Diberdayakan oleh Blogger.

pencarian

Total Tayangan

Post Populer

Blogger templates

Blogroll

Minggu, 10 Mei 2015

MAKALAH PERKEMBANGAN ANAK MENURUT KONSEP ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi didunia dan alam semesta ini merupakan sunnahtullah yang tidak bisa dihindari. Hal itu merupakan kejadian alamiah yang setiap yang hidup pasti akan mengalami dan merasakan perubahan. Dalam konteks kajian ilmu perkembangan psikologi  merupakan proses bertahap yang  dialami oleh setiap individu. Akan tetapi kita juga harus mengetahui secara pasti , apa yang mendasari dan melatarbelakangi perubahan dan perkembangan pada individu  tersebut. Bagaiaman pandangan al-quran maupun hadist terkait dengan teori perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada anak. Dalam proses perkembangan akan mengalami beberapa fase dan tahapan-tahapan baik secara biologis maupun psikologis.
Maka lewat tulisan ini akan dikaji mengenai perbandingan antara teori perkembangan Islam dengan studi teori perkembangan secara umumnya, serta faktor-faktor yang mendasari perkembangan dan pertumbuhan kemudian  bagaimana pandangan al-quran dan hadist yang berkaitan dengan proses perkembangan dan pertumbuhan anak. Agar kita bisa mengetahui hakikat pertumbuhan dan perkembangan bagi anak. Serta peran orang tua dan guru dalam mensikapi perkembangan yang dialami oleh anaknya, agar bisa mengamati apa yang terjadi sehingga bisa diantisipasi secara dini guna mengawal perkembangan anak dengan baik dan cermat, yang tentunya disesuaikan dengan kondisi psikologis anak.







BAB II
PEMBAHASAN

A.  Perkembangan Anak Menurut Konsep Islam
Psikologi perkembangan menurut Islam memiliki kesamaan objek studi dengan psikologi perkembangan pada umumnya, yaitu proses pertumbuhan dan perubahan manusia. Secara biologis pertumbuhan itu digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sesuai firmannya pada surat Al-Mu’min ayat 67 sebagai berikut:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُون (٦٧)َ 
Artinya:
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.”
Dari penjelasan ayat diatas bahwa proses kejadian individu mengalami tahapan dan dinamika sejak dalam kandungan hingga lahir. Seorang individu tumbuh menjadi anak, remaja atau dewasa  yang mengarah pada proses pertumbuhan dan perkembangan.[1]

B.  Fase Perkembangan Anak Menurut Konsep Islam
1.    Masa bayi (0 hingga 2 tahun)
Pada fase ini orang tua anak perlu untuk mengembangkan kasih sayang secara dua arah dimana ibu memberikan kasih sayangnya dan dalam waktu bersamaan juga mengembangkan kemampuan anak memberikan respon terhadap kita. Ini seperti yang sering kita perhatikan dalam fase pertumbuhan anak secara umum dimana kita memang diharapkan mengajarkan dan memperhatikan anak untuk dapat memberikan respon terhadap kita. Meski beberapa orang menganggap hal ini biasa, tapi dalam pengamatan saya pribadi anak tidak akan berkembang maksimal jika orang tua (atau orang sekitar) kurang memberikan stimulasi pada anak. Disini yang dimaksud “mengembangkan kemampuan anak memberikan respon.
2.    Masa anak-anak (2-7 tahun atau disebut dengan fase thufulah)
Pada fase inilah merupakan fase penting memberikan pondasi dasar tauhid pada anak melalui cara aktif agar anak terdorong dan memiliki tauhid aktif dimana anak mau melakukan sesuatu yang baik semata menurut Allah. Fase ini fase penting penanaman pondasi bagi anak. Tinggal cari cara nih bagaimana menerapkannya.
3.    Masa Tamyiz (7-10 tahun)
Di fase ini anak sudah mulai mampu membedakan baik dan buruk berdasarkan nalarnya sendiri sehingga di fase inilah kita sudah mulai mempertegas pendidikan pokok syariat.
4.    Masa Amrad (10-15 tahun)
Fase ini adalah fase dimana anak mulai mengembangkan potensi dirinya guna mencapai kedewasaan dan memiliki kemampuan bertanggung jawab secara penuh. Dalam islam, fase ini juga merupakan fase dimana anak mencapai aqil baligh sehingga sudah semakin pandai menggunakan akalnya secara penuh. Salah satu yang menjadi tuntutan bagi anak kemudian adalah kepandaiannya dalam mengatur harta yang dimulai dengan kemampuan mengatur anggaran untuk dirinya sendiri.
5.    Masa Taklif (15-18 tahun)
Pada masa ini anak seharusnya sudah sampai pada titik bernama taklif atau bertanggung jawab. Bagi lelaki setidaknya fase ini paling lambat dicapai di usia 18 tahun dan bagi anak perempuan paling lambat dicapai di usia 17 tahun. Tanggung jawab yang dimaksud selain pada diri sendiri juga tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat sekitar dan masyarakat secara keseluruhan.[2]

C.  Perkembangan Anak Secara Psikologis dalam konsep Islam
1.    Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik meliputi: peroide pertumbuhan, periode ini mencakup : awal pekembangan motorik bayi (awal kelahiran),  pentingnya bermain bagi anak-anak (anak-anak) dan masa pubertas, periode pencapaian kematangan, periode usia baya dan periode penuaan.
2.      Perkembangan Kognitif
Persepsi dan belajar merupakan proses dasar kognitif yang sering dianggap sebagai pusat perkembangan manusia.
a.    Perkembangan kognitif
v Tahap perkembangan kognitif
a) Periode perkembangan                    
b) Periode pencapaian kematangan
c) Periode tengah baya
d) Periode usia lanjut
v Perspektif sosiolkultural dalam perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif manusia juga ditentukan oleh lingkungan dimana dia tinggal. Pentingnya lingkungan dalam perkembangan kognitif terlihat dari banyak ayat-ayat Al-qur’an yang menyuruh manusia untuk belajar di alam semesta (QS. Al-Baqarah: 1641 dan QS. Al-Rum: 8). Perkembangan kognitif seseorang merupakan sesuatu yang tidak dapat lepas dari faktor sosial dan budaya setempat.
b.    Sistem pengolahan informasi pada manusia
Perkembangan intelektual dapat dikaji menggunakan pendekatan sistem pengolahan informasi yang menganalisis perkembangan keterampilan kognitif. Bentuk informasi yang disimpan dalam sistem ingatan dapat bersifat verbal maupun visual (imagery).
c.    Intelegensi
Intelegensi tidak terlepas dari proses berpikir manusia. Menuut penelitian terdapat 3 cara berpikir yaitu berpikir serial, beripkir asosiatif dan berpikir integratif. Ketiga jenis proses berpkir ini berhubungan dengan intelegensi yang berbeda-beda.[3]
3.    Perkembangan Emosional
a.    Kekayaan Emosi Manusia
v Emosi primer
Emosi primer adalah emosi dasar yang dianggap terberi secara biologis. Emosi ini terbentuk sejak awal kelahiran.
v Emosi sekunder
Emosi sekunder adalah emosi yang mengandung kesadaran diri atau evaluasi diri, sehingga pertumbuhannya tergantung pada perkembangan kogntif seseorang.
b.    Perkembangan Ekspresi Emosi
Usia
Ekspresi
0-6 bulan
7- 2 bulan
1-3 tahun
3-6 tahun

6-12 tahun
Segala emosi primer muncul
Emosi primer menjadi lebih jelas
Muncul emosi sekunder (disadari)
Munculnya perbaikan strategi kognitif untuk mengatur emosi
Penyesuaian dengan aturan penampilan meningkat
c.    Pengatuan Emosi
Terdapat dua jenis aturan tampilan emosional: prososial (prosocial) dan protektif diri (self-protective). Prososial menampilkan aturan emosi untuk melinungi emosi orang lain, sementara protektif diri merupakan pengaturan untuk menyembunyikn emosi dalam rangka menyelamatkan muka atau melindugi dirinya dari konsekuensi negatif.
d.   Perkembangan Tempramen
Tempramen merupakan dasar biologis bagi perbedaan individu dalam berperilku. Komponen penting dalam tempramen adalah faktor genetik. Lingkungan juga mempengaruhi perkembangan tempramen selanjutnya.
e.     Ikatan Emosional
Ikatan emosional (emotional attachment) merupakan hubungan emosional yang dekat antara dua orang dengan karakteristik adanya kasih sayang antara dua pihak; dan keduanya menginginkan untuk mempertahankan kedekatan itu. Dalam islam diingatkan bahwa katan emosional ini harus bersifat konstruktif.[4]
4.    Perkembangan Sosial
1.    Identitas diri manusia sebagai khalifah Allah
Sebagai khalifah Allah, manusia merupakan makhluk sosial multi inteaksi, yang memiliki tanggung jawab baik kepada Allah maupun kepada manusia.
2.    Pembentukan Identitas dan Konflik Psikososial
Pembentukan identitas bukan merupakan sesuatu yang mudah, namun sangat penting. Pembentukan identitas diri secara kolektif dapat menjadi identitas sosial yang membentuk dinamika masyarakat tersebut.
3.    Mengetahui Orang lain
Al-qur’an mengajarkan manusia untuk mengetahui atau mengenali atau kelompok sosial lainnya. Dalam masyarakat terdapat berbagai jenis kelompok, namun segala perbedaan bukan penghalang untuk mengenal orang ddari kelompok sosial lain.
4.    Perkembangan Ruang Sosial
Lingkungan memrupakan salah satu faktor yang penting dalam membentuk perkembangan anak. Lingkungan pertama yang palig berpengaruh dalam perkembangan anak adalah lingkungan lingkungan keluarga, kemudian tetangga (lingkungan pengasuhan anak) dan sekolah.[5]
1.      Masa Taklif (15-18 tahun)
Pada masa ini anak seharusnya sudah sampai pada titik bernama taklif atau bertanggung jawab. Bagi lelaki setidaknya fase ini paling lambat dicapai di usia 18 tahun dan bagi anak perempuan paling lambat dicapai di usia 17 tahun. Tanggung jawab yang dimaksud selain pada diri sendiri juga tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat sekitar dan masyarakat secara keseluruhan.

D.  Pendidikan Anak dalam konsep Islam
1.    Bayi (at-thifl)
Yaitu usia bayi sejak lahir sampai dua minngu. Pada usia awal kelahiran ini manusia amat lemah dan tidak memiliki kemampuan apapun. Pendidikan anak pada masa ini yaitu orang tua menbacakan adzan di telinga kanan dan iqamah ditelinga kiri.
2.    Anak yang belum cukup usia (shobbi)
Yaitu usia sekitar 2 minggu samapi tujuh tahun. Fase ini hendaknya mulai diperkenalkan pendidikan misalnya dengan memeperlihatkan gambar-gambar serta amalan-amalan yang bersifat keagamaan.
3.    Aqil (mumayiz)
Dimulai sejak anak berusia 7-9 tahun. Dalam fase ini pendidikannya mulai menuntut ilmu yaitu belajar membaca, menulis dan berhitung.
4.    Awal Adolense (murahiq)
Dimulai pada usia 9-11 tahun. Fase ini mulai belajar menekuni yang paling disukai sesuai bakat dan mulai mengamalkan sapa yang sudah dipelajari terutama ajaran agama.
5.    Adolense (yafi’)
Dimulai sejak usia 11 tahun. Fase ini mempelajari ketrampilan fisik seperti berenang dan memanah serta menambah wawasan social, lingkungan dan ilmu pengetahuan.
6.    Mature (baligh)
Dimulai sejaka usia 17 tahun. Dalam fase ini anak-anak sudah dibebankan kewajiban (mukalaf), biasanya ditandai dengan mimpi basah untuk anak laki-laki dan haid untuk anak perempuan, sehingga anak harus menjalankan kewajiban sholat, puasa zakat, meninggalkan dosa dan lain sebagainya.[6]




















BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dengan memahami fase pertumbuhan dan perkembangan anak secara Islami maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran orang tua sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, karena sesuatu yang baik harus selalu benar menurut syariat agar amalan itu diterima dan diridhai. Sesuatu yang benar dalam Islam insya Allah mengandung kebaikan. Sesuatu yang baik (dalam pandangan manusia) tapi tidak benar (melanggar syariat) adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari, apalagi jika salah dan tidak sesuai syariat tentu sudah harus sangat ditolak.
Yang tidak kalah penting bahwa dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak, maka diharapkan pengembangan minat dan bakat anak akan menjadi baik dan anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi seorang individu dewasa yang produktif dan Islami.















DAFTAR  PUSTAKA

Hasan, Aliah B. Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Sopiatin, Popi dan sohari Sahrani. 2011. Psikologi Belajar Dalam Perspektif Belajar. Bogor: Ghalia Indonesia.
http://al-badar.net. Pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam diakses tgl 17 November 2014
http://taqwimislamy.com/index.php/en/20-frontpage/587-mengenal-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-menurut-islam. diakses tgl 16 November 2014



[1] http://al-badar.net. Pertumbuhan dan perkembangan menurut Islam diakses tgl 17 November 2014
[3] Aliah B. Purwakania hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2006), hal. 97-151
[4] Ibid, hal. 161-177
[5] Ibid, hal. 185-200
[6] Popi Sopiatin dan sohari Sahrani, Psikologi Belajar Dalam Perspektif Belajar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 99-103

3 komentar

Unknown 11 Agustus 2016 pukul 23.48

izin copas boleh????

Unknown 5 Maret 2017 pukul 18.36

Surah Al-Ghafir tlong dicek lagi agar orang melihat tidak salah berkelanjutan.

Unknown 8 Mei 2017 pukul 00.35

Salam, minta izin untuk dijadikan rujukan. Terima kasih banyak. semoga dipermudahkan urusan

Posting Komentar