BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Singkat Imam Ibn Hajar al-Asqalani
Nama lengkap beliau adalah Abu fadli, syihabuddin, Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar kinany al-Asqalani. Julukan al-Asqalani adalah nisbah dari kota
kelahirannya di daerah Mesir. Ia lahir di
Mesir pada tanggal 12 Sya’ban 773 H/1389 M.
Ayahnya seorang ulama besar yang terkenal mahir dalam bidang Fiqih, Lughot,
Qiro`ah, dan Adab. Ayahnya dikenal sebagai orang yang cerdas
dan mempunyai kedudukan mulia di tengah masyarakat. Selain itu, ia juga dikenal
sebagai orang yang kuat memegang ajaran agama dan mengamalkannya.
Ibnu Hajar tumbuh besar dalam asuhan ayahnya setelah ibunya wafat.
Ia dimasukkan ke sekolah setelah ia berusia 5 tahun. Ia sebelumnya dididik oleh
ayahnya sehingga ia telah selesai menghafal al-Qur'an pada usia 7 tahun.
Kemudian ia menghafal kitab al-Umdah, al-Hawi al-Shaghir karya
Imam Rofi’i dan Mukhtashar Ibnu al-Hajib, serta Milhatul I’rob.
Pada masa mudanya, ia membacakan
sebuah bidang ilmu di depan majelis umum yang
dikunjungi oleh masyarakat Cairo, Mesir. Beliau sempat
semangatnya melemah untuk mempelajari ilmu karena tidak ada orang yang
memberikan dorongan kepadanya, dan ini
berlangsung hingga ia berusia 17 tahun. Setelah mengalami kejenuhan yang cukup
lama ia mulai mengaji lagi. Ilmu yang ia pelajari kembali pada waktu itu adalah
bidang
ilmu Fiqih, bahasa Arab dan Hisab.
Mula-mula beliau berguru kepada Syaikh al-Allamah Syamsuddin Ibn al-Qattan. Ia
juga banyak mentashih bacaan kitab al-Hawiy karangan Imam Rafi’i kepada
gurunya langsung. Kemudian beliau berguru kepada Annur al-Adamiyyi. Ilmu Fiqihnya
di dapat
dari Syekh al-Ambassyyi dan Syaikh Jalaluddin al-Bulqiniy yang merupakan guru
besar di bidang fiqih dan hadits yang berkedudukan di Mesir.
Ibnu Hajar pertama kali belajar ilmu
hadits kira-kira
ketika berusia
20 tahun, tepatnya pada tahun 793 H. Dari hasil belajarnya itu banyak
kitab-kitab yang beliau tulis dalam bidang hadits, diantarnya yang sering kita dengar yaitu Fathul Bari Syarah Shohih Bukhari.
Dengan berbekal ilmunya ia banyak menulis berbagai kitab yang jumlahnya
mencapai 150 kitab.
Beliau mempunyai banyak guru,
diantaranya :
I.
Bidang keilmuan Al-Qira’aat (ilmu Alquran):
Syeikh Ibrahim bin Ahmad bin Abdulwahid bin Abdulmu`min bin ‘Ulwaan
At-Tanukhi Al-Ba’li Ad-Dimasyqi (wafat tahun 800 H.) dikenal dengan Burhanuddin
Asy-Syaami. Ibnu Hajar belajar dan membaca langsung kepada beliau sebagian
Alquran, kitab Asy-Syathibiyah, Shahih Al-Bukhari dan
sebagian musnad dan Juz Al-Hadits. Syeikh
Burhanuddin ini memberikan izin kepada Ibnu Hajar dalam fatwa dan pengajaran
pada tahun 796 H.
II.
Bidang ilmu Fikih:
1.
Syeikh
Abu Hafsh Sirajuddin Umar bin Ruslaan bin Nushair bin Shalih Al-Kinaani
Al-‘Asqalani Al-Bulqini Al-Mishri (wafat tahun 805 H) seorang mujtahid,
haafizh dan seorang ulama besar. Beliau memiliki karya ilmiah,
diantaranya: Mahaasin Al-Ish-thilaah Fi Al-Mushtholah dan Hawasyi
‘ala Ar-Raudhah serta lainnya.
2.
Syeikh
Umar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Abdillah Al-Anshari Al-Andalusi
Al-Mishri (wafat tahun 804 H) dikenal dengan Ibnu Al-Mulaqqin. Beliau orang
yang terbanyak karya ilmiahnya dizaman tersebut. Diantara karya beliau: Al-I’laam
Bi Fawaa`id ‘Umdah Al-Ahkam (dicetak dalam 11 jilid) dan Takhrij
ahaadits Ar-Raafi’i(dicetak dalam 6 jilid) dan Syarah Shahih
Al-Bukhari dalam 20 jilid.
3.
Burhanuddin
Abu Muhammad Ibrahim bin Musa bin Ayub Ibnu Abnaasi (725-782 ).
III.
Bidang ilmu Ushul Al-Fikih :
Syeikh Izzuddin Muhammad bin Abu bakar bin Abdulaziz bin Muhammad
bin Ibrahim bin Sa’dullah bin Jama’ah Al-Kinaani Al-Hamwi Al-Mishri (Wafat
tahun 819 H.) dikenal dengan Ibnu Jama’ah seorang faqih, ushuli,
Muhaddits, ahli kalam, sastrawan dan ahli nahwu. Ibnu Hajar
Mulazamah kepada beliau dari tahun 790 H. sampai 819 H.
IV.
Bidang ilmu Sastra Arab :
1.
Majduddin
Abu Thaahir Muhammad bin Ya’qub bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar
Asy-Syairazi Al-Fairuzabadi (729-827 H.). seorang ulama pakar satra Arab
yang paling terkenal dimasa itu.
2.
Syamsuddin
Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Abdurrazaaq Al-Ghumaari 9720 -802 H.).
V.
Bidang hadits dan ilmunya:
1.
Zainuddin
Abdurrahim bin Al-Husein bin Abdurrahman bin Abu bakar bin Ibrahim Al-Mahraani
Al-Iraqi (725-806 H. ).
2.
Nuruddin
abul Hasan Ali bin Abu Bakar bin Sulaimanbin Abu Bakar bin Umar bin Shalih
Al-Haitsami (735 -807 H.).
Selain beberapa yang telah
disebutkan di atas, guru-guru Ibnu Hajar yang lain, diantaranya :
·
Al-Iraqi,
seorang yang paling banyak menguasai bidang hadits dan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan hadits.
·
Al-Haitsami,
seorang yang paling hafal tentang matan-matan.
·
Al-Ghimari,
seorang yang banyak tahu tentang bahasa Arab dan berhubungan dengan bahasa
Arab.
·
A-Muhib
bin Hisyam, seorang yang cerdas.
·
Al-Ghifari,
seorang yang hebat hafalannya.
·
Al-Abnasi,
seorang yang terkenal kehebatannya dalam mengajar dan memahamkan orang lain.
·
Al-Izzu
bin Jamaah, seorang yang banyak menguasai beragam bidang ilmu.
·
At-Tanukhi,
seorang yang terkenal dengan qira’atnya dan ketinggian sanadnya dalam qira’at.
Kedudukan dan ilmu beliau yang sangat luas dan dalam tentunya
menjadi perhatian para penuntut ilmu dari segala penjuru dunia. Mereka
berlomba-lomba mengarungi lautan dan daratan untuk dapat mengambil ilmu dari
sang ulama ini. Oleh karena itu tercatat lebih dari lima ratus murid beliau
sebagaimana disampaikan murid beliau imam As-Sakhawi
Diantara murid beliau yang terkenal adalah:
1.
Syeikh
Ibrahim bin Ali bin Asy-Syeikh bin Burhanuddin bin Zhahiirah Al-Makki
Asy-Syafi’i (wafat tahun 891 H.).
2.
Syeikh
Ahmad bin Utsmaan bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdillah Al-Karmaani Al-hanafi
(wafat tahun 835 H.) dikenal dengan Syihabuddin Abul Fathi Al-Kalutaani
seorang Muhaddits.
3.
Syihabuddin
Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hasan Al-Anshari Al-Khazraji (wafat tahun 875
H.) yang dikenal dengan Al-Hijaazi.
4.
Zakariya
bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshari wafat tahun 926 H.
5.
Muhammad
bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abu bakar bin Utsmaan As-Sakhaawi Asy-Syafi’i
wafat tahun 902 H.
Ibnu Hajar al-Asqalani wafat pada malam sabtu
tanggal 28 Dzulhijjah tahun 852 H. Beliau wafat sekitar umur 79 tahun.
Ibnu Hajar al-Asqalani telah menulis beberapa kitab diantaranya
adalah:
1. Fathu al-Bariy Syarh Shohih Bukhariy
2. Al-Ishobah
3. Tahdzib al-Tahdzib serta Taqrib al-Tahdzib
4. Ta’jil al-Manfa’ah bi al-Rijal
al-Arba’ah wa Musytabih al-Nisbah
5. Talkhis al-Khabir fi Takhrij Ahadits
al-Rafi’i
6. Takhrij al-Mashabih
7. Ibnu al-Hajib
8. Takhrij al-Kasysyaf
9. Ittifaq al-Marrah wa al-Muqaddimah
10. Badzlu al-Ma’un
B. Gambaran mengenai
Kitab Taqrib at-Tahdzib
1.
Sejarah
Penyusunan
Sejarah penyusunan kitab Taqrib al-Tahdzib menurut Ibnu Hajar al-Asqalani,
kitab ini adalah salah satu mukhtasar (ringkasan) dari kitab al-Kamal fi Asma’
al-Rijal karya al-Imam al-Hafidz Abu Muhammad ‘Abdul al-ghaniy bin ‘abdu
al-Wahid al-Maqdisiy (wafat 600 H). Sebenarnya kitab al-Maqdisiy dikatakan pada
pengantar Taqrib at-Tahdzib adalah kitab pertama yang membahas secara khusus
dalam bidang ilmu rijal ini. hanya saja
kitab ini terlalu memperpanjang pembahasan tentang sejarah rawi.
Kemudian al-Hafidz Abu al-Hajjaj Yusuf bin Abd al-Rahman al-Miziy mengeditnya
dalam kitab Tahdzib al-Kamal.
Para ulama kemudian mengedit lagi
kitab ini. Sebagian kitab editan itu adalah kitab yang ditulis oleh al-Dzahabiy
yaitu Tahdzib Tahdzib al-Kamal. Ada lagi yang ditulis oleh Ibnu Hajar
yaitu Tahdzib al-Tahdzib. Di dalamnya
diringkas menjadi hanya yang berkenaan dengan jarh dan ta’dil
dari kitab asli Tahdzib al-Kamal. Kemudian Ibnu Hajar meringkas
Tahdzib al-Tahdzib menjadi kitab yang sedang kita bahas ini yaitu Taqrib al-Tahdzib.
Faktor penyususnan dari kitab Tahdzib al-Tahdzib menjadi ringkasan Taqrib al-Tahdzib karena kitab Tahdzib
itu terlalu panjang dalam pembahasan sejarah para rawi dan masih terdapat banyak
pendapat-pandapat para ulama yang berbeda kemudian Ibnu Hajar meringkasnya agar
lebih mudah dipelajari. Faktor lain
karena para sahabat juga meminta kapada Ibnu Hajar untuk meringkasnya ,
Adapun perbedaan antara kitab Tahdzib
al-Tahdzib dengan kitab Taqrib al-Tahdzib
yaitu:
Ø Kitab Taqrib at-Tahdzib::
1.
tidak
ditulis gurunya,
2.
tidak
disebutkan nama-nama muridnya,
3.
tidak
ada pendapat kualitas ,
4.
tidak
ada keterangan.
Ø Kitab Tahdzib at-Tahdzib:
1.
Ada
tulisan gurunya,
2.
Ada
nama-nama muridnya ,
3.
Ada
para pendapat ulama,
4.
Ada
cerita riwayatnya (hidup dan meninggalnya).
Dalam mukadimah
Taqrib al-Tahdzib disebutkan bahwa faktor dikarangnya kitab ini karena permintaan
sebagian sahabatnya agar ia mengkhususkan pada kitab tersendiri menuls para
rawi yang dibiografikan dalam Tahdzib at-Tahdzib. Awalnya permintaan mereka tidak diterima. Kemudian setelah beliau
melihat segi positif dibalik permintaan ini beliau menerimanya.[2]
2.
Metode
Penyusunan
Sebagaimana yang dituliskan dalam muqoddimah-nya, Ibn Hajar
meringkas banyak bagian dari Tahdzib al-Kamal yang berupa menonjolkan
penjelasan tentang jarh dan ta’dil-nya
saja dan membuang penjelasan lain yang dianggap bertele-tele seperti
hadits-hadits yang tidak memiliki keterkaitan. Ibn Hajar tidak membuang atau
meringkas biografi yang terlalu pendek .
Menurut bahasa al-jarh artinya cacat. Istilah ini digunakan untuk
menunjukkan “sifat jelek” yang melekat
pada periwayat hadis, seperti pelupa,pembohong, dan sebagainya. Apabila sifat
itu dapat di kemukakan maka dikatakan
bahwa periwayat tersebut cacat. Hadist
yang dibawa oleh periwayat semacam ini di tolak, dan hadisnya dinilai lemah
(dhoif).
Ta’dil menurut bahasa artinya menilai adil kepada orang lain.
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan sifat baik yang melekat pada
periwayat,seperti kuat hafalan,terpercaya,cermat dan lain sebagainya. Orang
yang mendapat penilaian seperti ini disebut
adil,sehingga hadist yang dibawanya dapat di terima sebagai dalil agama.
Hadistnya dinilai shahil. Sesuai dengan fungsinya sebagai sumber ajaran islam,
maka yang di ambil adalah hadist shahih.
Dalam menyusun kitab rijal ini, beliau menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
1.
Menempatkan keterangan-keterangan yang benar dalam penyusunan kitab ini, dengan merujuk kepada sumber-sumber lain dalam
bidang ilmu rijal ini yang disusun dan dicetak memudahkan.
2.
Disebutnya
semua biografi yang terdapat pada Tahdzib at-Tahdzib tidak dibatasinya hanya pada biografi para rawi kitab-kitab hadits
yang enam seperti yang dilakukan oleh Adz-Dzahabiy
dalam Al Kasyif sebagaimana ia
susun biografi itu berdasar urutan yang dibuatnya sendiri pada Tahdzib Tahdzib al-Kamal
3.
Ditulisnya
rumus-rumus yang pernah dicantumkan sendiri pada Tahdzib at-Tahdzib. Bedanya kitab ini berbeda dengan rumus Sunan yang
empat jika rumus-rumus itu kebetulan sama.
4.
Dalam
mukaddimah disebutkannya urutan para rawi. Dibatasinya mereka menjadi dua belas
tingkat. Disebutnya lafadz-lafadz al Jarh wa at ta’dil yang
masing-masing mempunyai lawan kata. Bagi perujuk kitab ini hendaknya
memperhatikan tingkatan-tingkatan ini dan lafadz-lafadz lawannya sehingga tidak
keliru. Karena mungkin saja, sebagian istilah digunakannya terminology khusus
pada kitab ini.
5.
Dalam
mukaddimah kitab itu disebutkan juga thobaqat para rawi yang biografinya
ditulis dibuat dua belas thobaqat juga. Sebelum merujuk (menggunakan) kitab ini selayaknya diketahui
thobaqat-thobaqat tersebut hingga perujuk dapat mengetahui terminologi khusus versi
Ibnu Hajar dalam kitab ini.
6.
Pada
resume ini, ditambahkannya satu pasal di akhir kitab yang berhubungan dengan
penjelasan kaum wanita shohabiyah yang masih samar berdasarkan urutan orang
yang meriwayatkan dari mereka pria atau wanita.[3]
v Kelemahan
dari kitab Taqrib at-Tahdzib:
1.
Terkadang masih
mencantumkan pembahasan yang panjang
lebar mengenai seorang rawi dan tidak ada data yang jelas sebagaimana
diharapkan dalam muqoddimahnya.
2.
Dalam mengkaji
atau menggunakan Tahdzib dirasa masih
ditemui kesulitan.
3.
Banyak terjadi
seleksi dalam penulisan karena sebagaimana
diakui kitab ini merupakan
ringkasan kitab sebelumnya.
v Kelebihan
dari kitab Taqrib at-Tahdzib:
1.
Kitab ini
disusun menggunakan urutan abjad sehingga seikit memudahkan pencarian rawi
2.
Ada bab yang
khusus mengelompokkkan rawi berdasarkan kunyah-nya baik rawi laki-laki maupun
perempuan.
3.
Ada bagian atau
bab yang secara khusus mengelompokkan
rawi wanita.
4.
Jilid terakhir
merupakan daftar isi yang memudhakan pencarian.
3.
Jumlah nama
perawi dalam kitab Taqrib at-Tahdzib
Jumlah perawi yang ditulis dalam kitab Taqrib
at-Tahdzib adalah berjumlah 8791 perawi.
B.
Daftar Isi Kitab Taqrib
al-Tahdzib
Ø Jumlah
Bab
الجزء الأول
حرف الألف
حرف الباء الموحدة
حرف التاء المتناة
حرف الثاء المثلثة
حرف الجيم
حرف الحاء المهملة
حرف الخاء المعجمة
حرف الدال
حرف الذال المعجمة
حرف الراء
حرف الزاي
حرف الزاي
حرف السين المهملة
حرف الشين المعجمة
حرف الصاد
حرف الضاد المعجمة
حرف العين[4]
الجزء الثاني
حرف القاف
حرف الميم
باب الكنى
باب من نسب إلى ابيه
باب الأ نساب
باب في النساء
Ø
Contoh
satu bab beserta sub babnya
C.
Contoh Satu Perawi dari Taqrib al-Tahdzib
Ø
Identifikasi
Perawi dari Taqrib al-Tahdzib
(Nama Perawi)
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
Keterangan:
1. Mengenai identitas perawi; nama lengkap,
nasabnya, asal daerah, dan lain-lain.
2. Mengenai ( الجرح والتعديل ) : Kualitas perawi
3. Mengenai tingkatan generasi ( الطبقة )
4. Mengenai tahun
kematian dan umur
5. Kode keberadaan hadits-hadits yang
diriwayatkannya.
Kode-kode
yang digunakan diatas adalah:
: Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
perawi tersebut berada dalam Sunan Nasa’i
Ø Kualitas
perawi
Hadits
yang diriwayatkan oleh perawi ini dihukumi Shohih.[5]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Al-hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani
mempunyai nama lengkap Ahmad bin Ali bin
Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani
Al-Asqalani Al-Mishri. Ia dilahirkan tanggal 12 Sya’ban tahun 773H dipinggiran
sungai Nil di Mesir Kuno.
Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis kitab
hadist yang sangat terkenal yaitu kitab Tarib al-Tahdzib,kitab Taqrib
at-Tahdzib ini adalah salah satu
mukhtasar (ringkasan)dari kitab al-kamal fi Asma’al-Rijal karya al-Iman al-Hafidz Abu Muhammad ‘Abdu al-Ghaniy bin ‘Abdu
al-wahid al-Maqdisiy (w.600 H.) kitab ini disusun secara alfabetis,yakni
tersusun dari hamzah sampai ya’.
Adapun metode
penyusunannya yaitu Ibnu Hajar meringkas banyak bagian dari Tahdzib al-Kamal
yang berupa menonjolkan penjelasan tentang
jarh dan ta’dil-nya saja dan membuang penjelasan lain yang
dianggap bertele-tele seperti hadits-hadits yang tidak memiliki keterkaitan.Namun
Ibnu Hajar tidak membuang atau meringkas biografi yang terlalu pendek .
[1]
Ahmad Ali bin Hajar
al-Asqalani, Taqrib al-Tahdzib, Jilid
1 (Libanon : Darul Kitabul Ilmiyah, 1993), hlm.11
[2]
Dilanz, 2013, Kitab Taqrib
at-Tahdzib, http://mydiaeln.blogspot.com/2013/02/kitab-taqrib-at-tahdzib-karya-ibn-hajar.html, diakses 26/02/2013
[3]
Op. Cit hal.18
[4]
Ahmad Ali bin Hajar
al-Asqalani, Op. Cit., hlm. 779
[5]
Arif Chasanul Muna, Qanunul-Fikr
Li Dirasati ‘Ulumil-Hadits, ( Pekalongan: 2009), hlm. 24
0 komentar
Posting Komentar