Diberdayakan oleh Blogger.

pencarian

Total Tayangan

Post Populer

Blogger templates

Blogroll

Rabu, 15 April 2015

MAKALAH KERANGKA KARANGAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Namun sebelum kita membuat sebuah karangan sebaiknya kita membuat kerangka karangan terlebih dahulu karena tanpa kerangka karngan maka akan mudah terjerumus kearah keadaan anarkis dan akan mudah kehilangan kontrol terhadap karangan yang akan dituju. Selain itu, dengan adanya kerangka karangan dapat menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-baigan tertentu serta penyimpangan-penyimpangn dari topik dapat dihindarkan.
Kerangka karangan mempunyai arti yang sama dengan ragaan atau outline yaitu rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah kerangka kyang akan ditulis.
Oleh karena itu, di makalah ini akan dijelaskan mengenai kerangka karangan, lagkah-langkah pembuatan karangan, fungsi kerangka karangan dan contoh-contoh dalam pembuatan kerangka karangan.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud kerangka karangan?
2.      Apa saja fungsi kerangka karangan?
3.      Apa saja bentuk kerangka karangan?
4.      Bagaimana kriteria kerangka karangan?
5.      Bagaimana langkah-langkah kerangka karangan?


C.    Metode pemecahan masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.

D.    Sistematika penulisan makalah
Makalah ini ditulis ke dalam 3 bagian meliputi:
BAB 1 Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang,rumusan masalah, metode pemecahan masalah,dan sistematika penulisan masalah.
BAB II  Pembahasan yang terdiri dari: pengertian kerangka karangan, fungsi kerangka karangan, bentuk-bentuk kerangka karangan, langkah-langkah pembuatan kerangka karangan, contoh-contoh kerangka karangan.
BAB III     Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran. 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Karangka Karangan
Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disususn secara sistemati,logis,jelas,ter stuktur, dan teratur.Kerangka karangan disebut juga ragangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan outline psoses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.[1]
Menurut Nursisto kerangka karangan sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya.
Menurut Gie seseorang yang akan mengarang tanpa membuat kerangka karangan maka ia akan mudah terjerumus kearah keadaan yang anarkis. Pengarang akan mudah kehilangan kontrol terhadap karangan yang ia tuju. Tanpa outline acap kali masalah dan uraian yang disuguhkan menjadi kabur, kurang jelas, banyak bahan yang terlupa, ada bagian yang sejajar, tetapi diuraikan tidak seimbang. Dengan outline, karangan akan tanpak tubuh karangansecara utuh. Outline merupakan miniatur karangan.
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat contoh outline yang sudah diurutkan. Kerangka karangan(outline) ini disadur dari laporan penelitian individu Drs.  A. Umar, M.A., IAIN Walisongo Semarang Tahun 1997.
Topik :                               kesehatan mental islami
Judul :                               Konsep kesehatan mental islami dan aktualisasinya di lingkungan sekolah
Tujuan Penulisan :             Menjelaskan tentang predikat kesehatan mental islami dan aktualisasinya dilingkungan sekolah.
Kerangka Karangan :
1.      Kesehatan mental islami
lain didalam suatu wacana. Disamping itu, yang perlu diperhatiakan pula adalah masalah diksi dan penggunaan ejaan yang disempurnakan dengan benar. Mengarang bagi pengarang dalam menuangkan gagasan-gagasannya kedalam karangan. Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari siswa atau mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.[2]
B.     Fungsi kerangka karangan
1.      Memudahkan pengendalian variabel,
2.      Memperlihatkan pokok bahasan, sub-subbahasan karangan dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan.
3.      Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis,
4.      Memudahkan  penulis menyusun karangan secara menyeluruh,
5.      Mencegah ketidaklengkapkan bahasan,
6.      Mencegah pengulangan pembahasaan ide,[3]

C.    Bentuk-bentuk kerangka karangan
1.      Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya
a.      Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat meliputi:
1). Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
2) .Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu kemudian.
3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka topik  dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
c .Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik
            Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan.

2. Kerangka karangan berdasarkan rinciannya
           a. kerangka karangan sementara
                  kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu, sebuah  penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat sementara, maka tidak  perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian  harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.
                   Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula penulis merumuskan tesis berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyain hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan.
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu.
b.    Kerangka karangan formal
Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal.[4]
D.    Kriteria karangka karangan
Untuk menyusun kerangka karangan yang baik, penulis perlu memperhatikan kriteria berikut :

1.      Menggunakan bentuk kerangka standar,
2.      Menggunakan inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan,
3.      Menggunakan pnomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi, kombinasi angka romawi, huruf dan angka arab ),
4.      Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten,
5.      Setiap subbab diberi nomor secara konsisten,
6.      Setiap unsur subbab diberi nomor secara konsisten,
7.      Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten,
8.      Penomoran tidak melebihi empat angka(digit), dan
9.      Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.[5]
E.     Langkah-langkah pembuatan kerangka karangan
Langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Menyusun semua ide pokok yang berhubungan dengan topik karangan yang akan ditulis.
2.      Mencatat semua ide pokok yang muncul baik dari data yang tertulis maupun data melalui wawancara.
3.      Menyusun dan menyeleksi ulang terhadap ide yang tidak penting. Ide yang berdaya dukung terhadap penulisan dikoordinasikan menjadi satu, sedangkan ide yang tidak pemnting dihilangkan.
4.      Memeriksa  ulang apakah masih terdapat ide yang tidak sesuai atau terdapat ide yang belum dimasukan serta memeriksa kembali urutan semua ide.
a.       Pengertian kesehatan mental islami
b.      Hakikat kesehatan mental islami
c.       Batasan  kesehatan mental islami
d.      Objek kesehatan mental islami
1.      Sekolah sebagi pusat pembinaan kesehatan mental islami
a.       Perkembangan psikis anak usia sekolah
b.      Prroblem dasar kesehatan mental di sekolah
c.       Peranan guru bimbingan dan konseling dalam kesehatan mental islami
d.      Efektifitas sekolah dalam pembinaan kesehatan mental islami
2.      Aktualisasi nilai-nilai kesehatan mental islami dilingkungan sekolah
a.       Prinsip nazafah(kebersihan)
b.      Prinsip amanah
c.       Prisip ukhuwah
d.      Prinsip ilmiah
e.       Prinsip diniah
Setelah membuat kerangka karangan, selanjutnya adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan. Pada tahap ini kegiatan utamanya adalah merangkai kalimat demi kalimat dengan mengacu pada kerangka karangan yang telah disusun menjadi sebuah karangan atau wacana.
Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau dua pragraf. Kerangka karangan yang telah disusun menjadi titik tolak kalimat-kalimat yang dituangkan atau dijadikan sebagai pikiran utama atau kalimat topik pada setiap paragraf yang dibuat. Dengan demikian, kecil kemungkinannya terjadi kesalahan atau pengulangan ide didalam suatu karangan bahkan kesalahan itu dapat dihindari.
Pola pengembangan paragraf sebagai mana telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bisa menggunakan pola penalaran deduktif atau induktif. Hal perlu dingat pada saat menyusun kalimat adalah menghadirkan unsur-unsur kalimat secara lengkap sehingga kerancuan kalimat dapat dihindari dan ketidakjelasan kalimat dapat ditinggalkan. Dalam menyusun kalimat perlu diperhatikan pula adanya oherensi antarkalimat dan antarparagraf.
Koherensi antarkalimat adalah suatu pertalian atau hubungan antara suatu kalimat dengan kalimat lain didalam suatu paragraf, sedangkan koherensi antar paragraf adalah pertalian atau hubungan antara satu paragraaf denagan paragraf
karangan. Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari siswa atau mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.[6]
F. Contoh -contoh Kerangka Karangan
1. kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab.
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
I.        Pendahuluaan
II.     Potensi Akademik Mahasiswa
A.    Potensi Kecerdasan
B.     Keahlian Bidang Studi
C.     Tenaga Kerja Intelektual
III.  Paradigma Kewirausahaan
A.    Potensi Kewirausahaan
B.     Sumber Kreativitas Baru
C.     Budaya Kewirausahaan
IV.    Strategi Berwirausahaan
A.    Strtegi Awal
1.      Konsep
2.      Modal
3.      Produk
4.      Pasar
B.     Evaluasi Perencanaan dan pengembangan
C.     Perencanaan Awal,
D.    Pengembangan Semester Pertama
E.     Evaluasi dan Pengembangan Semester Kedua
F.      Evaluasi, Perencanaan dan Pengembangan Tahun Kedua
2. Kerangka Sistem Lekuk dengan Angka desimal
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
1.         Pendahuluan
2.         Potensi Akademik Mahasiswa
2.1     Potensi Kecerdasan
2.2     Keahlian Bidang Studi
2.3     Tenaga Kerja Intelektual
3.         Paradigma Kewirausahaan
3.1     Potensi Kewirausahaan
3.2     Sumber Kreatif Baru
3.3     Budaya Kewirausahaan
4.      Strategi Berwirausaha
4.1     Strategi Awal
4.1.1     Konsep
4.1.2     Modal
4.1.3     Produk
4.1.4     Pasar
4.2  Evaluasi Strategi Awal,
4.3  Perencanaan dan Pengembangan Tahun Pertama
4.4  Evaluasi, Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua
5.      Kesimpulan
3. Kerangka Sistem Lurus dengan Angka Romawi dan Desimal

BAB I    PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
1.2   Masalah
1.3  Tujuan Penelitian
1.4  Pembatasan Masalah
1.5  Manfaat Pnelitian
BAB II  KERANGKA TEORI
2.1 Deskripsi Teori,
2.1.1 Deskripsi teoetik variabel pertama (definisi, gambaran, konsep)
2.1.2 Deskripsi teoritik variabel kedua (definisi, gambaran, konsep)
2.2 Kerangka berfikir
2.3 Rumusan Hipotesis
      BAB III METODE PENELIIAN
a.       Metode penelitian
b.      Populasi dan sampel
c.       Variabel
d.      Instrumen
e.       Prosedur Pengukuran
f.       Teknik Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1  Deskripsi Data
4.2  Pengujian data
4.3  Hasil penguji
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan (interpretasi atas hasil penelitian)
5.2  Saran
4. Kerangka Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif
BAB I    Pendahuluan
BAB II   Teori Acuan
BAB III  Metodologi Penelitian
BAB IV  Hasil Penelitian
BAB V  Pembahasan
BAB VI  Kesimpulan, Implikasi (saran)
5. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model kerangka  penelitian kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I  Pendahuluan
1.1  Latar belakang
1.2  Masalah
1.3  Tujuan
1.4  Manfaat
BAB II  Kajian Pustaka
2.1 Deskripsi teori
2.2 Analisis
2.3 Sintetis
BAB III  HASIL PENELITIAN
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
BAB IV  KESIMPULAN
(Tindak lanjut)
6. Kerangka karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif, untuk penulisan artikel
Pola penilaian: Sari tema – kekuatan – kelemahan - intregitas
I Sari tema
II Deskripsi umum
III Kekuatan / keunggulan pertama
IV Kekuatan / keunggulan kedua
V Kelemahan pertama dan solusi
VI Kelemahan kedua dan solusi
VII Intregitas (induktif)
7. Kerangka karangan dengan romawi dan desimal lurus model kerangka penelitian kualitatif untuk penulisan makalah
I  PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dan masalah
1.2 Pentingnya pembahasan masalah
1.3 Sudut pandang dan pendekatan
1.4 Pembatasan masalah

II  PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang dihadapi
2.2 Cara pemecahan masalah
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan
III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran[7]   












BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka karangan sering disebut juga dengan outline atau ragangan.Kerangka karangan (outline) merupakan miniatur karangan.Pada dasarnya outline adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda dengan jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Dengan  memperhatikan outline akan terlihat dengan jelas struktur dan sistematika berpikir pengarangnya.Sehingga pengarang dapat melihat dengan jelas, dibagian mana fakta, penilaian, argumentasi, atau ilustrasi tertentu dikemukakan, sehingga karangan menjadi tepat.
kerangka karangan juga sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau an pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, susunan penulisan yang bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, logis, jelas, dan bersasaran dari target pembacanya. kerangka karangan (outline) juga  memudahkan kita dalam pembuatan karangan yang lebih baik.
B.     Saran
Agar kita dapat memperoleh karangan yang baik, logis, dan sistematis,maka kita harus mmbuat kerangga terlebih dahulu.Karena dengan kerangka karangan kita bisa menghindari penggarapan topik  yang berulang-ulang,terhindar dari tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya.
DAFTAR  PUSTAKA

Budi Karyanto,umum.2009. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi Pekalongan: STAINPekalongan Press.
Keraf, Gorys ke.1997.  komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa. jakarta: Nusa indah.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta:Erlangga.
Widjono. 2005. bahasa indonesia. jakarta: PT Grasindo.



[1] Widjono HS, bahasa indonesia, (jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 231.
[2] Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm. 74-75.
[3] Kunjana rahardi, bahasa indonesia untuk perguruan tinggi, (jakarta:erlangga,2009), hlm.159.
[4] Gorys keraf, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa, (jakarta: nusa indah, 1997), hlm.146.



[5] Widjono HS, bahasa indonesia, (jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 234.

[6] Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 74-75.
[7]  Widjono HS, loc. cit.  hlm. 235-241.

0 komentar

Posting Komentar