BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembahasan
mengenai studi kelayakan bisnis tidak terlepas dari pemahaman manajemen
ditambah dengan melihat beberapa aspek yang terkait disana seperti aspek ekonomi,
teknologi, politik-hukum dan sosial-budaya. Dimana kesemua aspek ini saling
memiliki keterkaitan satu sama lainnya untuk mendukung kelayakan suatu bisnis
baik dilihat dari segi mikro dan makro.
Aspek-aspek
ini didalam manajemen dilihat sebagai bagian yang mampu mempengaruhi keputusan
bisnis, terutama sebagaimana dikatakan oleh Iman Soeharto (1999: 76) bahwa
pengkajian yang bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek
kelayakan proyek atau investasi dikenal sebagai studi kelayakan. Sedangkan
Yakob Ibrahim (1996: 92) mendefinisikan studi kelayakan bisnis merupakan
gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta
peluang yang tersedia dari berbagai aspek.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Studi Kelayakan Usaha
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003: 10) Studi kelayakan bisnis atau
usaha adalah kegiatan yang mempelajari secara mendalam atau bisnis yang akan dijalankan,
dalam rangka menentukan layak tidaknya usaha tersebut dijalankan[1]
Studi kelayakan usaha atau disebut juga analisis proyek bisnis
adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan
menguntungkan secara terus-menerus. Studi ini pada dasarnya membahas berbagai
konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek bisnis
agar mampu memberikan
manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Dalam studi ini, pertimbangan
ekonomis dan teknis sangat penting karena akan dijadikan dasar implementasi
kegiatan usaha.[2]
Studi kelayakan usaha juga merupakan penelitian terhadap rencana
bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun,
tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian
keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana
peluncuran produk baru.[3]
Hasil studi kelayakan usaha pada prinsipnya bisa digunakan antara
lain untuk:
1.
Merintis usaha baru, misalnya membuka toko, membangun pabrik, mendirikan
perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
2.
Mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menembah
kapasitas pabrik, memperluas skala usaha, mengganti peralatan/mesin, menambah
mesin baru, memperluas cakupn usaha, dan lain sebagainya.
3.
Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling
menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa,
pabrikasi atau perakitan, proyek A atau proyek B, dan lain sebagainya.[4]
B.
Tujuan Studi Kelayakan Usaha
Ketika ingin mengetahui kelayakan usaha kita, tentunya kita harus
mengetahui tujuannya. Dalam hal ini
Kasmir dan Jakfar, (2003: 20)
mengatakan “paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau
proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan”,
yaitu:
1.
Menghindari resiko kerugian. Untuk mengatasi resiko kerugian pada
masa yang akan datang harus ada semacam kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang
dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi tanpa dapat diramalkan. Fungsi studi
kelayakan adalah meminimalkan resiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang
dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2.
Memudahkan
perencanaan. Apabila sudah dpat meramalkan yang akan terjadi pada masa yang
akan datang, kita dapat melakukan perencanaan dan hal-hal yang perlu
direncakan.
3.
Memudahkan
pelaksaan pekerjaan. Berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan
pelaksaan usaha. Pedoman yang telah tersusun secara sistematis, menyebabkan
usaha yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang
sudah disusun.
4.
Memudahkan pengawasan. Pelaksanaan usaha yang sesuai dengan rencana
yang sudah disusun, akan memudahkan kita untuk melakukan pengawasan terhadapa
jalanya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana
yang telah disusun.
5.
Memudahkan
pengendalian. Apabila dalam pelaksanaan telah dilakukan pengawasan, jika
terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga dapat di lakukan
pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah
mengendalikan agar tidak melenceng dari rel yang sesungguhnya, sehingga tujuan
perusahaan akan tercapai.[5]
C.
Pihak-pihak yang Berkepentingan
Adapun pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi
kelayakan usaha di antaranya:
1.
Pihak Wirausaha (Pemilik Perusahaan)
Memulai bisnis atau mengembangkan bisnis yang sudah ada sudah
barang tentu memerlukan pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan pada
ketidakpastian. Dalam kewirausahaan, studi kelayakan usaha sangat penting
dilakukan agar kegiatan usaha tidak mengalami kegagalan dan memberi keuntungan
sepanjang waktu. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan, pedoman, dan bahan
pertimbangan untuk merintis dan mengembangkan usaha atau melakukan investasi
baru, sehingga bisnis yang akan dilakukan meyakinkan wirausaha itu sendiri
maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.
2.
Investor dan Penyandang Dana
Bagi investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha sangat
penting untuk memilih jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai
jaminan atas modal yang ditanamkan atau dipinjamkan, apakah investasi yang
dilakukannya memberikan jaminan pengembalian investasi yang memadai atau tidak.
Oleh investor, studi kelayakan sering digunakan sebagai bahan pertimbangan
layak atau tidaknya investasi dilakukan.
3.
Masyarakat dan Pemerintah
Bagi masyarakat, studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai
bahan kajian apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi
masyarakat sekitarnya atau sebaliknya justru merugikan, seperti bagaimana
dampak lingkungan, apakah positif atau negatif. Bagi pemerintah, studi
kelayakan sangat penting untuk mempertimbangkan izin usaha atau penyediaan
fasilitas lainnya.[6]
D.
Aspek-aspek Studi Kelayakan Usaha
Secara umum suatu pengerjaan proyek/ usaha yang akan dilakukan
dianggap feasible (layak) adalah apabila memenuhi kriteria dibawah ini:
1.
Proyek/usaha yang dikerjakan tersebut mampu memberikan manfaat yang
berarti kepada publik (masyarakat).
2.
Proyek/usaha yang dikerjakan tersebut adalah dianggap mampu
berkembang (expand) dan yang terpenting memiliki kondisi kontinuitas
usaha yang tinggi.
3.
Proyek/usaha yang akan dikerjakan itu nantinya diperkirakan akan
mampu tahan terhadap berbagai goncangan ekonomi (economic fluctuation)
baik karena faktor domestik maupun global.
4.
Proyek/usaha yang dikerjakan tahan terhadap berbagai masalah
termasuk jika timbulnya krisis kepercayaan.
5.
Proyek/usaha tersebut diharapkan akan bisa menampung lapangan
pekerjaan atau secara tidak langsung telah mencoba mengurangi angka
pengangguran (unemployment).
6.
Proyek/usaha yang akan dilaksanakan tersebut diharapkan mampu
memberikan suatu keuntungan yang wajar dengan juga mampu untuk mengembalikan
cicilan bunga beserta pokoknya secara tepat waktu.
7.
Proyek/ usaha yang sedang dilaksanakan adalah searah dengan konsep
rencana pembangunan pemerintah baik pemda dan pusat.
8.
Manajer yang membawahi pengerjaan proyek/usaha tersebut adalah
orang yang memiliki pengalaman dan pendidikan yang cukup.
9.
Manajer dan karyawan yang mengerjakan proyek/usaha tersebut adalah
memiliki performance yang dapat dipertanggungjawabkan secara konsep
manajemen modern, seperti kedisiplinan, loyalitas, kejujuran dan keinginan
untuk terus memperbaiki kesalahan.
10.
Diharapkan proyek/usaha tersebut berkeinginan dalam jangka panjang untuk
menerapkan penggunaan teknologi modern guna mengantisipasi perkembangan
teknologi yang dinamis juga untuk mengantisipasi akan munculnya para pesaing.[7]
Beberapa aspek
yang tidak bisa dihilangkan dalam kajian kelayakan yaitu:
1)
Aspek Sumber Daya
Manusia (SDM)
Dalam hal membangun proyek bisnis, ketersediaan SDM-nya, yaitu
manajer proyek dan staf proyek hendaknya dikaji secara cermat. Kesuksesan suatu
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah proyek bisnis sangat tergantung
pada SDM yang solid, yaitu manajer dan timnya. Membangun sebuat tim yang
efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan. Dalam
membangun sebuah tim yang efektif, pertimbangan harus diadakan bukan hanya pada
keahlian teknis para manajer atau anggota tim semata, tetapi juga pada peranan
penting mereka dan keselarasan mereka dalam bekerja.[8]
2)
Aspek Teknis
Evaluasi aspek teknis mempelajari kebutuhan teknis proyek, sperti
penentuan kapasitas produk, jenis teknologi yang digunakan, penggunaan
peralatan, dan mesin serta lokasi usaha yang paling menguntungkan.
Setiap gagasan kewirausahaan- baik produksi barang maupun
penyediaan jasa- mempunyai aspek teknis yang hatus dianalisis seblum usaha
implementasi gagasan dilaksanakan. Ada dua langkah penting dalam proses ini,
yaitu:
a.
Identifikasi spesifikasi teknis penting
Evaluasi gagasan ventura baru hendaknya dimulai dengan identifikasi
persyaratan teknis yang kritis terhadapa pasar sehingga mampu memenuhi harapan
dari pelanggan potensial. Persyaratan teknis yang paling penting adalah:
1.
Desain fungsional produk dan daya tarik penampilannya
2.
Fleksibilitas, memungkinkan adanya modifikasi cirri luar dari
produk untuk memenuhi permintaan konsumen atau perubahan teknologi dan
persaingan.
3.
Daya tahan bahan baku produk dapat diandalkan, kinerja produk
seperti yang diharapkan pada kondisi operasi normal
4.
Keamanan produk, tidak menimbulkan bahaya pada kondisi operasional
daya guna yang bisa diterima
5.
Kemudahan dan biaya pemeliharaan yang rendah
6.
Standariasasi melalui dihilangkannya suku cadang yang tidak perlu
7.
Kemudahan untuk diproduksi dan diproses dan kemudian untuk
ditangani
b.
Pengembangan dan uji coba produk
Pengembangan dan uji coba produk termasuk juga studi rekayasa, uji
laboratorium, evaluasi bahan baku alternative, serta fabrikasi model dan
prototype untuk uji lapangan. Untuk setiap tahap pengujian, hasil negative dan
positif harus ditimbang dan dilakukan penyesuaian yang perlu.[9]
3)
Aspek Pemasaran
Untuk menganalisis aspek pemasaran, seorang wirausaha terlebih
dahulu harus melakukan penelitian pemasaran dengan menggunakan sistem informasi
pemasaran yang memadai berdasarkan analisis dan prediksi apakah bisnis yang
akan dirintis atau dikembangkan memiliki peluang pasar yang memadai atau tidak.
Dalam analisis pasar, biasanya terdapat beberapa komponen yang harus dianalisis
dan dicermati, di antaranya:
a.
Kebutuhan dan keinginan konsumen, jika kebutuhan dan keinginan
konsumen terpenuhi, berarti peluang pasar bisnis kita terbuka dan layak bila
dilihat dari kebutuhan/keinginan konsumen.
b.
Segmentasi pasar, pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi,
misalnya berdasarkan geografi, demografi, dan sosial budaya.
c.
Target, terget pasar menyangkut banyaknya konsumen yan g dapat
diraih.
d.
Nilai tambah, wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk dan
jasa pada setiap rantai pemasaran, mulai dari pemasok, agen, hingga konsumen
akhir.
e.
Masa hidup produk, harus dianalisis apakah masa hidup produk dan
jasa bertahan lama atau tidak.
f.
Struktur pasar, harus dianalisis apakah barang dan jasa yang akan
dipasarkan termasuk pasar persaingan tidak sempurna atau sempurna.
g.
Persaingan dan strategi pesaing, harus dianalisis apakah tingkat
persaingan tinggi atau rendah, jika persaingan tinggi berarti peluang pasar
rendah.
h.
Ukuran pasar, ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan.
i.
Pertumbuhan pasar, pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari
pertumbuhan volume penjualan.
j.
Laba kotor, apakah perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah.
k.
Pangsa pasar, pangsa pasar bisa dianalisis dari selisih jumlah
barang dan jasa yang diminta dengan jumlah barang dan jasa ditawarkan.
4)
Aspek Produksi
Beberapa unsur dari aspek produksi/operasi yang harus dianalisis
adalah:
a.
Lokasi operasi, untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang paling
strategis dan efisien, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi
pelanggannya.
b.
Volume operasi, volume operasi harus relevan dengan potensi pasar
dan prediksi permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan
kapasitas.
c.
Mesin dan peralatan, mesin dan peralatan harus sesuai dengan
perkembangan teknologi masa kini dan yang akan datang.
d.
Bahan baku dan bahan penolong, bahan baku dan bahan penolong yang
diperlukan harus cukup tersedia.
e.
Tenaga kerja, jumlah dan kualifikasi karyawan harus disesuaikan
dengan keperluan jam kerja dan kualifikasi pekerjaan untuk menyelesaikannya.
f.
Tata letak, tata ruang atau tata letak berbagai fasilitas operasi
harus tepat dan prosesnya praktis
sehingga dapat mendukung proses produksi.
5) Aspek Manajemen
Dalam menganalisis aspek-aspek manajemen, terdapat beberapa unsur
yang harus dianalisis, seperti:
a.
Kepemilikan, bentuk kepemilikan perusahaan hendaknya dipilih yang
tidak berisiko terlalu tinggi dan menguntungkan.
b.
Organisasi, bentuk organisasi perusahaan harus tepat dan efisien.
c.
Tim manajemen, bila bisnis merupakan skala besar, maka sebaiknya
dibentuk tim manajemen yang solid.
d.
Karyawan, karyawan harus disesuaikan dengan jumlah dan kualifikasi
yang diperlukan.
6) Aspek Keuangan
Analisis aspek keuangan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a.
Kebutuhan dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan.
b.
Sumber dana, yaitu sumber dana internal dan modal eksternal.
c.
Proyeksi neraca, sangat penting untuk mengetahui kekayaan
perusahaan.
d.
Proyeksi laba rugi, proyeksi laba rugi dari tahun ke tahun
menggambarkan perkiraan laba atua rugi di masa yang akan datang.
e.
Proyeksi arus kas, dari arus kas dapat dilihat kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban-kewajiban keuangannya.[10]
7)
Aspek Kemanfaatan
Aspek kemanfaatan yang dimaksud disini adalah bahwa proyek/usaha
yang dikerjakan tersebut nantinya diharapkan akan bermanfaat bagi masyarakat
dan juga telah turut membantu menyukseskan program pemerintah dalam
pembangunan. Aspek ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara yuridis rencana
bisnis dapat dinyatakan layak atau tidak. Jika suatu rencana bisnis yang tidak
layak tetap direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak
yang berwajib atau oleh masyarakat. Dalam aspek ini menyangkut siapa pelaksana
bisnis, bisnis apa yang dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, dimana bisnis
dilaksanakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8)
Aspek Kesempatan Kerja
Disini diharapkan bahwa proyek/usaha yang dikerjakan tersebut
adalah mampu untuk membuka lapangan pekerjaan baru kepada masyarakat yang
otomatis itu adalah membantu pemerintah untuk mengurangi jumlah angka
pengangguran. Misalnya pada usaha yang sifatnya padat karya, jelas untuk usaha
seperti ini penyerapan jumlah tenaga kerja akan terasa sangat signifikan
terjadi.
9)
Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan
dan dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan suatu perusahaan seperti pencemaran
dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Keseimbangan ekosistem lingkungan
harus selalu dijaga pada saat kerusakan lingkungan sudah terjadi maka
mengembalikan kembali kepada keseimbangan semula adalah sangat sulit karena
proses stabilitas lingkungan itu adalah memakan waktu yang sangat lama.[11]
10)
Aspek Ekonomi, Sosial dan Politik
a.
Aspek Ekonomi, meliputi :
1.
Rencana Pembangunan Nasional
2.
Distribusi Nilai Tambah
3.
Keuntungan Ekonomi Nasional
4.
Hambatan di bidang ekonomi, dan
5.
Dukungan Pemerintah
b.
Aspek Sosial, meliputi:
1.
Perusahaan sebagai lembaga sosial
2.
Perubahan kondisi sosial yang kompleks
3.
Perusahaan dalam masyarakat yang pluralistik
c.
Aspek Politik, diutamakan pada good news dan bad news
dari situasi poitik bagi suasana bisnis, khususnya terhadap nilai kurs.[12]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Studi kelayakan
usaha merupakan cara untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memulai suatu bisnis atau usaha. Dalam memulai usaha banyak yang harus
diperhatikan, mulai dari lokasi, barang yang akan di gunakan untuk usaha,
sasaran atau objek yang akan menerima barang, dana yang yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha tersebut. Sehingga perlunya studi kelayakan usaha.
Didalam melakukan
usaha atau bisnis harus diperhatikan hal-hal yang yang penting, antara lain:
tujuan kelayakan usaha, pihak yang berkepentingan seperti pemilik perusahaan,
invester atau pemberi dana, masyarakat dan pemerintah, serta perlunya mengetahui
aspek-aspek mengenai kelayakan usaha, yaitu : Aspek Sumber daya manusia,
produksi, pemasaran, teknis, keuangan, kemanfaatan barang, kesempatan kerja,
manajamen, lingkungan, social, ekonomi, dan politik. Agar nantinya dalam
berwirausaha berjalan lancer dan sesuai dengan target atau tujuan yang kita
inginkan sehingga menjadi wirausaha yang sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, A. 2014. KEWIRAUSAHAAN Teori dan Praktik. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Umar,
Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Fahmi,
Irham. Dkk.
2010. Studi
Kelayakan Bisnis Teori Dan Aplikasi. Cet-2. Bandung:
Alfabeta.
[7] Irham Fahmi, dkk, Studi Kelayakan
Bisnis Teori Dan Aplikasi, Cet-2, (Bandung: Alfabeta,
2010), hal. 19-20
5 komentar
Izin copas ya kak.. Sebagai referensi tugas ekonomi saya.. Terima kasih kak...
TERIMAKASIH MAS..BANYAK MEMBANTU
thanks sangat membantu dalam tugas kuliah
Jos
Saya tidak bisa cukup berterima kasih kepada layanan pendanaan lemeridian dan membuat orang tahu betapa bersyukurnya saya atas semua bantuan yang telah Anda dan staf tim Anda berikan dan saya berharap untuk merekomendasikan teman dan keluarga jika mereka membutuhkan saran atau bantuan keuangan @ 1,9% Tarif untuk Pinjaman Bisnis. Hubungi Via:. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. Terus bekerja dengan baik.
Terima kasih, Busarakham.
Posting Komentar