MAKALAH
HADITS TARBAWI I
TENTANG PESERTA DIDIK
disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah :
Hadits Tarbawi I
Dosen Pengampu : Drs. H. Ahmad Rifai M.Pd
Disusun Oleh :
DANI ROBBINA 2021112137
Kelas : C
TARBIYAH
/ PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan
secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan
perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Peserta didik didalam
mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik,
karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci
fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap niali hidup
atas pendidikan agama peserta didik.
Dilihat dari segi kedudukannya,
peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses pekembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisiten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Dengan demikian, kita membutuhkan materi lebih lanjut mengenai sifat-sifat yang
harus ada dalam peserta didik. Dalam sifat tersebut terdapat berbagai macam
hal-hal yang harus tertanam dalam diri penuntut ilmu, salah satunya ialah
mempunyai niat yang mulia dalam menuntut ilmu dan menghormati pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
HADITS-HADITS TENTANG PESERTA
DIDIK
3. Hal-hal yang Harus Lakukan oleh Penuntut Ilmu
A.
Niat yang mulia
v Hadits
عَنْ كَعْبِ بْنِ مالِكِ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ طَلَبَ
اْلعِلْمِ لِيُجَارِيَ بِهِ اْلعُلَمَاءَأَوْ لِيُمَارِيَ بهِ السُفَهاَءَ أَوْ يَصْرِفَ
بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللّهُ النَّارَ(أخرجه
الترمذي :كتاب العم :باب ماجاءفيما يطلب بعلمه الدنيا،وأخرجه ابن ماجه عن ابن
عمر:كتاب المقدمة:باب الإنتفاع بالعلم والعمل به)
v Terjemah Hadits
Dari Ka’ab bin Malik berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam bersabda “ Barang siapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama atau untuk
mengolok-olok orang bodoh atau untuk mengalihkan pandangan manusia kepadanya,
niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.”[1]
v Penjelasan hadits
Dalam hadits diatas dapat dijelaskan bahwa, barang siapa mencari ilmu untuk
menunjukkan riya’ dan sum’ah kepada orang lain agar di anggap pandai, dan untuk
mengelabuhi orang-orang bodoh dengan cara angkuh dan sombong, dan menarik
perhatian kepada orang lain, maka jahanam sebagai balasan dengan apa yang telah
ia lakukan.[2]
Seorang peserta didik agar menghias dirinya dengan sifat-sifat yang utama,
selalu mendekatkan diri kepada Allah, tidak menggunakan ilmu yang dipelajari
untuk menonjolkan atau menyombongkan diri, bermegah-megahan atau pamer
kepandaian.[3]
Hendaknya peserta didik dalam menuntut ilmu memiliki niat yang ikhlas hanya
karena Allah ta’ala semata, juga berdasarkan sebuah hadits yang sangat populer
yang diriwayatkan oleh Amirul Mukminin ‘Umar bin Khattab bahwasannya Rasulullah
saw bersabda : “sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya.’’ Apabila
ilmu tidak didasari dengan keikhlasan niat, dia berubah dari ibadah yang paling
mulia menjadi kemaksiatan yang paling hina. Dan tidak ada sesuatupun yang
paling bisa menghancurkan ilmu semisal riya’, baik riya’ yang menjerumuskan
pada kesyirikan ataupun riya’ yang menghilangkan keikhlasan, juga semisal
sum’ah seperti kalau dia berkata : “ Saya mengetahui..... saya hafal... ’’[4]
B.
Menghormati pendidik dan memenuhi hak-haknya
v Hadits
( أ ) عَنْ
عُبَادَةَ بْنِ الصَّا مِتِ أَنْ رَسُوْلَ اللّهِ صلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لَيْسَ مِنْ أُمَّتيِ مَنْ لَمْ يُجِلُّ كَبِيْرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيْرَناَ
وَيَعْرِفْ لِعَا لِمِنَا
حَقَّهُ(أخرجه أحمد:باقي مسند الأنصار- والحكم:-كتاب العم:فصل
في توقير العم)
v Terjemah Hadits
Dari Ubadah bin Shamit sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda :”Tidaklah termasuk umatku yang tidak menghormati orang yang lebih tua
diantara kita dan tidak mengasihi orang yang lebih kecil diantara kita dan
tidak mengetahui hak-hak orang yang mengajarkan ilmu kepada kita”.[5]
v Penjelasan
hadits
Guru merupakan orang tua kedua setelah yang
melahirkan kita, karena dialah yang mendidik kita dengan penuh kesabaran
sehingga kita menjadi orang yang berilmu. Maka sebagai peserta didik haruslah
menghargai dan menghormati pendidiknya. Hadits diatas menerangkan Rasulullah saw mengatakan bahwa peserta didik
yang tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah umatnya.[6]
Ibnu Jam’ah berkata” Hendaklah penuntut ilmu tidak
berbicara kepada gurunya dengan kata ganti orang kedua (kamu), juga kata ganti
milik (mu), serta janganlah ia memanggilnya dari jauh”. Janganlah ia menyebut
nama gurunya saat ia tidak ada kecuali disertai dengan gelar penghormatan,
seperti dengan mengatakan Syaikh Fulan atau Ustadz Fulan berkata....” [7]
Hendaklah penuntut ilmu mengetahui hak guru dan
tidak melupakan jasanya, menjaga kehormatannya, dan menolak ghibah tentangnya.
Dan mendoakan gurunya selama hidupnya.
Menghormati,
memuliakan, dan mengagungkan para guru atas dasar karena Allah SWT merupakan
perbuatan yang harus dilakukan oleh peserta didik. Hal yang demikian penting
dilakukan, karena selain akan menimbulkan kecintaan dan perhatian guru terhadap
murid juga akan meningkatkan martabat murid itu sendiri.
v Hadits
(ب) عَنْ اَبِى هُرَيْرَةْ رضىالله
عنه قال:قال رَسُوْل الله صلى الله عليه وسلم: تَعَلَّمُوْاالْعِلمَ ,
وَتَعَلَّمُوا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةَ وَالْوِقَارَ وَتَوَا ضَعُوْا لِمَنْ
تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ (أخرجه الطبراني
فى المعجم الأوسط)
v Terjemah
Hadits
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan
dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar
kamu.” (HR. Al-Thabrani)
v Penjelasan
hadits
Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa seorang
peserta didik ketika proses belajar mengajar berlangsung hendaknya dalam
keadaan tenang, dan seorang peserta didik dengan pendidik itu harus rendah hati.
Seorang pelajar wajib menghormati dan memuliakan
gurunya. Janganlah ia berbicara tentangnya kecuali dengan menyebut nama syaikh
atau sejenisnya. Selayaknya ia bertawadhu’ kepadanya, membukakan pintu baginya,
memperkenankan didepan ketika berjalan, menyiapkan sandalnya, tidak
mendahuluinya ketika menjawab, tidak menyulitkannya dengan banyak pertanyaan.[8]
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar. Al-Ghazali
yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik
peserta didik, yaitu :
1)
Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub
kepada Allah SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut
untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela
(takhalli) dan mengisi dengan akhlak yang terpuji (tahalli) (perhatian QS.
Al-An’am: 162, Al-Dzariyat: 56).
2)
Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan
masalah ukhrawi (QS. Adl-Dluha: 4). Artinya, belajar tak semata-mata untuk
mendapat pekerjaan, tapi juga belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi
mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi, baik dihadapan manusia dan Allah SWT.
3)
Bersikap tawadlu’ (rendah hati) dengan cara
menanggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya. Sekalipun
cerdas, tetapi ia bijak dalam menggunakan kecerdasan itu pada pendidikannya,
termasuk juga bijak kepada teman-temannya yang IQ-nya lebih rendah.
4)
Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari
berbagai aliran, sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang
utuh dan mendalam dalam belajar.
5)
Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik
untuk ukhrawi maupun untuk duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela
(madzmumah). Ilmu terpuji dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, sementara
ilmu tercela akan menjauhkan dari-Nya dan mendatangkan permusuhan antar
sesamanya.
6)
Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan
memulai pelajaran yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak)
atau dari ilmu yang fardlu’ain menuju ilmu yang fardlu kifayah (QS.
Al-Insyiqaq:19).
7)
Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih
pada ilmu yang lainnya, sehingga peserta didik
memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam. Dalam konteks ini
spesialisai jurusan diperlukan agar peserta didik memiliki keahlian dan
kompetensi khusus (QS.Al-Insyirah: 7).
8)
Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan
yang dipelajari, sehingga mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu
masalah.
9)
Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan
kewajiban sebagai makhluk Allah SWT, sebelum memasuki ilmu duniawi.
10) Mengenal nilai-niali pragmatis bagi suatu ilmu
pengetahuan yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan, mensejahterakan,
serta memberi keselamatan hidup dunia
akhirat.
11) Peserta
didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit
terhadap dokternya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari penjelasan hadits-hadits diatas dapat
disimpulkan bahwa Sebagai peserta didik harus memahami kewajiban, etika kepada pendidik serta
melaksanakannya. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau
dilaksanakan oleh peserta didik, kewajiabn peserta didik adalah belajar dengan
niat ibadah dalam rangka taqarub kepada Allah SWT, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari anak dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak rendah dan watak
yang tercela agar menjadi pribadi yang baik
dan menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan, bersikap tawadhu’ ( rendah hati ) dengan cara
meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya dan jangan
pernah meremehkan suatu ilmu yang telah diberikan.
Etika yang senantiasa dijalankan
pada peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut
ilmu, tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi roh dengan berbagai
sifat keutamaan, memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di
berbagai tempat, wajib menghormati pendidiknya dan peserta didik hendaknya belajar secara
sungguh-sungguh dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz,Abdul bin Fathi as Sayyid
Nada.2007.Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an & sunnah.Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Nata,Abuddin.2010.Ilmu
Pendidikan Islam.Jakarta: Prenada Media.
Syaikh,Muhammad bin Shalih
al’Utsaimin.2005.Syarah Adab & Manfaat Menuntut Ilmu.Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Software Hadits 9 Imam
http://ilmuhayat.blogspot.com/2012/11/hadits-tentang-hal-hal-yg-harus.html
http://id.scribd.com/doc/76911557/SIFAT-SIFAT-YANG-HARUS-DIMILIKI-PESERTA-DIDIK-Mempunyai-Niat-Yang-Mulia-Dalam-Menuntut-Ilmu
[1] Software Hadits 9 Imam
[2] http://id.scribd.com/doc/76911557/SIFAT-SIFAT-YANG-HARUS-DIMILIKI-PESERTA-DIDIK-Mempunyai-Niat-Yang-Mulia-Dalam-Menuntut-Ilmu (diakses tanggal 26 september 2013 )
[3] Abuddin Nata,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:
Prenada Media Group,2010),hlm.183
[4] Syaikh Muhammad bin Shalih
al’Utsaimin, Syarah Adab & Manfaat menuntut ilmu,(Jakarta:Pustaka
Imam Asy-Syafi’i,2005),hlm.10-11
[5] http://ilmuhayat.blogspot.com/2012/11/hadits-tentang-hal-hal-yg-harus.html (diakses pada tanggal 26 september 2013)
[6] http://zainalmasrizai.blogspot.com/2012/09/hadis-hadis-tentang-peserta-didik.html (diakses pada tanggal 26 september 2013 )
[7] Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid
Nada, Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an & Sunnah,(Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2007),hlm.188
[8] Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada, Ensiklopedi
Adab Islam menurut al-Qur’an & Sunnah,(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i,
2007),hlm.186
0 komentar
Posting Komentar