Diberdayakan oleh Blogger.

pencarian

Total Tayangan

Post Populer

Blogger templates

Blogroll

Rabu, 03 Juni 2015

MAKALAH STUDI TENTANG POTRET SISTEM PENDIDIKAN DI MALAYSIA

BAB I
PENDAHULUAN
Malaysia adalah negara tetangga terdekat Indonesia selain Brunai dan Singapura di wilayah Asia Tenggara, mayoritas penduduknya beragama Islam dengan bahasa melayu sebagai bahasa nasional. Pada zaman pertengahan, malaysia pernah menjadi bagian dari wilayah kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, oleh karena adanya kemunduran di dalam pemerintahan Majapahit, maka wilayah ini lepas  dan muncul kerajaaan baru yaitu Kesultanan Malaka pada awal abad 16 Masehi. Dengan demikian secara historis Malaysia pada zaman dahulu pernah menjadi bagian dari wilayah Indonesia, maka tidak ayal kalau beberapa unsur kebudayaan termasuk bahasa nasional Malaysia masih ada beberapa kemiripannya dengan Indonesia.
Pembangunan Malaysia dilakukan dengan memadukan antara sektor kehidupan, terutama memadukan antara sektor ekonomi, politik dan pendidikan. Setelah mengalami kemerdekaan Malaysia membangun pendidikannya, dengan berbasis sistem pendidikan di Inggris. Dari sejarah dan kemajuan yang nampak di atas, maka pada makalah ini akan membahas secara lebih lanjut tentang kondisi, kebijakan-kebijakan serta potret sistem pendidikan di Malaysia.

           











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Potret Sistem Pemerintahan
Malaysia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 31 Agustus 1957. Tidak lama kemudian, pada tanggal 16 September 1963, Malaysia membentuk negara federal  yang meliputi Malaya, Serawak, Sabah, dan Singapura. Selanjutnya pada tahun  1965, Singapura memisahkan diri dari negara federal Malaysia. Sekarang ini Malaysia mencakup beberapa negara bagian, yaitu Malaysia (329.758 km2), Semenanjung Malaysia (131.598 km2), Serawak (124.449 km2) dan Sabah (73.711 km2). Berdasarkan sensus tahun 1990, populasi total penduduk Malaysia sekitar 50.292.000 penduduk tiap negara bagian mempunyai gubernur terpilihnya sendiri-sendiri. Kepala Tertinggi Federal Malaysia adalah Yang Dipertuan Agung, yang dipilih melalui konferensi para pemerintah di antara mereka, untuk masa kematian dan pengunduran dirinya. Yang Dipertuan Agung juga merupakan Komandan Tertinggi Angkatan Bersenjata yang bertindak atas nasihat Parlemen dan Kabinet.
Mayoritas penduduk Malaysia beragama Islam (6.918.307). sisanya beragama Budha (2.265.456), Konfusius(1.518.683), Hindu (920.393), Kristen (842.990), tidak beragama (275.338), Kaum Suku (259.455), dan lain-lain (69.750). malaysia berkomposisi penduduk yang multietnis, terdiri atas orang Melayu (55%), Cina (30%), India (7%), Dayak, Eropa, dan lain-lain. Penduduk asli Malaysia berkaitan erat dengan orang Philipina dan Indonesia. Selain itu, terdapat penduduk Cina, India, Pakistan, Srilangka, Bangladesh, serta beberapa suku asli yang kebanyakan tinggal di Serawak dan Sabah. Bahasa nasional Malaysia adalah bahasa Malaysia (Melayu). Namun, sebagai negara yang multirasial,  komunikasi dengan bahasa lain, seperti bahasa Inggris dan beragam dialek setempat, lazim digunakan sehari-hari. Bahkan, sekolah-sekolah di Malaysia mewajibkan masuknya mata pelajaran bahasa Inggris.[1]
B.     Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara.
Secara geografis, Malaysia terletak pada 7 Lintang Utara garis katulistiwa, bahkan sering disebut sebagai berada dipusat atau jantung Asia Tenggara yang memiliki selat Malaka. Luas negeri Malaysia adalah 329.758 kilometer persegi, meliputi semenanjung Malaysia yang terletak diujung daratan Asia Tenggara, serta Sabah dan Serawak yang terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. Negara ini memiliki iklim panas dan lembab sepanjang tahun, hampir sama dengan iklim di wilayah Sumatra dan Klimantan. Dengan suhu udara berkisar antara 300 Celsius pada siang hari dan 220 Celsius pada malam hari.
Malaysia adalah negeri multi-etnis dan multi-ras, terdiri dari ras Melayu sebagai ras utama, ras China, dan India sebagai golongan ras lainnya. Ada juga orang-orang kebangsaan lain. Mereka datang ke Malaysia untuk belajar, bekerja, atau berbisnis.[2]
Lebih dari sepertiga suplai timah dunia berasal dari Malaysia. Selain timah, Malaysia juga penghasil besi, bauksit, dan kayu. Industri kayu Malaysia  kian meluas dan menjadi penghasil ekspor ke luar negeri terbesar ketiga bagi ekonomi Malaysia. Kayu tersebut merupakan produksi dari Malaysia Timur ataupun Barat. Di samping itu, masih ada hasil ekspor dan produksi niaga terbesar lainnya di Malaysia, yakni minyak kelapa. Pohon kelapa banyak ditemukan di negeri ini, khususnya sepanjang tepi pantai. Kelapa ini dipasarkan dalam bentuk kelapa segar untuk bahan makanan, tetapi sebagian besarnya dijual dalam bentuk kopra kepada industri penggilinggan minyak, baik untuk dalam maupun luar negeri. Demikian luasnya lahan perkebunan kelapa ini hingga banyak tenaga kerjanya yang didatangkan dari luar negeri, misalnya Indonesia, untuk bekerja di sana. Tidak mengherankan bila 40% penduduk Malaysia bermata pencaharian sebagai petani. Malaysia memiliki tanah yang subur dan didukung oleh iklim yang kondusif. Malaysia umumnya beriklim khatulistiwa dengan suhu yang umumnya tinggi, curah hujan lebat, khususnya selama akhir musim gugur dan awal musim dingin. Rata-rata hujannya lebih dari 240 cm per tahun. Siang hari panas dan lembab, sedangkan malam hari sejuk karena angin laut. Sementara suhu di pegunungan lebih sejuk dan kelembaban berkurang.
Kondisi ekonomi Malaysia, jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya terutama untuk kawasan Asia Tenggara, tergolong tahan banting. Meskipun krisis ekonomi yang melanda Asia berimbas pada ekonomi Malaysia sehingga Malaysia mengalami kontraksi ekonomi sekitar 6,7% serta kegiatan manufaktur dan kontruksi ikut terpukul, indikator investasi  swasta pada paro 1998 menunjukkan beberapa perbaikan. Dengan menerapkan Rencana Pemulihan Ekonomi Nasional (International Economic Recovery Plan) pada Juli 1998, Malaysia mampu mengabaikan pendekatan pengawasan IMF (International Monetary Fund). Dalam rencana pemulihan ekonomi tersebut terdapat enam tujuan, yakni menstabilkan nilai tukar ringgit, memulihkan kepercayaan pasar, menjaga kestabilan keuangan pasar, memperkuat fundamental ekonomi, melanjutkan agenda nasional bagi peningkatan pemerataan ekonomi-sosial masyarakat, serta melakukan revitalisasi beragai sektor yang terkena dampak krisis.
C.    Filsafat pendidikan dan Orientasi Pendidikan
1.      Filsafat Pendidikan
Kaitannya dengan filsafat pendidikan dan orientasi pendidikan, maka kita akan membahas tentang pandangan pendidikan dilihat dari segi falsafahnya ( filsafatnya ) seperti unsur-unsur apa yang membangun dalam pendidikan dan manfaat dari pendidikan itu sendiri. Sehingga dapat kita simpulkan bahwasannya yang akan dibahas disini adalah apa tujuan dari pendidikan di Malaysia, hakikat kurikulum seperti apa, hakikat strategi pendidikannya, dan materi-materi apa yang diajarkan atau disampaikan.
Dalam bukunya Binti Maunah, dijelaskan tentang hal demikian diantaranya adalah :
1.      Tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam serta membekalkan kepadanya berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Sehingga dari tujuan pendidikan tersebut akan dijadikan dasar untuk membuat kurikulum-kurikulum pendidikan seperti memilih materi-materi apa yang akan diajarkan kepada siswa dan lain sebagainya.
2.      Kurikulum pendidikan merupakan dasar pendidikan yang menjadi landasan dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Tentunya dalam pembuatan kurikulum pendidikan ini harus berlandaskan kepada aqidah Islamiyyah sehingga tetap akan berada pada aturan-aturan yang diajarkan dalam Alquran dan Assunnah.
3.      Strategi pendidikan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pendidik untuk menjadikan anak didiknya berfikir. Sehingga dengan berfikir tersebut akan menambah wawasan-wawasan dan keterampilan-keterampilan dalam diri setiap peserta didik.
4.      Materi pelajaran merupakan ilmu-ilmu yang akan disampaikan kepada peserta didik. Di negara Malaysia kaitannya dengan materi pelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a.       Ilmu terapan ( ilmu gunaan ) seperti ilmu matematik harus diajarkan di semua tingkat pendidikan (dari tingkat pra pendidikan sampai ke pendidikan tinggi).
b.      Ilmu kebudayaan daerah ( selain ilmu kebudayaan Islam ), hanya diajarkan di tingkat perguruan tinggi dengan syarat tidak boleh menyimpang dari segi strategi dan tujuan pendidikan. Sebagai contoh tentang ilmu perobatan, teknikal, perbatikan dan lain sebagainya.
c.       Ilmu-ilmu Kebudayaan Islam ( cabang ilmu-ilmu Islam baik dalam bidang tauhid, fiqih, dan lain sebagainya ) harus diajarkan di semua tingkat pendidikan. Atau justru dibentuk berbagai jurusan atau fakultas tentang kebudayaan Islam.  
d.      Ilmu-ilmu kesenian dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan yang boleh dipelajari tanpa adanya batasan-batasan di setiap tingkat pendidikan asalkan tidak melanggar dari pandangan Islam.[3]
2.      Orientasi Pendidikan
Pendidikan merupakan tanggungjawab pemerintah federal. Sistem pendidikan nasional meliputi pendidikan prasekolah hingga perguruan tinggi. Pada tahun 2004 pendidikan prasekolah, dasar dan menengah berada dibawah yurisdiksi Kementrian Pendidikan (the Ministry of Education). Sedangkan pendidikan tinggi merupakan tanggungjawab Kementerian Pendidikan Tinggi (the Ministry of Higher Education). Semua bentuk penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada visi dan misi. Adapaun visi dan misi utama pemerintahan Malaysia adalah menjadikan negerinya sebagai pusat pendidikan berkualitas dan siap bersaing dangan lembaga pendidikan tinggi di negara lain seperti Singapura dan Australia.[4]
D.    Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama.  
Kedatangan Islam ke Malaysia tidak berbeda dengan kedatangan Islam ke Indonesia, yaitu melalui selat Malaka. Yang merupakan jalur perdagangan laut yang sudah lama dilayari oleh pedagang-pedagang Arab, Parsi, dan India. Sebagai sebuah lintasan perdagangan tentu telah terjadi kontak antara kaum pedatang, yaitu para pedagang dengan bumi putra.
Peranan masuknya Raja Malaka yang pertama ke dalam Islam sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan Islam di Malaysia. Parameswara Raja Malaka masuk Islam pada tahun 1414 M dan mengubah namanya menjadi Megat Iskandar Syah. Dengan masuknya beliau ke dalam Islam, beliau ikut aktif dalam memberikan arahan kepada para pembesar dan rakyatnya untuk memeluk Islam. Awal pendidikan Islam di Malaysia diawali dengan kelembagaan yang bersifat informal melalui kontak-kontak person antara pendidik (pedagang yang merangkap sebagai mubalaigh) dengan peserta didik (masyarakat pribumi).
Pendidikan agama Islam selain sebagai pelajaran juga dimasukkan kesekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah yang diajarkan dengan pelajaran lain. Ada juga lembaga pendidikan yang mengkhususkan dirinya untuk memberi pelajaran agama dengan porsi lebih dari sekolah-sekolah kerajaan. Lembaga ini disebut dengan Sekolah Menengah Agama yang dibagi kepada tiga jenis:
1)      Sekolah Menengah Agama Kerajaan.
2)      Sekolah Menengah Agama Negeri.
3)      Sekolah Menengah Agama Rakyat.[5]
Sejak merdeka pada tahun 1957, ilmu pengetahuan agama Islam telah dijadikan sebagai kurikulum pendidikan nasional di Malaysia; diberikan selama 120 menit per minggunya. Akan tetapi, karena pemerintah tidak melakukan penekanan atau kewajiban lulus ujian ilmu pengetahuan agama Islam, pelajaran ini tidak mendapat perhatian serius dari siswa. Lalu pada tahun 1975, berbagai langkah penting  untuk memperkuat pendidikan Islam di negara ini telah ditempuh oleh Departemen Pendidikan. Pada tahun 1982, Perdana Menteri Mahathir Muhammad mengambil keputusan untuk menjalankan kebijakan penanaman nilai-nilai Islam di pemerintahan. Dengan demikian, peran Islam kian penting dalam negara. Islamisasi pemerintahan ini bisa dibuktikan dengan adanya pembentukan Bank Islam, Sistem Asuransi Islam, Universitas Islam Internasional Penyempurnaan Keagamaan Islam, dan lain-lain. Setahun kemudian, pada tahun 1983, Departemen Pendidikan menyatakan bahwa nilai-nilai moral akan diajarkan kepada pelajar nonmuslim, sementara ilmu pengetahuan agama akan diajarkan kepada para pelajar muslim.
Sebagaimana diamati oleh Claudia Derichs menjelang akhir tahun 1990-an, secara drastis jumlah mahasiswi yang memakai tudung atau jilbab kian meningkat, sementara kaum lelakinya memakai kopiah. Para guru mengakui bahwa kecenderungan menyatakan identitas sebagai seorang muslim telah muncul sedemikian rupa hingga guru perempuan yang tidak bertudung adalah perilaku perkecualian karena banyaknya yang memakai tudung.
Perkembangan masjid dan surau di Malaysia mencerminkan semaraknya aktivitas umat Islam. Bandar Baru Bangi (sekitar 25 km dari Kuala Lumpur), misalnya, merupakan daerah yang memiliki masjid dan surau dengan perkembangan pesat. Seiring dengan makin meluasnya pemukiman penduduk, perkantoran, pertokoan, dan industrialisasi, jumlah masjid dan surau pun bertambah. Masjid-masjid itu bukan saja untuk melaksanakan praktik ibadah salat, melainkan juga sebagai lembaga pendidikan Islam. Surau an-Nur di Bandar Baru Bangi,  misalnya, merupakan tempat kajian Alqur’an dan Tafsir, baik bagi lelaki maupun perempuan. Kadang kala diadakan tahlil serta perbincangan keagamaan yang terjadwal secara sistematis tentang segala hal yang berkaitan dengan masalah spiritual dan problem yang dihadapi masyarakat masa kini.
Agaknya corak Islami ini tidak hanya terjadi dibidang pendidikan semata. Di lingkungan elite politik dan parpol seolah juga terjadi perlombaan dalam menyatakan ciri keislamannya. Sebagai contoh partai yang sedang berkuasa dimalaysia, yakni the United Malays’ Nasional Organization (UMNO) pimpinan Mahathir Muhammad, telah membuka website untuk mennjukkan berbagai upaya jihadnya. Upaya menciptakan website demikian, apapun isinya, akhir-akhir ini mengindikasikan hadirnya kompetisi untuk “menjadi Islami” di Malaysia. Karena didukung oleh parpol, Islamisasi di Malaysia pun menjadi isu politik dari pada sebagai akibat langsung dari munculnya gerakan sosial.[6]
E.     Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan Formal
Setelah mengalami kemerdekaan, Malaysia mulai membangun negara di bidang pendidikan. Kaitannya dengan pembangunan pendidikan, Malaysia menggunakan sistem pendidikan sama seperti sistem pendidikan yang diterakan di Inggris, yaitu pendidikan dasar selama enam tahun, disusul pendidikan menengah selama lima tahun (tiga tahun menengah rendah atau pertama, dan dua tahun menengah atas). Semua itu dapat diakses anak-anak Malaysia dengan gratis. Para siswa wajib mengikuti ujian Negara di setiap akhir jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah awal dan tinggi. Pada tahun 2006, jumlah siswa yang bersekolah di pendidikan dasar ada 3.111.948 anak, sedangkan jumlah siswa yang bersekolah di pendidikan menengah ada 2.304.976 anak.
Pendidikan rendah atau dasar (Primary Education) di Malaysia berlangsung 6 tahun yang wajib diikuti oleh anak-anak usia 7-12 tahun. Wajib belajar di Malaysia dicanangkan dan dilaksanakan mulai tahun persekolahan 2003. Pendidikan wajib adalah satu peraturan yang mewajibkan setiap orang tua sebagai penduduk warga Negara Malaysia yang mempunyai anak berumur 6 tahun mendaftarkanny di sekolah rendah. Pendaftaran siswa baru biasanya dilakukan 1 tahun sebelum masa persekolahan. Keteledoran orang tua memasukan anaknya untuk mengikuti wajib belajar dianggap sebagai kesalahan menurut undang-undang. Dan jika hal ini terbukti di pengadilan, maka orang tua tersebut didenda maksimal RM 5000 atau dihukum maksimal 6 bulan.
Sekolah Menengah di Malaysia merupakan sekolah lanjutan setelah anak menempuh sekolah dasar selama 6 tahun. Sekolah menengah ini berlangsung selama 5 tahun. Pada akhir kelas 3, para siswa harus mengikuti ujian untuk menentukan kelulusan di sekolah menengah rendah, yang disebut penilaian menengah rendah, (PMR) atau dahulu dikenal dengan istilah Sijil Penjajahan Rendah (SPR), dalam bahasa inggris disebut Lower Certificate Education (LCE) atau Lower Secondary Evaluation. Ujian tersebut wajib diikuti oleh semua kelas 3. Setelah itu, siswa akan diarahkan untuk masuk kelas berikutnya dengan pilihan jurusan IPA (Science) atau seni (Arts). Siswa dapat memilih sesuai dengan pilihan mereka sendiri. Umumnya jurusan IPA lebih dipilih oleh siswa. Meskipun dalam perjalanannya, siswa masih diberikan kesempatan untuk beralih dari jurusan IPA ke jurusan seni.[7]     .   
F.     Dinamika dalam Pengembangan Kurikulum
Setelah Perang Dunia II, saat Malaysia masih di tangan kekuasaan Inggris, pada tahun 1955 di bentuk satu Komisi di bawah pimpinan atas A. Rezak yang isinya mempersiapkan usul-usul bagi sistem pendidikan Malaysia. Di antara usul tersebut ditetapkan bahwa bahasa Melayu dan Inggris dijadikan sebagai bahasa wajib bagi semua murid di sekolah-sekolah, selain bahasa Tamil dan Cina. Setelah kemerdekaan, pada tahun 1961, melalui hasil Komisi A. Rahman, bahasa Melayu dan Inggris ditetapkan sebagai bahasa wajib yang diberikan sampai dengan kelas enam sekolah dasar. Adapun bahasa Tamil dan Cina diberikan di sekolah  tingkat menengah.
Pada tahun 1974, Malaysia membentuk Jawatan Kuasa Kabinet yang bertugas mengkaji semua pelaksanaan pendidikan. Laporan Jawatan Kuasa Kabinet ini telah mulai terbit sejak tahun 1979. Lalu, atas dasar laporan tersebut, Kementerian Pendidikan melancarkan reformasi pendidikan dengan memperkenalkan program KBSR pada tahun 1982/1983 diikuti dengan pelaksanaan KBSM pada tahun 1988/1989. Pada dekade 1990-an, Malaysia mengadakan perubahan kebijakan pendidikannya secara berarti, di antaranya sebagai berikut:
1.      Memperkenalkan pendidikan persekolahan dalam sekolah rendah;
2.      Mengurangi tahun lama sekolah di sekolah rendah, dari 6 tahun menjadi 5 tahun, bagi murid yang cerdas dan sebaliknya, menambah tahun lama sekolah, menjadi 7 tahun, bagi murid yang lambat;
3.      Memberikan peluang pendidikan kepada semua pelajar dengan melanjutkan waktu belajar mereka dari 9 hingga 12 tahun, yaitu sampai tingkat 5 di peringkat sekolah menengah;
4.      Mengutamakan pendidikan teknologi dengan tujuan melahirkan pelajar yang mahir dalam bidang seni perusahaan, perdagangan, dan ekonomi;
5.      Mengubah sistem pemeriksaan SRP kepada Penilaian Menengah Rendah (PMR).
Pendidikan di Malaysia bertujuan mengembangkan potensi individu secara menyeluruh dan terpadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi, dan jasmani, berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Tujuan ini dimaksudkan agar dapat melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negara.[8]
Mengenai kurikulum pendidikan, ditetapkan oleh Kementrian Pelajaran Malaysia. Kurikulum di Malaysia relatif stabil. Kurikulum yang digunakan di sekolah Rendah Malaysia disebut dengan Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR). Dari data Kementrian Pelajaran Malaysia, KBSR mulai diujicobakan tahun 1982 di 302 buah sekolah rendah. Sejak tahun 1988, pelaksanaan KBSR sepenuhnya dicapai dan hingga tahun 2007 masih dipergunakan.
Sedangkan untuk pendidikan tinggi, umumnya dikelola oleh pemerintah dan swasta. Pendidikan tinggi menawarkan berbagai macam program sertifikat, diploma, sarjana, pascasarjana. Lembaga Pendidikan Tinggi Negeri diselenggarakan oleh pemerintah, seperti universitas negri, perguruan tinggi negeri, sekolah tinggi negeri, poloteknik, dan lembaga pelatihan guru. sedangkan Lembaga Pendidikan tinggi swasta diselenggarakan oleh swasta seperti universitas swasta, perguruan tinggi swasta, sekolah tinggi swasta dan cabang universitas luar negeri. Kini jumlah perguruan tinggi swasta di Malaysia lebih dari 400 buah.[9]
G.    Pengembangan  Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kerajaan Malaysia sedang dalam proses menjadikan pendidikan di negeri ini pendidikan yang bertaraf dunia. Konsekuensi dari pada penetapan matlamat ini adalah ekspektasi terhadap peningkatan kualiti pendidikan, terutamanya dari segi sumber manusia. Guru sebagai pelaksana utama pendidikan memiliki tugas yang berat bagi mencapai matlamat tersebut. Tugas ini menjadi makin berat sebab adanya beban tugas dan harapan yang berlebihan daripada masyarakat terhadap guru. Satu contoh masalah pada guru adalah perubahan kurikulum yang turut memaksa guru untuk beradaptasi dengan cepat. Misalnya masalah penggunaan bahasa inggeris yang biasanya bahasa melayu untuk pelajaran Matematika dan Sains.
Kementerian Pendidikan Malaysia sehingga kini belum membuat secara khusus standard kompetensi guru. Namun demikian, sudah ada usaha-usaha bagi menetapkan kompetensi tersebut. Dalam proses membangunkan standard kompetensi guru, terdapat 10 prinsip asas di mana guru perlu tahu dan berupaya untuk melakukannya bergantung kepada kandungan mata pelajaran yang spesifik. Standard ini berhubung kait dengan (i) pengetahuan tentang mata pelajaran, (ii) pengetahuan tentang perkembangan dan pembelajaran individu, (iii) menyesuaikan pengajaran untuk keperluan individu, (iv) kepelbagaian stategi pengajaran, (v) kemahiran memotivasikan  dan menguruskan kelas, (vi) kemahiran komunikasi, (vii) kemahiran merancang pengajaran, (viii) penaksiran pembelajaran pelajar, (ix) komitment dan tanggungjawab profesional, dan (x) perkongsian.
Standard Kompetensi Guru di bangunkan mengikut tahap-tahap tertentu sebagai refleks kepada kepakaran dan pengalaman yang perlu ditunjukan sepanjang karier seorang guru. Sehubungan dengan itu, satu standard Kompetensi Guru Malaysia dicadangkan. Standard Kompetensi Guru Malaysia ini dibagikan kepada (i) Bakal Guru, dan (ii) Guru Malaysia (Guru Permulaan, Guru, Pentadbir iaitu Guru Penolong Kanan, Pengetua, Guru Cemerlang dan Pengetua Cemerlang)
Standar Kompetensi Bakal Guru: Membuat saringan di peringkat awal pemilihan bakal guru lagi. Iaitu calon-calon yang terpilih mestilah terdiri dari pada mereka yang benar-benar ikhlas ingin menjadi insan guru. Calon-calon ini pula hendaklah telah melepasi beberapa peringkat penapisan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh kementrian sendiri. Standard bakal guru yang perlu dicapai iaitu: Standard 1: kelayakan Akademik, Standard 2: Kepelbagaian Kemahiran, dan Standard 3: Sahsiah dan Keterampilan.
Standard Kompetensi Guru Malaysia: disyorkan agar merangkumi 3 Standard profesional dalam tugas guru iaitu sikap profesional, pengetahuan profesional dan amalan profesional. [10]
H.    Pembiayaan Pendidikan
Mengenai biaya pendidikan dasar orang tua siswa hanya diminta membayar iuran sekolah pada awal tahun ajaran baru. Besarnya iuran yang dipungut oleh pihak sekolah berkisar antara RM 50 sampai RM 70 ( Rp. 125.000-187.500 ) per tahun siswa. Iuran tersebut dirinci untuk pembayaran asuransi, biaya ujian tengah semester dan ujian semesteran, iuran khusus, biaya LKS, praktek computer, kartu ujian, fille data siswa dan rapor.[11]
Khusus untuk sumbangan PIBG (Persatuan Ibu Bapak dan Guru) hanya dipungut satu bayaran untuk satu keluarga. Keluarga yang menyekolahkan lebih dari satu anak, hanya dikenakan iuran yang sama yaitu RM 25 per keluarga. Dan untuk siswa kelas enam ditambah biaya UPSR sebesar RM 70. Selain itu tidak ada pngutan lain, termasuk pula tak ada pungutan sumbangan dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi gedung sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemerintah.[12]
Buku pelajaran yang dipakai siswa relatif tak berganti setiap tahun.bila orang tua siswa membeli semua buku pelajaran, harganya berkisar antara RM 80 sampai RM 125 per siswa per tahun. Buku yang telah dibeli untuk anak sulung akan dapat dipakai terus oleh adiknya secara turun temurun. Khusus untuk keluarga berpendapatan kurang dari RM 2000 per bulan, dapat mengajukan pemohonan kepada pemerintah untuk peminjaman buku teks yang disediakan dari sekolah. Mulai tahun ajaran 2008, semua siswa sekolah rendah mendapat bantuan peminjaman buku pelajaran dari bantuan pemerintah melalui sekolah masing-masing.[13]






PENUTUP
Malaysia adalah negara federal  yang meliputi Malaya, Serawak, dan Sabah, serta mencakup beberapa negara bagian. selain itu, Malaysia adalah negeri multi-etnis dan multi-ras, Mayoritas penduduknya beragama Islam. Lebih dari sepertiga suplai timah dunia berasal dari Malaysia.  Jika dilihat dari kondisi ekonomi Malaysia,  jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya terutama untuk kawasan Asia Tenggara, tergolong tahan banting.
Malaysia merupakan salah satu negara berkembang, meskipun Malaysia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1957, namun Malaysia terus mengalami pembangunan dari banyak aspek termasuk salah satunya pendidikan, seperti dari bahasa internasional yaitu bahasa Inggis yang telah diterapkan. Jika dibandingkan dengan negara Indonesia perubahan perkembangannya lebih cepat Malaysia, bahkan banyak orang Indonesia yang belajar dan bekerja di Malaysia.











DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd. Rahman.  2003.  Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat.. Yogyakarta: Gama Media.
Daulay, Haidar Putra. 2009.  Dinamika Pendidikan di Asia Tenggara. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Maunah, Binti. 2011. Perbandingan Pendidikan Isla., Yogyakarta : Teras
http://www.medc.com.my/medc/seminar_medc/fromCD/pdf/159.pdf
Rohman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif: Menuju Ke Arah Metode Perbandingan Pendidikan Antar Negara. Yogyakarta: Laksbang Grafika.




[1] Abd.Rahman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 112- 113.
[2] Arif Rohman, Pendidikan Komparatif: Menuju Ke Arah Metode Perbandingan Pendidikan Antar Negara, (Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2010),  hlm. 176- 177.
[3] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, cet.1 ( Yogyakarta : Teras, 2011)  hal 161
[4] Ibid., hlm.182             
[5] Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan di Asia Tenggara, cet. 1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 53-60.
[6] Abd.Rahman Assegaf, Op.Cit., hlm. 112- 122.
[7] Arif Rohman, Op.Cit., hlm. 185- 187.
[8] Abd.Rahman Assegaf, Op.Cit., hlm. 115- 117.
[9] Arif Rohman, Op.Cit.,  hlm. 189-190.
[10] http://www.medc.com.my/medc/seminar_medc/fromCD/pdf/159.pdf
[11] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, cet.1 ( Yogyakarta : Teras, 2011)  hal 144
                [12] Ibid, hal. 144
[13] Arif Rohman, Op.Cit.,hlm. 185-186.

0 komentar

Posting Komentar