MAKALAH
PENGENALAN
KITAB “TAQRIB AT-TAHDZIB”
KARYA
IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ulumul Hadits
Dosen
Pengampu : Arif Chasanul Muna, MA.
Kelas
: B
Disusun
oleh
1.
Dani Robbina 2021112137
2.
Ela Supriana 2021112038
3.
Nurul Hidayah 2021112010
4.
Andre kunaefi 2021112094
JURUSAN
TARBIYAH / PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan
terhadap takhrij hadits dan penilaian sanadnya sangat besar dalam studi
ilmu hadits. Ini dikarenakan hadits merupakan salah satu dari dua sumber utama
dalam Islam. Karena itu, untuk menentukan sebuah keputusan, baik itu hukum
maupun ilmu yang lainnya, harus melihat dulu sumber yang dimaksud, dalam hal ini
tentu salah satu hadits.
Kemudian dalam berpegang dalam sebuah hadits, diisyaratkan hadits yang
dijadikan rujukan adalah terjamin keasliannya. Salah satu cara dalam menilai
sebuah hadits adalah dengan meneliti sanad dalam hadits tersebut. Dalam proses
ini, selain kita memerlukan ilmu Tarikh al-Ruwat (sejarah para perawi
hadits), kita juga memerlukan ilmu yang membahas tentang kualitas rowi itu
sendiri. Sebagaimana dalam kitab tarikh ar ruwat berfungsi untuk menelaah kebersambungan
sanad berdasarkan waktu kapan dia lahir dan sebagainya. Salah satu karya
terbaik dalam bidang penelitian rijal ini adalah apa yang telah ibnu hajar al
asqalani bahas dalam salah satu kitabnya yaitu kitab Taqrib at-Tahdzib.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Singkat Imam Ibn Hajar al-Asqalani
Nama lengkap beliau adalah Abu fadli, syihabuddin, Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar kinany al-Asqalani. Julukan al-Asqalani adalah
nisbah dari kota kelahirannya di daerah Mesir. Ia lahir di Mesir pada tanggal 12 Sya’ban 773
H/1389 M. Ayahnya
seorang ulama besar yang terkenal mahir dalam bidang Fiqih, Lughot,
Qiro`ah, dan Adab. Ayahnya dikenal sebagai orang yang cerdas
dan mempunyai kedudukan mulia di tengah masyarakat. Selain itu, ia juga dikenal
sebagai orang yang kuat memegang ajaran agama dan
mengamalkannya.
Ibnu Hajar
tumbuh besar dalam asuhan ayahnya setelah ibunya wafat. Ia dimasukkan ke
sekolah setelah ia berusia 5 tahun. Ia sebelumnya dididik oleh ayahnya sehingga
ia telah selesai menghafal al-Qur'an pada usia 7 tahun. Kemudian ia menghafal
kitab al-Umdah, al-Hawi al-Shaghir karya Imam Rofi’i dan Mukhtashar
Ibnu al-Hajib, serta Milhatul I’rob.
Pada
masa mudanya, ia membacakan sebuah bidang ilmu di depan
majelis umum yang dikunjungi oleh masyarakat Cairo, Mesir. Beliau sempat
semangatnya melemah untuk mempelajari ilmu karena tidak ada orang yang
memberikan dorongan kepadanya, dan ini berlangsung
hingga ia berusia 17 tahun. Setelah mengalami kejenuhan yang cukup lama ia
mulai mengaji lagi. Ilmu yang ia pelajari kembali pada waktu itu adalah bidang
ilmu Fiqih, bahasa
Arab dan Hisab. Mula-mula
beliau berguru kepada Syaikh al-Allamah Syamsuddin Ibn al-Qattan. Ia juga
banyak mentashih bacaan kitab al-Hawiy karangan Imam Rafi’i kepada
gurunya langsung. Kemudian beliau berguru kepada Annur al-Adamiyyi. Ilmu Fiqihnya di dapat dari
Syekh al-Ambassyyi dan Syaikh Jalaluddin al-Bulqiniy yang merupakan guru besar
di bidang fiqih dan hadits
yang berkedudukan di Mesir.
Ibnu
Hajar pertama kali belajar ilmu hadits kira-kira ketika berusia
20 tahun, tepatnya pada
tahun 793 H. Dari hasil belajarnya itu banyak kitab-kitab yang beliau tulis
dalam bidang hadits, diantarnya yang sering kita dengar
yaitu Fathul
Bari Syarah Shohih Bukhari. Dengan berbekal ilmunya ia banyak menulis
berbagai kitab yang jumlahnya mencapai 150 kitab.
Beliau
mempunyai banyak guru, diantaranya :
I.
Bidang
keilmuan Al-Qira’aat (ilmu Alquran):
Syeikh Ibrahim
bin Ahmad bin Abdulwahid bin Abdulmu`min bin ‘Ulwaan At-Tanukhi Al-Ba’li
Ad-Dimasyqi (wafat tahun 800 H.) dikenal dengan Burhanuddin Asy-Syaami. Ibnu
Hajar belajar dan membaca langsung kepada beliau sebagian Alquran, kitab Asy-Syathibiyah, Shahih
Al-Bukhari dan sebagian musnad dan Juz
Al-Hadits. Syeikh Burhanuddin ini memberikan izin kepada Ibnu Hajar
dalam fatwa dan pengajaran pada tahun 796 H.
II.
Bidang ilmu
Fikih:
1.
Syeikh Abu Hafsh Sirajuddin Umar bin Ruslaan
bin Nushair bin Shalih Al-Kinaani Al-‘Asqalani Al-Bulqini Al-Mishri (wafat
tahun 805 H) seorang mujtahid, haafizh dan seorang ulama
besar. Beliau memiliki karya ilmiah, diantaranya: Mahaasin
Al-Ish-thilaah Fi Al-Mushtholah dan Hawasyi ‘ala Ar-Raudhah serta
lainnya.
2.
Syeikh Umar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin
Abdillah Al-Anshari Al-Andalusi Al-Mishri (wafat tahun 804 H) dikenal dengan
Ibnu Al-Mulaqqin. Beliau orang yang terbanyak karya ilmiahnya dizaman tersebut.
Diantara karya beliau: Al-I’laam Bi Fawaa`id ‘Umdah Al-Ahkam (dicetak
dalam 11 jilid) dan Takhrij ahaadits Ar-Raafi’i(dicetak dalam 6
jilid) dan Syarah Shahih Al-Bukhari dalam 20 jilid.
3.
Burhanuddin Abu Muhammad Ibrahim bin Musa bin
Ayub Ibnu Abnaasi (725-782 ).
III.
Bidang ilmu
Ushul Al-Fikih :
Syeikh Izzuddin
Muhammad bin Abu bakar bin Abdulaziz bin Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dullah bin
Jama’ah Al-Kinaani Al-Hamwi Al-Mishri (Wafat tahun 819 H.) dikenal dengan Ibnu
Jama’ah seorang faqih, ushuli, Muhaddits, ahli kalam, sastrawan
dan ahli nahwu. Ibnu Hajar Mulazamah kepada beliau dari tahun 790
H. sampai 819 H.
IV.
Bidang ilmu Sastra
Arab :
1.
Majduddin Abu Thaahir Muhammad bin Ya’qub bin
Muhammad bin Ibrahim bin Umar Asy-Syairazi Al-Fairuzabadi (729-827 H.).
seorang ulama pakar satra Arab yang paling terkenal dimasa itu.
2.
Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin
Abdurrazaaq Al-Ghumaari 9720 -802 H.).
V.
Bidang hadits
dan ilmunya:
1.
Zainuddin Abdurrahim bin Al-Husein bin
Abdurrahman bin Abu bakar bin Ibrahim Al-Mahraani Al-Iraqi (725-806 H. ).
2.
Nuruddin abul Hasan Ali bin Abu Bakar bin
Sulaimanbin Abu Bakar bin Umar bin Shalih Al-Haitsami (735 -807 H.).
Selain
beberapa yang telah disebutkan di atas, guru-guru Ibnu Hajar yang lain, diantaranya
:
·
Al-Iraqi, seorang yang paling banyak menguasai
bidang hadits dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan hadits.
·
Al-Haitsami, seorang yang paling hafal tentang
matan-matan.
·
Al-Ghimari, seorang yang banyak tahu tentang
bahasa Arab dan berhubungan dengan bahasa Arab.
·
A-Muhib bin Hisyam, seorang yang cerdas.
·
Al-Ghifari, seorang yang hebat hafalannya.
·
Al-Abnasi, seorang yang terkenal kehebatannya
dalam mengajar dan memahamkan orang lain.
·
Al-Izzu bin Jamaah, seorang yang banyak
menguasai beragam bidang ilmu.
·
At-Tanukhi, seorang yang terkenal dengan
qira’atnya dan ketinggian sanadnya dalam qira’at.
Kedudukan dan
ilmu beliau yang sangat luas dan dalam tentunya menjadi perhatian para penuntut
ilmu dari segala penjuru dunia. Mereka berlomba-lomba mengarungi lautan dan
daratan untuk dapat mengambil ilmu dari sang ulama ini. Oleh karena itu
tercatat lebih dari lima ratus murid beliau sebagaimana disampaikan murid
beliau imam As-Sakhawi
Diantara murid
beliau yang terkenal adalah:
1.
Syeikh Ibrahim bin Ali bin Asy-Syeikh bin
Burhanuddin bin Zhahiirah Al-Makki Asy-Syafi’i (wafat tahun 891 H.).
2.
Syeikh Ahmad bin Utsmaan bin Muhammad bin
Ibrahim bin Abdillah Al-Karmaani Al-hanafi (wafat tahun 835 H.) dikenal dengan
Syihabuddin Abul Fathi Al-Kalutaani seorang Muhaddits.
3.
Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin
Hasan Al-Anshari Al-Khazraji (wafat tahun 875 H.) yang dikenal dengan
Al-Hijaazi.
4.
Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshari
wafat tahun 926 H.
5.
Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abu
bakar bin Utsmaan As-Sakhaawi Asy-Syafi’i wafat tahun 902 H.
Ibnu Hajar al-Asqalani wafat pada malam sabtu tanggal 28 Dzulhijjah tahun
852 H. Beliau wafat sekitar umur 79 tahun.
Ibnu Hajar
al-Asqalani telah menulis beberapa kitab diantaranya adalah:
1.
Fathu al-Bariy
Syarh Shohih Bukhariy
2.
Al-Ishobah
3. Tahdzib
al-Tahdzib serta Taqrib al-Tahdzib
4.
Ta’jil
al-Manfa’ah bi al-Rijal al-Arba’ah wa Musytabih al-Nisbah
5.
Talkhis
al-Khabir fi Takhrij Ahadits al-Rafi’i
6. Takhrij
al-Mashabih
7.
Ibnu al-Hajib
8.
Takhrij
al-Kasysyaf
9.
Ittifaq
al-Marrah wa al-Muqaddimah
10.
Badzlu al-Ma’un
B. Gambaran mengenai Kitab Taqrib
at-Tahdzib
1.
Sejarah
Penyusunan
Sejarah penyusunan kitab Taqrib al-Tahdzib menurut Ibnu Hajar al-Asqalani,
kitab ini adalah salah satu mukhtasar (ringkasan) dari kitab al-Kamal fi Asma’
al-Rijal karya al-Imam al-Hafidz Abu Muhammad ‘Abdul al-ghaniy bin ‘abdu
al-Wahid al-Maqdisiy (wafat 600 H). Sebenarnya kitab al-Maqdisiy dikatakan pada
pengantar Taqrib at-Tahdzib adalah kitab pertama yang membahas secara khusus
dalam bidang ilmu rijal ini. hanya saja kitab ini terlalu memperpanjang
pembahasan tentang sejarah rawi. Kemudian al-Hafidz Abu al-Hajjaj Yusuf bin
Abd al-Rahman al-Miziy mengeditnya
dalam kitab Tahdzib al-Kamal.
Para
ulama kemudian mengedit lagi kitab ini. Sebagian kitab editan itu adalah kitab
yang ditulis oleh al-Dzahabiy yaitu Tahdzib Tahdzib al-Kamal. Ada lagi
yang ditulis oleh Ibnu Hajar yaitu Tahdzib al-Tahdzib. Di dalamnya
diringkas menjadi hanya yang berkenaan dengan jarh dan ta’dil
dari kitab asli Tahdzib al-Kamal. Kemudian Ibnu Hajar meringkas
Tahdzib al-Tahdzib menjadi kitab
yang sedang kita bahas ini yaitu Taqrib al-Tahdzib.
Faktor penyususnan dari kitab Tahdzib al-Tahdzib menjadi ringkasan Taqrib al-Tahdzib karena kitab Tahdzib
itu terlalu panjang dalam pembahasan sejarah para rawi dan masih terdapat banyak
pendapat-pandapat para ulama yang berbeda kemudian Ibnu Hajar meringkasnya agar
lebih mudah dipelajari. Faktor lain
karena para sahabat juga meminta kapada Ibnu Hajar untuk meringkasnya ,
Adapun perbedaan antara kitab Tahdzib
al-Tahdzib dengan kitab Taqrib al-Tahdzib
yaitu:
Ø Kitab Taqrib at-Tahdzib::
1.
tidak
ditulis gurunya,
2.
tidak
disebutkan nama-nama muridnya,
3.
tidak
ada pendapat kualitas ,
4.
tidak
ada keterangan.
Ø Kitab Tahdzib at-Tahdzib:
1.
Ada
tulisan gurunya,
2.
Ada nama-nama
muridnya ,
3.
Ada
para pendapat ulama,
4.
Ada
cerita riwayatnya (hidup dan meninggalnya).
Dalam
mukadimah Taqrib
al-Tahdzib disebutkan
bahwa faktor dikarangnya kitab ini karena permintaan sebagian sahabatnya agar
ia mengkhususkan pada kitab tersendiri menuls para rawi yang dibiografikan
dalam Tahdzib at-Tahdzib. Awalnya
permintaan mereka tidak diterima. Kemudian setelah beliau melihat segi positif
dibalik permintaan ini beliau menerimanya.[2]
2.
Metode
Penyusunan
Sebagaimana yang dituliskan dalam muqoddimah-nya, Ibn Hajar
meringkas banyak bagian dari Tahdzib al-Kamal yang berupa menonjolkan
penjelasan tentang jarh dan ta’dil-nya
saja dan membuang penjelasan lain yang dianggap bertele-tele seperti
hadits-hadits yang tidak memiliki keterkaitan. Ibn Hajar tidak membuang atau
meringkas biografi yang terlalu pendek .
Menurut bahasa al-jarh artinya cacat. Istilah ini digunakan untuk
menunjukkan “sifat jelek” yang melekat
pada periwayat hadis, seperti pelupa,pembohong, dan sebagainya. Apabila sifat
itu dapat di kemukakan maka dikatakan
bahwa periwayat tersebut cacat. Hadist
yang dibawa oleh periwayat semacam ini di tolak, dan hadisnya dinilai lemah
(dhoif).
Ta’dil menurut bahasa artinya menilai adil kepada orang lain.
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan sifat baik yang melekat pada
periwayat,seperti kuat hafalan,terpercaya,cermat dan lain sebagainya. Orang
yang mendapat penilaian seperti ini disebut
adil,sehingga hadist yang dibawanya dapat di terima sebagai dalil agama.
Hadistnya dinilai shahil. Sesuai dengan fungsinya sebagai sumber ajaran islam,
maka yang di ambil adalah hadist shahih.
Dalam menyusun kitab rijal
ini, beliau menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menempatkan keterangan-keterangan yang benar dalam penyusunan kitab ini, dengan merujuk kepada sumber-sumber lain dalam
bidang ilmu rijal ini yang disusun dan dicetak memudahkan.
2.
Disebutnya semua biografi yang terdapat
pada Tahdzib at-Tahdzib tidak
dibatasinya hanya pada biografi para rawi kitab-kitab hadits yang enam seperti
yang dilakukan oleh Adz-Dzahabiy dalam Al
Kasyif sebagaimana ia
susun biografi itu berdasar urutan yang dibuatnya sendiri pada Tahdzib Tahdzib al-Kamal
3.
Ditulisnya rumus-rumus yang pernah dicantumkan
sendiri pada Tahdzib at-Tahdzib. Bedanya kitab ini berbeda
dengan rumus Sunan yang empat jika rumus-rumus itu kebetulan sama.
4.
Dalam mukaddimah disebutkannya urutan para
rawi. Dibatasinya mereka menjadi dua belas tingkat. Disebutnya lafadz-lafadz al
Jarh wa at ta’dil yang masing-masing mempunyai lawan kata. Bagi perujuk
kitab ini hendaknya memperhatikan tingkatan-tingkatan ini dan lafadz-lafadz
lawannya sehingga tidak keliru. Karena mungkin saja, sebagian istilah
digunakannya terminology khusus pada kitab ini.
5.
Dalam mukaddimah kitab itu disebutkan juga thobaqat
para rawi yang biografinya ditulis dibuat dua belas thobaqat juga. Sebelum
merujuk (menggunakan) kitab ini selayaknya diketahui thobaqat-thobaqat tersebut
hingga perujuk dapat mengetahui terminologi khusus versi Ibnu Hajar dalam kitab
ini.
6.
Pada resume ini, ditambahkannya satu pasal di
akhir kitab yang berhubungan dengan penjelasan kaum wanita shohabiyah yang
masih samar berdasarkan urutan orang yang meriwayatkan dari mereka pria atau
wanita.[3]
v Kelemahan
dari kitab Taqrib at-Tahdzib:
1. Terkadang
masih mencantumkan pembahasan yang
panjang lebar mengenai seorang rawi dan tidak ada data yang jelas sebagaimana
diharapkan dalam muqoddimahnya.
2. Dalam
mengkaji atau menggunakan Tahdzib dirasa
masih ditemui kesulitan.
3. Banyak
terjadi seleksi dalam penulisan karena sebagaimana diakui kitab ini merupakan ringkasan kitab sebelumnya.
v Kelebihan
dari kitab Taqrib at-Tahdzib:
1. Kitab
ini disusun menggunakan urutan abjad sehingga seikit memudahkan pencarian rawi
2. Ada
bab yang khusus mengelompokkkan rawi berdasarkan kunyah-nya baik rawi laki-laki
maupun perempuan.
3. Ada
bagian atau bab yang secara khusus
mengelompokkan rawi wanita.
4. Jilid
terakhir merupakan daftar isi yang memudhakan pencarian.
3.
Jumlah nama
perawi dalam kitab Taqrib at-Tahdzib
Jumlah perawi yang ditulis dalam kitab Taqrib at-Tahdzib adalah
berjumlah 8791 perawi.
B.
Daftar Isi
Kitab Taqrib al-Tahdzib
Ø Jumlah Bab
الجزء الأول
حرف الألف
حرف الباء الموحدة
حرف التاء المتناة
حرف الثاء المثلثة
حرف الجيم
حرف الحاء المهملة
حرف الخاء المعجمة
حرف الدال
حرف الذال المعجمة
حرف الراء
حرف الزاي
حرف الزاي
حرف السين المهملة
حرف الشين المعجمة
حرف الصاد
حرف الضاد المعجمة
حرف العين[4]
الجزء الثاني
حرف القاف
حرف الميم
باب الكنى
باب من نسب إلى ابيه
باب الأ نساب
باب في النساء
Ø
Contoh satu bab beserta sub babnya
C.
Contoh Satu Perawi dari Taqrib al-Tahdzib
Ø
Identifikasi
Perawi dari Taqrib al-Tahdzib
(Nama Perawi)
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
Keterangan:
1. Mengenai identitas perawi; nama lengkap,
nasabnya, asal daerah, dan lain-lain.
2. Mengenai ( الجرح والتعديل )
: Kualitas perawi
3. Mengenai tingkatan generasi (
الطبقة )
4.
Mengenai tahun kematian dan umur
5. Kode keberadaan hadits-hadits yang
diriwayatkannya.
Kode-kode
yang digunakan diatas adalah:
: Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
perawi tersebut berada dalam Sunan Nasa’i
Ø Kualitas
perawi
Hadits
yang diriwayatkan oleh perawi ini dihukumi Shohih.[5]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Al-hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani
mempunyai nama lengkap Ahmad bin Ali bin
Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani
Al-Asqalani Al-Mishri. Ia dilahirkan tanggal 12 Sya’ban tahun 773H dipinggiran
sungai Nil di Mesir Kuno.
Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis kitab
hadist yang sangat terkenal yaitu kitab Tarib al-Tahdzib,kitab Taqrib
at-Tahdzib ini adalah salah satu
mukhtasar (ringkasan)dari kitab al-kamal fi Asma’al-Rijal karya al-Iman al-Hafidz Abu Muhammad ‘Abdu al-Ghaniy bin ‘Abdu
al-wahid al-Maqdisiy (w.600 H.) kitab ini disusun secara alfabetis,yakni
tersusun dari hamzah sampai ya’.
Adapun metode
penyusunannya yaitu Ibnu Hajar meringkas banyak bagian dari Tahdzib al-Kamal
yang berupa menonjolkan penjelasan tentang
jarh dan ta’dil-nya saja dan membuang penjelasan lain yang
dianggap bertele-tele seperti hadits-hadits yang tidak memiliki keterkaitan.Namun
Ibnu Hajar tidak membuang atau meringkas biografi yang terlalu pendek .
[1]
Ahmad Ali bin Hajar
al-Asqalani, Taqrib al-Tahdzib, Jilid
1 (Libanon : Darul Kitabul Ilmiyah, 1993), hlm.11
[2]
Dilanz, 2013, Kitab Taqrib
at-Tahdzib, http://mydiaeln.blogspot.com/2013/02/kitab-taqrib-at-tahdzib-karya-ibn-hajar.html, diakses 26/02/2013
[3]
Op. Cit hal.18
[4]
Ahmad Ali bin Hajar
al-Asqalani, Op. Cit., hlm. 779
0 komentar
Posting Komentar