Diberdayakan oleh Blogger.

pencarian

Total Tayangan

Post Populer

Blogger templates

Blogroll

Selasa, 25 November 2014

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN "PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Tinjauan Filosofis Tentang Tujuan Pendidikan
Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Tujuan pendidikan Islam dapat diartikan sebagai sasaran yang hendak dicapai dalam suatu proses bimbingan atau pimpinan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.
Adapun konsep tujuan pendidikan islam adalah perubahan yang di inginkan dan diupayakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan pada alam sekitar dimana individu itu hidup, atau pada proses pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi diantara profesi-profesi dalam masyarakat.[1]
Ada yang memerinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem klasifikasi) yang terutama meliputi :
1.    Pembinaan Kepribadian (nilai Formil).
·      sikap (attidu)
·      daya pikir praktis rasional
·      obyektifitas
·      loyalitas kepada bangsa dan ideologi
·      sadar nilai-nilai moral  dan moral
2.      pembinaan aspek pengetahuan (nilai materiil), yaitu materi ilmu itu sendiri
3.      pembinaan aspek kecakapan, ketrampilan (skill) nilai-nilai praktis.
4.      Pembinaan jasmani yang sehat.[2]
Menurut Hasan Langgulung tujuan-tujuan pendidikan agama harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu: fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman; fungsi psikologis yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih sempurna; fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat.[3]
B.  Tinjauan Filsofis Tentang Konsep Pendidik
Pendidik dalam perspektif pendidikan islam dapat dipahami sebagai orang yang bertanggung jawab  terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaanya  sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.
Adapun pendidik dalam kaitanya dengan pendidikan terhadap orang lain pada garis besarnya dapat dikategorikan kedalam orang tua, guru dan masyarakat.
1.    Orang tua
2.    Guru
3.    Masyarakat.[4]
Jika kita mencoba mengikuti petunjuk al-Qur’an, akan dijumpai informasi bahwa yang menjadi pendidik itu secara garis besarnya ada empat, yaitu:
1.    Allah SWT, sebagai guru Allah menginginkan umat manusia menjadi baik dan bahagia hidup di dunia dan di akhirat.
2.    Nabi Muhammad SAW, Allah meminta beliau agar membina masyarakat dengan perintah berda’wah.
3.    Kedua orang tua, secara moral dan teologis merekalah yang diserahi tangungjawab mendidik anaknya.
4.    Orang lain/guru.
Karakteristik Pendidik menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy menyebutkan tujuh sifat yang harus dimiliki guru, yaitu:
1.    Seorang guru harus memiliki sifat zuhud.
2.    Seorang guru harus memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk.
3.    Seorang guru harus ikhlas dalam melaksanakan tugasnya.
4.    Seorang guru juga harus bersifat pemaaf terhadap muridnya.
5.    Seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru.
6.    Seorang guru harus mengetahui bakat, tabiat, dan watak murid-muridnya.
7.    Seorang guru harus menguasai bidang studi yang akan diajarkannya.[5]
C.  Tinjauan Filosofis Tentang Peserta Didik
Peserta didik merupakan subyek atau obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan mampu dikembangkan secara optimal tanpa bantuan dari pendidik.
Oleh karena itu, perlu diketahui tentang hakikat peserta didik dan implikasinya dalam pendidikan, yaitu :
1.    Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri.
2.    Peserta didik adalah manusia yang memiliki deferensiasi periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
3.    Peserta didik adalah manusia yang memilki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
4.    Peserta didik adalah makhluk Allah yang memilki perbedaan individu (differensiasi individual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
5.    Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
6.    Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Agar pelaksanan pendidikan islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan diharapkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibanya.[6]
Selanjutnya Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu:
1.    Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu.
2.    Seorang anak didik harus mempunnyai tujuan menuntut ilmu.
3.    Seorang anak didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
4.    Seorang anak didik wajib menghormati guru.[7]
D.  Tinjauan Filsofis Tentang Kurikulum.
·      Asas Pendidikan
Menurut Nana Sudjana asas-asas dalam pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan kurikulum yaitu:
1.    Asas filosofis dipakai sebagai penentu arah kemana pendidikan akan dibawa.
2.    asas sosial budaya kurikulum hendaknya dapat mengantisipasi kondisi-kondisi yang bakal terjadi di masyarakat saat ini.
3.    asas psikologis berguna untuk mengetahui unsur-unsur psikologis kaitanya dengan pendidikan. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam.
Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan islam adalah pencerminan nilai-nilai islami yang dihasilkan dari pemikiran filsafat yang termanisfestasikan dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam praktiknya.
·      Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Menurut Omar Mohammad al-Toumy al- Syaibany menyebutkan ada tujuh prinsip kurikulum pendidikan islam, yaitu :
1.    Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
2.    Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan  kurikulum.
3.    Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum.
4.    Prinsip keterkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan pelajar.
5.    Prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual di antara para pelajar, baik dari segi minat maupun bakatnya.
6.    Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat.
7.    Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.[8]
Kurikulum hendaknya mempertimbangkan masalah-masalah belajar dan mengajar, kedudukan dan peranan sekolah dimasyarakat, tuntutan masyarakat terhadap sekolah, kebijaksanaan politik dan kemajuan teknologi serta pengetahuan. Jadi, kurikulum bukan sekedar seperangkat mata pelajaran, melainkan ajang kehendak politik, tuntutan, dan aspirasi masyarakat, upaya personal pendidikan untuk disampaikan kepada generasi muda sebagai bekal hidup.[9]
E.   Tinjuan Filsofis Tentang Metode Pendidikan
1.    Pengertian Metode Pendidikan
Metode pendidikan yaitu cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada peserta didik.
2.    Tujuan dan Fungsi  Penggunaan Metode Pendidikan
Ø Tujuan diadakannya metode adalah:
a)    Menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam akan lebih berdaya guna.
b)   Menjadikan proses pendidikan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi.
c)    Pada akhirnya teknik motivasi  itu akan menimbulkan gairah belajar secara mantap.
Ø Fungsi metode pendidikan islam adalah:
a)    Mengarahkan keberhasilan belajar
b)   Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minatnya
c)    Mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan pendidikan antara pendidik dan peserta didik.
d)   Memberikan interpretasi kepada peserta didik.[10]
Dalam penjelasan lain Secara umum fungsi metode dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut, sebagai sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu, mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut, agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran mudah diberikan.
Dalam Menyampaikan materi kepada peserta didik perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang yang sempurna.[11]
3.    Macam-macam metode pendidikan
Ø Metode pemberian pelajaran dan nasihat
Ø Metode tanya jawab
Ø Metode diskusi
Ø Metode cerita
Ø Metode perumpamaan
Ø Metode kateladanan
Ø Metode demonstrasi
Ø Metode reward dan punishment[12]
F.   Tinjauan Filosofis Tentang Lingkungan Pendidikan
1.    Pengertian Lingkungan Tarbiyah Islamiyah
Lingkungan pendidikan Islam adalah suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlangsung. Dapat dipahami bahwa lingkungan tarbiyah Islamiyah adalah suatu lingkungan yang didalamnya terdapat ciri-ciri keIslaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
2.    Fungsi Lingkungan Tarbiyah Islamiyah
Pandangan Al-Qur’an terhadap keberadaan lembaga pendidikan serta fungsinya sebagai berikut :
a.    Satuan pendidikan luar sekolah
Diantara satuan pendidika luar sekolah adalah keluarga yang berlangsung di rumah. Keluarga amat berfungsi dalam mendukung terciptanya kehidupan yang beradab.
b.    Lingkungan pendidikan sekolah
Di dalam al-Qur’an tidak ada satupun kata yang secara langsung menunjukkan pada arti sekolah, yaitu madrasah. Tetapi sebagai akar kata dari kata madrasah, yaitu darasa di dalam al-Qur’an dijumpai sebanyak enam kali. Ini menunjukkan bahwa keberadaan madrasah sebagai tempat belajar atau tempat mempelajari sesuatu sejalan dengan semangat al-Qur’an yang senantiasa menunjukkan kepada umat manusia agar mempelajari sesuatu.
c.    Lingkungan masyarakat
Di dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat adalah pergaulan hidup manusia atau sekumpulan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu.[13]
G.  Tinjuan Filosofis Tentang Evaluasi Pendidikan Islam
1.    Pengertian evaluasi pendidikan Islam
evaluasi adalah penilaian tentang sesuatu aspek yang dihubungkan dengan aspek yang lainnya sehingga diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh tentang segala sesuatu ditinjau dari berbagai aspek.
2.    Fungsi evaluasi dalam proses pendidikan
Secara garis besar evaluasi dalam proses pendidikan untuk memenuhi tiga kelompok kebutuhan sebagai berikut :
a.    Kebutuhan psikologis
b.    Kebutuhan dikdatis
c.    Kebutuhan administratif[14]
Sedangkan evaluasi menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a.    Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
b.    Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dari segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
c.    Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar, bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahwa pelajaran yang diberikan dan dikuasainya, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
d.   Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remidial bagi murid.
e.    Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
f.     Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
g.    Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.
Adapun tujuan evaluasi menurut ajaran Islam, berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur’an antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a.    Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya.
b.    Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.
c.    Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keIslaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah.[15]
3.    Prinsip –prinsip evaluasi pendidikan islam
a.       Evaluasi mengarah pada tujuan
b.      Evaluasi dilakukan secara obyektif yang terdiri dari sikap al-shidqah, sikap amanah, sikap rahman dan ta’awun
c.       Evaluasi harus dilakukan secara komprehensip
d.      Evaluasi harus dsilakukan secara kontinu
e.       Cara evaluasi dalam pendidikan islam
§  Self evaluation
§  Evalusi terhadap kegiatan peserta didik.[16]





BAB III
PENUTUP

Simpulan
            Tujuan pendidikan Islam yang bersifat umum, terkandung unsur konstan, tetap berlaku sepanjang zaman, tempat dan keadaan. Sedangkan tujuan yang bersifat khusus terkandung unsur fleksibelitas. Dalam paradigma pendidikan Islam, pendidik mempunyai tanggung jawab yang begitu besar terhadap peserta didik. Dan peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang perlu dikembangkan. dan dalam pendidikan perlu adanya kurikulum yang harus dijadikan pedoman bagi pelaksaan pendidikan.
            Dalam proses pendidikan, juga harus di perhatikan tentang masalah metode yang digunakan, mana metode yang sangat efektif dalam membina dan memotivasi peserta didik dan juga lingkungan yang mendukung dalam proses belajar mengajar, harus didukung dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Serta evaluasi dari proses pendidkan yang dibutuhkan untuk melihat sejauh mana materi pelajaran yang diajarkan oleh pendidik mampu di pahami dan di aplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.








DAFTAR PUSTAKA

Khobir, Abdul. 2011. Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis). Pekalongan: Stain Pekalongan Press.
Zuhairi. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Jaluddin dan Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.



[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis), (Pekalongan: Stain Pekalongan Press, 2011),  hal. 91-92
[2] Zuhairi, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 161
[3] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 46
[4] Abdul khobir, Op. Cit., hal. 94-96
[5] Abuddin Nata, Op. Cit., hal. 65-76
[6] Abdul Khobir, Op. Cit., hal. 102-103
[7] Abuddin Nata, Op. Cit., hal. 82-83
[8] Abdul Khobir, Op. Cit., hal. 108-112
[9] Jaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 150
[10] Abdul Khobir, Op. Cit., hal. 115-117
[11] Abudin Nata, Op. Cit., hal. 93-94
[12] Abdul Khobir, Op. Cit., hal. 119-121
[13] Abudin Nata, Op. Cit., hal. 111-121
[14] Abdul Khobir, Op. Cit., hal. 122-124
[15] Abudin Nata, hal 135-138
[16] Abdul Khobir, hal. 125-127

0 komentar

Posting Komentar