan madrasah sebagai tempat belajar atau tempat mempelajari
sesuatu sejalan dengan semangat al-Qur’an yang senantiasa menunjukkan kepada
umat manusia agar mempelajari sesuatu.
c.
Lingkungan masyarakat
Di
dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat adalah pergaulan
hidup manusia atau sekumpulan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan
ikatan-ikatan aturan yang tertentu.[13]
G. Tinjuan
Filosofis Tentang Evaluasi Pendidikan Islam
1. Pengertian
evaluasi pendidikan Islam
evaluasi
adalah penilaian tentang
sesuatu aspek yang dihubungkan dengan aspek yang lainnya sehingga diperoleh
suatu gambaran yang menyeluruh tentang segala sesuatu ditinjau dari berbagai
aspek.
2. Fungsi
evaluasi dalam proses pendidikan
Secara
garis besar evaluasi dalam proses pendidikan untuk memenuhi tiga kelompok
kebutuhan sebagai berikut :
a. Kebutuhan
psikologis
b. Kebutuhan
dikdatis
c. Kebutuhan
administratif[14]
Sedangkan
evaluasi menurut A. Tabrani Rusyan dan
kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a.
Untuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek
pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
b.
Sebagai umpan balik
yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai
lebih ditingkatkan lagi dari segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin
dihindari.
c. Bagi
pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar,
bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahwa pelajaran yang diberikan dan
dikuasainya, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
program-program yang dilaksanakan.
d.
Untuk memberikan umpan
balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program remidial bagi murid.
e.
Untuk menentukan angka
kemajuan atau hasil belajar.
f.
Untuk menempatkan murid
dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
g.
Untuk mengenal latar
belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.
Adapun tujuan evaluasi menurut ajaran
Islam, berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur’an antara lain dapat
disebutkan sebagai berikut:
a.
Untuk menguji daya
kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang
dialaminya.
b.
Untuk mengetahui sampai
dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah
SAW terhadap umatnya.
c.
Untuk menentukan
klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keIslaman atau keimanan manusia,
sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah.[15]
3. Prinsip
–prinsip evaluasi pendidikan islam
a. Evaluasi
mengarah pada tujuan
b. Evaluasi
dilakukan secara obyektif yang terdiri dari sikap al-shidqah, sikap amanah,
sikap rahman dan ta’awun
c. Evaluasi
harus dilakukan secara komprehensip
d. Evaluasi
harus dsilakukan secara kontinu
e. Cara
evaluasi dalam pendidikan islam
§ Self
evaluation
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Tujuan
pendidikan Islam yang bersifat umum, terkandung unsur konstan, tetap berlaku
sepanjang zaman, tempat dan keadaan. Sedangkan tujuan yang bersifat khusus
terkandung unsur fleksibelitas. Dalam paradigma pendidikan Islam, pendidik
mempunyai tanggung jawab yang begitu besar terhadap peserta didik. Dan peserta
didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar
yang perlu dikembangkan. dan dalam pendidikan perlu adanya kurikulum yang harus
dijadikan pedoman bagi pelaksaan pendidikan.
Dalam
proses pendidikan, juga harus di perhatikan tentang masalah metode yang
digunakan, mana metode yang sangat efektif dalam membina dan memotivasi peserta
didik dan juga lingkungan yang mendukung dalam proses belajar mengajar, harus
didukung dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Serta evaluasi dari
proses pendidkan yang dibutuhkan untuk melihat sejauh mana materi pelajaran yang
diajarkan oleh pendidik mampu di pahami dan di aplikasikan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Khobir, Abdul. 2011. Filsafat Pendidikan Islam
(Landasan Teoritis dan Praktis). Pekalongan: Stain Pekalongan Press.
Zuhairi. 1994. Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Jaluddin dan Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
0 komentar
Posting Komentar