TUGAS RESUME BUKU
( MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF )
Disusun guna
memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
(SBM)
Dosen Pengampu : Chusna Maulida, M. Pd.I
Disusun oleh :
Dani Robbina ( 2021112137 )
Kelas : D
JURUSAN
TARBIYAH PROGAM STUDI PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2014
DATA BUKU
Judul Buku :
|
Model-Model Pembelajaran Inovatif
|
Sub Judul:
|
|
Judul Asli:
|
|
Subyek:
|
Pendidikan
- Metode Pembelajaran
|
Kelas Buku :
|
371.3
|
ISBN :
|
978-602-8800-70-9
|
Bahasa :
|
Indonesia
|
Penulis :
|
Tukiran
Taniredja; Efi Miftah Faridli; Sri Harmianto
|
Editor - Penerjemah:
|
-
|
Edisi - Cetakan :
|
- Cet.2
|
Penerbit :
|
Alfabeta
- Bandung - 2011
|
Seri :
|
|
Deskripsi Fisik :
|
vi, 121
hlm - Bibliografi : 93 - 24 cm
|
BAB I
PENDAHULUAN
Metode pembelajaran adalah
seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas
pembelajaran (Riyanto, 2002: 32). Dalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan
dengan teori pembelajaran, yang menanyakan apakah metode yang akan diinginkan
dalam desain pembelajaran? Kapan akan digunakan? Jawabanya adalah metode dan
situasi (Reigeluth, 1987: 1-5). Situasi pembelajaran, meliputi hasil dan kondisi
pembelajaran. Hasil pembelajaran, efek dari setiap metode pembelajaran. Suatu
metode pembelajaran yang sama dapat membedakan hasil pembelajaran, kika
kondisinya berbeda.
Peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain
peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi
kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa,
penyediaan bahan ajar yang memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari semua
cara tersebut peningkatan kualiitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas
pendidik menduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif.
Dampak positif tersebut berupa: 1) Peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pendidikan dan masalah pembelajaran yang dihadapi secara nyata; 2)
Peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar; 3) Peningkatan
keprofesionalan pendidik; 4) Penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian
( Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1 )
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO
A. Model pembelajaran berbasis portofolio
Model pembelajaran berbasis portofolio
merupakan alternatif cara belajar siswa aktif (CBSA) dan cara mengajar guru
aktif (CMGA). Karena sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar guru
dan siswa dihadapkan sejumlah kegiatan (Fajar, 2002: 4)
Pengertian lain model pembelajaran berbasis
portofolio, merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dieancang untuk membantu
peserta didik memahami materi perkuliahan CE secara mendalam dan luas melalui
pengembangan materi yang telah dikaji dikelas dengan menggunakan berbagai
sumber bacaan atau referensi.
B. Prinsip-prinsip dasar model pembelajaran
berbasis portofolio
Menurut Budimansyah (2002) terdapat empat
prinsip-prinsip dasar MPBP, yaitu:
1. Prinsip belajar siswa aktif
2. Kelompok belajar kooperatif
3. Pembelajaran Partisipatorik
MPBP melatih siswa belajar sambil melakoni (learning
by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah belajar hidup
berdemokrasi.
4. Reactive teaching
Dalam menerapkan MPBP, guru perlu menciptakan
strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi.
C. Langkah-langkah pembelajaran portofolio
Budimansyah (2002: 14) menetapkan lima langkah
MPBP diantaranya:
1. Mengidentifikasi masalah
2. Memilih masalah untuk kajian kelas
3. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang
akan dikaji oleh kelas
4. Mengmbangkan portofolio kelas
5. Penyajian portofolio (Show-Case)
BAB III
MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK
A. Pengertian Diskusi Kelompok
Metode diskusi dalam proses pembelajaran
menurut (Suryosubroto, 2002: 179) adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa)
untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan sesuatu masalah.
B. Keuntungan Diskusi Kelompok
Menurut Suryosubroto (2002: 185) keuntungan
metode diskusi cukup banyak, yakni:
1. Melibatkan semua siswa secara langsung dalam
proses belajar
2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan
dan penguasaan bahan pembelajarannya masing-masing
3. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara
berfikir dan sikap ilmiah
4. Dengan mengajukan dan mempertahankan
pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri
5. Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap
sosial dan sikap demokratis.
C. Langkah-langkah Diskusi Kelompok
Ada beberapa yang harus dilakukan dan diupayakan guru, menurut Sagala
(2009: 209) agar diskusi berhasil dengan baik, yaitu:
1.
Masalahnya harus kontroversial, artinya mengandung
pertanyaan dari peserta didik
2. Guru harus menempatkan dirinya sebagai
pemimpin diskusi harus membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk tentang
jalannya diskusi
3. Guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar
fungsi guru sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
BAB IV
MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS
A. Prasyarat Diskusi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan diskusi kelompok maupun diskusi kelas:
1. Konsep dasar untuk pemecahan masalah dalam
diskusi telah dipahami oleh mahasiswa
2. Pokok-pokok masalah / kasus yang akan dibahas
harus jelas
3. Peran dosen adalah membimbing diskusi, memberi
ceramah.
B. Langkah Mengatasi Kelemahan Diskusi
Djajadisastra (1982) mengemukakan beberapa langkah
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode diskusi dalam pembelajaran, yaitu:
1. Murid dikelompokan menjadi kelompok-kelompok
kecil, misalnya lima orang murid setiap kelompok
2. Agar tidak menimbulkan “kelompok-isme”, ada
baiknya untuk setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk
lagi kelompok-kelompok baru dengan cara nelakukan pertukaran anggota-anggota
kelompok
3. Topik-topik atau problema yang akan dijadikan
poko-poko diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid, surat-surat kabar,
dari kejadian sehari-hari disekitar sekolah dan kegiatan masyarakat yang
menjadi pusat perhatian penduduk setempat
4. Mengusahakan dengan berat topik yang dijadikan
pokok diskusi
5. Menyiapkan dan melengkapisemua sumber data
yang diperlukan, baik yang tersedia disekolah maupun yang terdapat diluar
sekolah.
BAB V
MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI
A. Pengertian Pembelajaran Simulasi
Simulasi
menurut (Hasibuan dan Moedjiono, 2008: 27) adalah tiruan atau perbuatan yang
hanya pura-pura saja (dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat
seolah-olah; dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura
saja). Simulaso dapat berupa role playing, psikoframa, sosiodrama dan
permainan.
B. Tujuan Bermain Peranan
Tujuan
bermain peranan, sesuai dengan jenis belajar menurut Hamalik (2008: 199)
adalah:
1.
Belajar dengan
berbuat
2.
Belajar melalui
peniruan
3.
Belajar melalui
balika
4.
Belajar melalui
pengkajian, penilaian dan pengulangan.
Teknik
simulasi digunakan dalam semua sistem pengajaran
terutama dalam desain intruksional yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku.
C.
Kelebihan Metode Pembelajaran Simulasi
Metode
simulasi, menurut Hasibuan dan Moedjiono (2008: 27) memiliki beberapa
kelebihan,
1.
Menyenangkan,
sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi
2.
Mengelakan guru
untukmengembangkan aktivitas simulasi
3.
Memungkinkan
eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya
4.
Memvisualkan
hal-hal yang abstrak
5.
Tidak
memerlukan ktrampilan komunikasi yang pelik
6.
Memungkinkan
terjadinya interaksi antar siswa
7.
Menimbulkan
respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasi
8.
Melatih
berfikir kritis karena siswa terlibat dalam analisis proses, kemajuan simulasi.
D.
Kelemahan Metode Pembelajaran Simulasi
1.
Efektifitasnya
dalam memajukan belajar belum dapat dilaporkan oleh riset
2.
Validitas
simulasi masih banyak diragukan orang
3.
Menuntut
imajinasi dari guru dan siswa.
E.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Simulasi
1.
Silakukan oleh
kelompok siswa
2.
Semua siswa
harus terlibat langsung menurut peran masing-masing
3.
Penentuan topic
disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas
4.
Petunjuk
simulasi diberikan terlebih dahulu
5.
Dalam simulasi
sebaiknya dapat dicapai tiga domain psikis
6.
Dalam simulasi
hendaknya digambarkan situasi yang lengkap
7.
Hendaknya
diusahakan terintregrasikannya beberapa ilmu.
F.
Langkah-langkah Pelaksanaan
Pembelajaran Simulasi
1.
Penentuan topik
dan tujuan simulasi
2.
Guru memberikan
gambaran secara garis besar situasi yang akan disimulasikan
3.
Guru memimpin
pebgorganisasian kelompok, peran-peran yang akan dimainkan, pengaturan ruangan,
pengaturan alat dan sebagainya.
4.
Pemilihan
pemegangan peranan
5.
Guru memberikan
keterangan tentang peranan yang akan dilakukan
6.
Guru memberi
kesempatan untuk memepersiapkan diri kepada kelompok dan pemegang peran
7.
Menetapakan
lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi
8.
Pelaksanaan
simulasi
9.
Evaluasi dan
pemberian balikan
10. Latihan ulang
BAB VI
MODEL
PEMBELAJARAN CERAMAH
A. Pengertian Pembelajaran Ceramah
Metode kuliah mimbar atau ceramah
adalah metode yang paling banyak digunakan dalam proses mengajar. Biasanya
sebelum menggunakan metode lain dalam pembelajaran, guru menggunakan metode
ceramah terlebih dahulu sebagai pengantar.
B. Keunggulan Pembelajaran Ceramah
Ada beberapa keunggulan metode
ceramah: 1) cepat untuk menyampaikan informasi. 2) dapat menyampaikan informasi
dalam jumlah banyak dengan waktu singkat kepada sejumlah besar pendengar.
Menurut
Sagala (2009: 202) agar ceramah menjadi metode yang baik hendaknya
diperhatikan:
1.
Digunakan jika
jumlah khalayak cukup banyak
2.
Dipakai jika
guru akan memperkenalkan materi pelajaran baru
3.
Dipakai jika
khalayaknya telah mampu menerima informasi melalui kata-kata
4.
Sebaiknya
diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan alat-alat visual lainnya
5.
Sebelum ceralah
dimulai, sebaiknya guru berlatih dulu memberikan ceramah
C.
Langkah-langkah
Pembelajaran Ceramah
1.
Mengemukakan
cerita atau visual yang menarik
2.
Tawarkan sebuah
masalah
3.
Bangkitkan
perhatian dengan member pertanyaan
4.
Headlines: poin-poin dari ceramah pada kata-kata kunci yang berfungsi sebagai alat
bantu ingatan (sub –hidding verbal)
5.
Contoh dan
analogi: mengemukaan ilustrasi kehidupan yang mengenai gagasan dalam ceramah
6.
Alat bantu
visual
7.
Tentang spot:
hentikan visual secara periodic dan tantanglah (mintalah) mahasiswa untuk
member contoh
8.
Latihan-latihan
yang memperjelas
9.
Aplikasi
problem: ajukanproblem atau pertanyaan pada mahasiswa untuk diselesaikan
10.
Review peserta didik: mintalah mahasiswa saling merivew isi ceramah satu
dengan yang lain, atau berilah mereka review tes dengan menskor sendiri.
D.
Kebaikan dan Kelemahan
Pembelajaran Ceramah
Kebaikan
metode ceramah antara lain (a) guru dapat menguasai seluruh arah kelas; (b)
organisasi kelas sederhana. Sedangkan kelemahan metode ceramah (a) guru sukar
mengetahui sampai dimana murid-murid telah mengerti pembicaraannya; (b) murid
seringkali member pengertian lain dari hal yang dimaksudkan guru (Suryosubroto,
2002: 166-168)
BAB VII
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching
and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism),
bertanya (Quetioning), menemukan, (Inquiry), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authenthic
Assessment) (Depdiknas, 2003).
B. Prinsip Ilmiah dalam CTL
1. Prinsip kesalingbergantungan,
kesalingketergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika siswa bergabung untuk
memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya.
2. Prinsip diferensiasi, diferensiasi menjadi
nyata ketika CTL menantang siswa menjadi kratif, dan untuk menyadari bahwa
keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
3. Prinsip pengorganisasian diri
C. Strategi Pembelajaran CTL
Alwasiyah (2007: 17), menyebutkan bahwa ada
tujuh ayat pendidikan kontekstual, yaitu:
1. Pengajaran berbasis problem
2. Menggunakan konteks yang beragam
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa
4. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri
5. Belajar melalui kolaborasi
6. Menggunakan penilaian autentik
7. Mengejar standar tinggi
BAB VIII
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
(COOPERATIVE LEARNING)
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaraan Kooperatif merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstuktur. Pembelajaran Kooperative dikenal
dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperative lebih dari
sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperative
ada struktur dorongan atau tugas yane bersifat kooperative sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan ynag bersifat
interdependensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14, dalam
Riyadi Purworejo, 2009: 2).
B. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri pembelajaran kooperative adalah
sebagai berikut:
1. Belajar
bersama dengan teman
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka
anatar teman
3. Daling mendengarkan pendapat diantara anggota
kelompok
4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan
pendapat
7. Keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri
8. Mahasiswa aktif (Stahl, 1994).
C. Model-model Cooperative Learning
1. Student Team-Achievement Division (STAD)/
Divisi Pencapaian-Kelompok Siswa
2. Pembelajaran Kooperative Tipe Team-Games-Tournaments
(TGT)
3. Model Pembelajaran Investigasi Kelompok / Group
Investigation (GI)
BAB IX
MODEL PEMBELAJARAN TUGAS TERSTRUKTUR
Tugas terstruktur merupsksn tugas yang wajib
dikerjakan oleh peserta didik guna mendalami dan memperluas penguasaan materi
yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran yang sudah dikaji. Tugas
terstruktur bisa berupa:
A. Book Report / Laporan Buku
Tugas ini berupa membuat laporan buku/ book
report dari sebuah buku yang menunjang mata pelajaran / mata kuliah. Mereka
dapat mencari dan memilih sendiri buku yang dimaksudkan. Peserta didik boleh
mengutip beberapa bagian dari buku, yang sifatnya hanyalah memperkuat atau
mendukung pendapat pelapor (siswa/mahasiswa) tentang isi bagian tertentu dari
buku. Kutipan tidak boleh menjadi sesuatu yang paling dominan dalam laporan
yang disampaikan.
B. Portofolio
Tugas terstruktur lainnya adalah membuat
portofolio secara berkelompok yang berisi karangan / karya terbaik mahasiswa,
klipingg surat kabar majalah / internet, laporan tertulis hasil wawancara
dengan anggota masyarakat, laporan tertulis ulasan radio / televisi, catatan
dari komunikasi dengan kelompok-kelompok dalam masyarakat, petikan sejumlah
publikasi pemerintah dan lain-lain. Tugas ini dikumpulkan bersama UTS / UAS.
C. Makalah Individu
Tugas yang berupa makalah individu merupakan
tugas kepada siswa / mahasiswa untuk membuat karangan bebas yang ada
hubungannya dengan mata pelajaran. Makalah individu ini isinya paling tidak
meliputi: a)Pendahuluan yang berisi latar belakang; b) Perumusan masalah; c)Pembahasan
masalah; d) Kesimpulan.
D. Makalah Kelompok
Makalah ini dipresentasikan dalam diskusi
kelas. Pada saat presentasi, bisa saja kelompok penyaji dalam sekali presentasi
lebih dari satu kelompok, tergantung banyaknya kelompok.
BAB X
MODEL PEMBELAJARAN VCT
A. Pengertian Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value
Clarification Technique-VCT)
Teknik Mengklarifikasi Nilai VCT merupakan
teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai
yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui prosesmenganalisis
nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa (Sanjaya: 2006).
Krakteristik teknik klarifikasi Nilai VCT
sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman
nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam
diri siswa kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan.
B. Beberapa Bentuk VCT
Menurut Djahiri (1985) ada beberapa bentuk
VCT, yaitu:
1. VCT dengan menganalisis kasus yang
kontroversial, suatu cerita yang dilematis, mengomentari kliping, membuat
laporan dan kemudian dianalisis bersama.
2.
VCT dengan menggunakan Matrik. Jenis VCt ini meliputi:
daftar baik-buruk, daftar tingkat urutan, daftar penilaian diri sendiri.
3.
VCT dengan menggunakan kartu keyakinan kartu sederhana
ini berisikan; pokok masalah, dasar pemikiran positif negatif dan pemecahan
pendapat siswa yang kemudian diolah dengan analisa yang melibatkan sikap siswa
terhadap masalah tersebut.
4.
VCT melalui teknik wawancara
5.
VCT dengan teknik Inkuiri dengan pertanyaan yang acak
random, dengan cara ini siswa berlatih berpikir kritis, analitis.
0 komentar
Posting Komentar