BAB I
PENDAHULUAN
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali
bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasan yang berpola Dinasti atau
kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya (khalifah Ali) yang masih menerapkan
pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses
musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan
dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya.
Dinasti Umayyah merupakan kerajaan
Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti
ini dilakukannya dengan cara menolak pembai’atan terhadap khalifah Ali bin Abi
Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali
dengan strategi politik yang sangat menguntungkan baginya.
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah
juga disebabkan keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang membangkan dari Ali)
membunuh khalifah Ali, meskipun kemudian tampuk kekuasaan dipegang oleh
putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau
akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa bulan. Pada
akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah, namun dengan
perjanjian bahwa pemmilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada
umat Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan dikenal dengan
am jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan ummat Islam menjadi satu
kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan menjadi
kerajaan.
Meskipun begitu, munculnya Dinasti
Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban Islam.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin
Abdu Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting ditengah Quraisy pada masa
Jahiliah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abd Manaf selalu bertarung dalam
merebutkan kekuasaan dan kedudukan.[2]
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb.
Muawiyah di samping sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyah juga sekaligus
menjadi khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota kekuasaan islam dari Kufah ke
Damaskus.[3]
Hampir semua sejarawan membagi Dinasti umayyah (Umawiyah) menjadi
dua yaitu pertama, Dinasti umayyah yang dirintis dan didirikan oleh
Muawiyyah Ibn Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Fase ini
berlangsung sekitar satu abad dan mengubah sistem pemerintahan dari sistem khilafah
pada sistem kerajaan atau monarki, dan kedua, Dinasti umayyah di
Andalusia (Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayah di
bawah pimpinan seorang gubernur pada zaman Walid Ibn Abd Al-Maliki kemudian
diubaha menjadi kerajaan yang terpisah dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas
setelah berhasil menaklukkan Dinasti Umayyah di Damaskus.[4]
Muawiyah dipandang sebagai pembangunan dinasti yang oleh sebagian
besar sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh legalitas
atas kekuasaanya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui cara yang
curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh sebagai pengkhianat
prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula
mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi
kekuasaaan raja yang diwariskan turun-temurun (monarchy heredity). [5]
Diatas segala-galanya jika dilihat dari sikap dan prestasi
politiknya yang menakjubkan, sesungguhnya Muawiyah adalah seorang pribadi yang
sempurna dan pemimpin besar yang berbakat. Di dalam dirinya terkumpul
sifat-sifat seorang penguasa, politikus, dan administrator.[6]
Gambaran dari sifat mulia tersebut dalam diri Muawiyah
setidak-tidaknya tampak dalam keputusannya yang berani memaklumkan jabatan
khalifah secara turun-temurun. Situasi ketika Muawiyah naik ke kursi
kekhalifahan mengundang banyak kesulitan. Anarkisme tidak dapat lagi
dikendalikan oelh ikatan agama dan moral, sehingga hilanglah persatuan umat.
Dengan menegakkan wibawa pemerintahan serta menjamin integritas
kekuasaan di masa-masa yang akan datang, Muawiyah dengan tegas menyelenggarakan
suksesi yang damai, dengan pembaiatan putranya, Yazid, beberapa tahun sebelum
khlaifah meninggal dunia.[7]
B.
PARA KHALIFAH DINASTI UMAYYAH
Masa kekuasaan Dinasti umayyah hammpir satu abad, tepatnya selama
90 tahun, dengan 14 orang khalifah. [8]
1.
Muawiyah I bin Abi Sufyan 41-60H/661-679M
2.
Yazid I bin Muawiyah 60-64H/679-683M
3.
Muawiyah II bin Yazid 64H/683M
4.
Marwan I bin Hakam 64-65H/683-684M
5.
Abdul Malik bin Marwan 65-86H/684-705M
6.
Al-Walid I bin Abdul Malik 86-96H/705-714M
7.
Sulaiman bin Abdul Malik 96-99H/714-717M
8.
Umar bin Abdul Aziz 99-101H/717-719M
9.
Yazid II bin Abdul Malik 101-105H/719-723M
10.
Hisyam bin Abdul Malik 105-125H/723-742M
11.
Al-Walid II bin Yazid II 125-126H/742-743M
12.
Yazid bin Walid bin Malik 126H/743M
13.
Ibrahim bin Al-Walid II 126-127H/743-744M
14.
Marwan II bin Muhammad 127-132H/744-750M
Para sejarawan umumnya sependapat bahwa para khalifah terbesar dari
daulah Bani Umayyah ialah Muawiyah, Abdul Malik, dan Sayyidina Umar bin Abdul
Aziz.
C.
MASA KEMAJUAN DINASTI UMAYYAH
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif,
di mana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang
terjadi sejak zaman khulafaur rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90
tahun, banyak bangsa diempat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam
kekuasaan Islam, yang meliputi tanah spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara,
Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia,
Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan,
Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia. [9]
Kemajuan Bidang Peradaban
Dalam bidang peradaban Dinasti Umayyah telah menemukan jalan yang
lebih luas ke arah pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan,
dengan bahasa Arabb sebagai media utamanya.
Menurut Jurji Zaidan beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan
ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut.[10]
1.
Pengembangan Bahasa Arab
2.
Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
3.
Ilmu Qiraat
4.
Ilmu Tafsir
5.
Ilmu Hadis
6.
Ilmu Fiqih
7.
Ilmu Nahwu
8.
Ilmu Jughrafi dan Tarikh
9.
Usaha Penerjemahan
D.
MASA KEHANCURAN DINASTI UMAYYAH
Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak
bertahan lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin
kuatnya tekanan dari pihak luar.
Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan
Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, yaitu sebagai berikut.[11]
1.
Sistem pergantian khilafah melalui garis keturunan adalah sesuatu
yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas,
pengaturannya tidak jelas.
2.
Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan
dari berbagai konflik politik yang terjadi di masa Sayyidina Ali. K.W
3.
Pertentangan etnis antara Suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arab
Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam semakin Runcing.
4.
Lemahnya pemerintaha juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul berat
kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
5.
Penyebab langsung nya adalah munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-muthallib.
Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca wafatnya Sayyidian Umar bin
Abdul Aziz yang berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi
oleh pengarauh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani
Umayyah diruntuhkan oleh dinasti Abbasiyah pada masa Khalifahh Marwan bin
Muhammad (Marwan Iii pada tahun 127 H/744 M.
E.
MASUKNYA ISLAM DI SPANYOL
Umat Islam masuk ke Spanyol pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715
M), salah seorang Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penalukan Spanyol,
umat islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadiannya sebagai salah satu
profinsi dari Dinasti Umayah.
Dalam proses penaklukan Spayol terdapat tiga pahlawan islam yang
dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan wilayah tersebut. Mereka adalah
Thariq bin Malik, thariq bin Ziyad, dan musa bin Nushair.Dalam penyerbuan ke
Spanyol, Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk karena pasukannya lebih
besar dan hasilnya nyata, pasukannya terdiri dari sebagian suku Barbar yang
didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim
Khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi selat dibawah pimpinan
Thariq bin Ziyad tempat dimana Thariq dan pasukannya mendarat untuk pertama
kali, kemudian dikenal dengan nama Giblatar- Jabal Thariq, Bukit Thariq,
diambil dari namanya sendiri Thariq.[12]
Selanjutnya pada tahun 756-1030 M di Spanyol (Andalusia dan
Cordoba). Didirikan oleh Abdullah ibn Marwan. Sebelumnya Islam sudah ditaklukan
oleh tiga pahlawan Islam yaitu Tharif ibn Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin
Nushair. Spanyol dan kota-kota penting lainnya jatuh ke tangan umat Islam.
Sejak saat itu secara politik, wilayah Spanyol berada dibawah kekuasaan Khalifah
Bani Umayah. Untuk memimpin wilayah tersebut, pemerintah pusat yang berada di
Damaskus mengangkat seorang Wali/ Gubernur.[13]
F.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MENYEBABKAN ISLAM MUDAH MASUK DI SPANYOL
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah.
Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor Eksternal dan Internal
yang menguntungkan.
1.
Faktor eksternal
Suatu kondisi yang terdapat didalam negeri Spanyol itu sendiri.
Pada masa penaklukan Spanyol oleh umat Islam, kondisi sosial, politik, dan
ekonomi negeri ini berada dalam kondisi yag menyedihkan. Secara politik,
wilayah spanyol terkoyak-koyak dan terbagi kedalam bebarapa negeri kecil.
Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran
agama yang dianut oleh penguasa, yaitu alitan Monofisit, apalagi terhadap
penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama yahudi yang merupakan bagian
terbesar dari penduduka spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen.
Sedangkan yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika
Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal
sewaktu spanyol dibawah kekuasaan romawi, berkat kesuburan tanahnya,
pertanian dan perdagangan, serta industri
maju pesat. Akan tetapi setelah spanyol berda dibawah kerajaan Goth,
perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut disebabkan
oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk pada masa pemerintahan Raja
Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.
2.
faktor internal
suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh
pejuang dan prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada
khususnya. Para pemimpin yang kuat, tentara kompak, bersatu danpenuh percaya
diri. Mereka pun cakap, berani dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan.
Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjkan para tentara
Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong. Sikap toleransi
agama dan persaudaraan yang terdapat pada pribadi kaum muslimin menyebabkan
penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di wilayah tersebut.[14]
G.
PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL
Sejak pertama kali Islam masuk di spanyol hingga masa jatuhnya,
Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol telah berkuasa selama
tujuh setengah abag. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah Islam di Spanyol dapat
dibagi dalam enam periode.
1.
Periode pertama (711-755M)
Pada periode
ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah
bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Periode ini stabilitas politik
Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai ganngguan masih terjadi.
2.
Periode kedua (755-912M)
Spanyol pada
periode ini dibawah pemerintahan khalifah bani Abbasiyah di Baghdad. Amir
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755M dan diberi
gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Dia adalah keturunan bani Umayah yang berhasil
lolos dari kejaran bani Abbasiyah ketika bani Abbasiyah berhasil menaklukan
bani Umayah di Damaskus. Selanjutnya Ad-Dakhil berhasil mendirikan dinasti
Umayah di Spanyol.
3.
Periode ketiga (912-1013M)
Periode ketiga
mulai berlangsung dari pemarintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir”
sampai munculnya “raja-raja kelompok”. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh
penguasa dengan gelar khalifah. Umat Islam di Spanyol mencapai kemajun dan
kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nashir
mendirikan Universitas Cordova, perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku.
Pada periode ini masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang
tinggi.
4.
Periode Keempat (1013-1-86M)
Pada periode
ini spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 Negara kecil dibawah pemerintahan
raja-raja golongan atau Al-Mulukhut Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti
sevilla, cordova, toledo dan sebagainya.
Umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya
jika terjadi perang saudara, ada dari pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun, walaupun demikian, kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para
sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana
yang lain.
5.
Periode Kelima (1086-1248M)
Periode kelima
Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat
satu kekuatan yang dominan yaitu
kekuasaan Dinasti Murabithun, (1086-1143M) dan Dinasti Muwahiddun (1146-1235M).
Periode ini kekuasaan Islam, Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah
sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen.
Tahun 1238M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh pada
tahun 1248M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari tangan penguasa
islam.
6.
Periode Keenam (1248-1492M)
Pada periode
ini islam hanya berkuasa di Granada dibawah Dinasti Ahmar (1232-1492M).
Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman As-Nasir.
Akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang kecil.
kekuasaan yang merupakan pertahanan terakhir di spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Pada tahun
1609M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di wilayah ini. Walaupun Islam
telah berjaya dan dapat berkuasa disana selama hampir tuju setengah abad
lamanya.[15]
H.
KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI SPANYOL
Kemajuan
Intelektual
a.
Filsafat
Perkembangan
filsafat di Andalusia dimulai sejak abad ke-8 hingga abad ke-10.
Manuskrip-manuskrip Yunani telah diteliti dan diterjemahkan kedalam bahasa
Arab. Pada masa khalifah Abbasiyah, Al-Manshur (754-755 M) telah dimulai
aktivitas penerjemahan hingga masa khalifah Al-Makmun (813-833 M). Pada masanya
banyak filsafat karya Aristoteles yang diterjemahkan.
Tokoh
utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad
bin Asy-Sayigh yang dikenal dengan Ibnu Bajjah.
b.
Sains
Beberapa
tokoh sains dalam bidang Astronomi, yaitu Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya
An-Naqqash, Ibnu Safar, Al-Bitruji. Dalam bidang obat-obatan, antara lain Ahmad
bin Ilyas dari Cordova, Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid.
Adapun di bidang kedokteran, yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far, seorang tokoh
dokter wanita. Dalam bidang geografi, yaitu Ibnu Jubar dari Valencia (1145-1228
M), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) pengeliling dunia sampai Samudra
Pasai (Sumatra) dan Cina. Sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunis adalah perumus
filsafat sejarah, penulis buku Muqadimah.
c.
Bahasa dan Sastra
Pada masa Islam di Spanyol banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa
Arab, diantaranya: Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik, pengarang Alfiyah (tata
bahasa Arab), Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybilli, Abu Al-Hasan bin
Usfur dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
d.
Musik dan Kesenian
Musik dan kesenian pada masa Islam di Spanyo sangat masyhur. Musik
dan seni banyak memperoleh apresiasi dari para tokoh penguasa istana. Tokoh
seni dan musik antara lain: Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar Zaryab.
1.
Bidang Keilmuan dan Keagamaan
a.
Tafsir
Salah
satu mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi. Nama lengkapnya
adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh
Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andulusi (wafat 1273 M). adapun karyanya dalam bidang
tafsir adalah Al-Jami’u li Ahkam Alquran, kitab tafsir yang terdiri dari
20 jilid ini dikenal dengan nama Tafsir Al-Qurtubi.
b.
Fiqh
Dalam
bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai pusat penganut mazhab Maliki. Adapun
yang memperkenalkan mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abd Rahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada
masa Hisam binAbdurrahman. Para ahli fiqh lainnya adalah Abu Bakr bin
Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, penulis kitab Bidayah
Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, Asy-Syatibi, penulis buku Al-Muwafaqat
fi Ushul Asy-Syariah (ushul fiqh), dan Ibnu Hazm.
2.
Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan
Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan mendapat
perhatian umat dan penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki
nilai arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai alat transportasi dibangun,
pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian pula, dam-dam,
kanal-kanal, saluran air, dan jembatan-jembatan. Seperti di kota Cordova,
Granada, Sevilla dan Toledo.[16]
H.
PENGARUH PERADABAN ISLAM DI EROPA
Tokoh Spanyol
Islam yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang
dikenal di Eropa dengan Averros (1120-1198 M). Averros dikenal sebagai orang
yang melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia
mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang
berpikiran bebas.
Bahasa Arab telah
berpengaruh besar di Eropa. Selama Islam berada di Andalusia, telah banyak
nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Karena lamanya
Islam disana, tidak kurang dari 7.000 kata-kata Spanyol yang berasal dari
bahasa Arab.
Diantara kata-kata
bahasa Arabbanyak yang masuk kedalam suku kata bahasa Eropa seperti kedalam
bahasa Spanyol. Inggris, Prancis, dan Jerman. Misalnya kata-kata: as-sukkar (gula),
menjadi azukar (Spanyol), sugar (Inggris), al-kuhul (alcohol)
menjadi alkohol, al-fiil (gajah) menjadi marfil, syarab (minuman
cair) menjadi syrup, dan lain-lain.[17]
I.
TRANSMISI ILMU-ILMU KEISLAMAN KE EROPA
Transmisi ilmu pengetahuan Islam mengalir ke Eropa melalui berbagai
jalur. Jalur-jalur tersebut adalah melalui Perang Salib, Negeri Sicilia dan
Spanyol (Andalusia).
1.
Melalui Perang Salib
Perang
Salib yang terjadi dari tahun 1096-1273 M (489-666 H) adalah perang antara umat
Kristen Eropa Barat ke tanah Timur khususnya Palestina yang dikuasai daulah
Islam. Perang ini dinamakan Perang Salib karena tentara Kristen memakai tanda
Salib dalam peperangan tersebut.
2.
Melalui Negeri Sicilia
Beberapa
disiplin ilmu telah diperkenalkan dan dikembangkan di Sicilia. Diantara
tokoh-tokoh yang mengenmbangkan ilmu di Sicilia adalah:
a.
Hamzah Al-Basri, ahli filologi dan perawi dari penyair-penyair
besar Arab Al-Mutanabbi.
b.
Muhammad bin Khurasan, ahli status Al-Qur’an (sejarah hermenetik
dan sejarah perkembangan huruf-huruf Al-Qur’an).
c.
Para dokter Sicilia antara lain Abu Sa’id bin Ibrahim; Abu Bakr
As-Siqili salah seorang guru besar dari para dokter; Ibnu Abi Usaibia. Abu
Abbas Ahmad bin Abdussalam menulis tentang salah satu komentar terhadap karya
Ibnu Sina.
3.
Melalui Andalusia (Spanyol)
Para
perintis ilmu dikalangan luar Islam yang pernah di Andalusia dalam bidang
matematika, astronomi, astrologi, obat-obatan, kedokteran, filsafat, kimia dan
lain-lain. Diantara mereka tercatatlah nama-nama seperti dari Prancis Gerbert
d’Auralic yang kelak menjadi popular di Prancis dengan gelar Sylvester II. Ia
belajar 3 tahun di Toledo.
Peran
Gerard dari Cremona cukup besar dalam transfer ilmu pengetahuan dari Andalusia
ke Eropa, ini dikarenakan kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Ketika pertama
kali tiba di Toledo, ia amat menyesal akan akan kekurangan dan kemiskinan dalam
bahasa Arab. Oleh karena itu, ia mempelajari bahasa Arab sehingga ia dapat
mentransfer ilmu-ilmu dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Gerard meninggal pada
tahun 1187 M dalam usia 87 tahun setelah menerjemahkan 71 buku berbahasa Arab.
Aneka bidang ilmu telah diterjemahkan, seperti ilmu matematika, astronomi,
geografi, aljabar dan ilmu kedokteran.
BAB III
PENUTUP
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin
Abdu Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting ditengah Quraisy pada masa
Jahiliah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abd Manaf selalu bertarung dalam
merebutkan kekuasaan dan kedudukan
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif,
di mana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang
terjadi sejak zaman khulafaur rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90
tahun, banyak bangsa diempat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam
kekuasaan Islam, yang meliputi tanah spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara,
Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia,
Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan,
Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia
Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak
bertahan lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin
kuatnya tekanan dari pihak luar
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah.
Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor Eksternal dan Internal
yang menguntungkan.
Sejak pertama kali Islam masuk di spanyol hingga masa jatuhnya,
Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol telah berkuasa selama
tujuh setengah abag. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah Islam di Spanyol dapat
dibagi dalam enam periode.
DAFTAR
PUSTAKA
Khoiriyah, 2012, Reorentasi Wawasan Sejarah Islam, Yogyakarta:
Teras.
Dedi Supriyadi, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung:
Pustaka Setia.
Samsul Munir Amin, 2010, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: Amzah,
[1] . Akbar Barka, http://akbarbarka.blogspot.com/2012/12/sejarah-peradaban-islam-dinasti-bani.html
[2]. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah,
2010, hlm. 118.
[3] . Ibid.,
[4] . Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2008, hlm. 103.
[5] . Samsul munir Amin., Ibid.,
[6] . Ibid.,
[7] . Ibid., hlm. 121.
[8] . Ibid.,
[9] . Ibid., hlm. 129.
[10] . Ibid., hlm. 136.
[11] . Ibid., hlm., 136.
[12]. Samsul Munir, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 161-163
[13]. Khoiriyah, Reorentasi Wawasan Sejarah Islam, (
Yogyakarta: Teras, 2012 ), hal. 121-122
[14]. Samsul Munir, Op. Cit.,
hal. 166-168
[15] Samsul Munir, Op. Cit., hal. 168-171
[16] Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
Amzah, 2010, hlm. 171-175
[17] Ibid, hlm. 177-179
0 komentar
Posting Komentar