Diberdayakan oleh Blogger.

pencarian

Total Tayangan

Post Populer

Blogger templates

Blogroll

Rabu, 26 Februari 2020

MAKALAH HADITS TARBAWI I TENTANG PESERTA DIDIK


MAKALAH
HADITS TARBAWI I
TENTANG PESERTA DIDIK
disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah    : Hadits Tarbawi I
Dosen Pengampu        : Drs. H. Ahmad Rifai M.Pd
Description: C:\Users\User\Pictures\UKM\LOGO2\Stain PKL (warna).jpg







Disusun Oleh :
DANI ROBBINA       2021112137
Kelas : C

TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Peserta didik didalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap niali hidup atas pendidikan agama peserta didik.
Dilihat dari segi kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Dengan demikian, kita membutuhkan materi lebih lanjut mengenai sifat-sifat yang harus ada dalam peserta didik. Dalam sifat tersebut terdapat berbagai macam hal-hal yang harus tertanam dalam diri penuntut ilmu, salah satunya ialah mempunyai niat yang mulia dalam menuntut ilmu dan  menghormati pendidik.








BAB II
PEMBAHASAN
HADITS-HADITS TENTANG PESERTA DIDIK
3. Hal-hal yang Harus Lakukan oleh Penuntut Ilmu
A. Niat yang mulia
v  Hadits
عَنْ كَعْبِ بْنِ مالِكِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ طَلَبَ اْلعِلْمِ لِيُجَارِيَ بِهِ اْلعُلَمَاءَأَوْ لِيُمَارِيَ بهِ السُفَهاَءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللّهُ النَّارَ(أخرجه الترمذي :كتاب العم :باب ماجاءفيما يطلب بعلمه الدنيا،وأخرجه ابن ماجه عن ابن عمر:كتاب المقدمة:باب الإنتفاع بالعلم والعمل به)                      
v  Terjemah Hadits
Dari Ka’ab bin Malik berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda “ Barang siapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama atau untuk mengolok-olok orang bodoh atau untuk mengalihkan pandangan manusia kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.”[1]

v  Penjelasan hadits
Dalam hadits diatas dapat dijelaskan bahwa, barang siapa mencari ilmu untuk menunjukkan riya’ dan sum’ah kepada orang lain agar di anggap pandai, dan untuk mengelabuhi orang-orang bodoh dengan cara angkuh dan sombong, dan menarik perhatian kepada orang lain, maka jahanam sebagai balasan dengan apa yang telah ia lakukan.[2]
Seorang peserta didik agar menghias dirinya dengan sifat-sifat yang utama, selalu mendekatkan diri kepada Allah, tidak menggunakan ilmu yang dipelajari untuk menonjolkan atau menyombongkan diri, bermegah-megahan atau pamer kepandaian.[3]
Hendaknya peserta didik dalam menuntut ilmu memiliki niat yang ikhlas hanya karena Allah ta’ala semata, juga berdasarkan sebuah hadits yang sangat populer yang diriwayatkan oleh Amirul Mukminin ‘Umar bin Khattab bahwasannya Rasulullah saw bersabda : “sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya.’’ Apabila ilmu tidak didasari dengan keikhlasan niat, dia berubah dari ibadah yang paling mulia menjadi kemaksiatan yang paling hina. Dan tidak ada sesuatupun yang paling bisa menghancurkan ilmu semisal riya’, baik riya’ yang menjerumuskan pada kesyirikan ataupun riya’ yang menghilangkan keikhlasan, juga semisal sum’ah seperti kalau dia berkata : “ Saya mengetahui..... saya hafal... ’’[4]
B.     Menghormati pendidik dan memenuhi hak-haknya
v  Hadits
( أ ) عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّا مِتِ أَنْ رَسُوْلَ اللّهِ صلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ مِنْ أُمَّتيِ مَنْ لَمْ يُجِلُّ كَبِيْرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيْرَناَ وَيَعْرِفْ لِعَا لِمِنَا حَقَّهُ(أخرجه أحمد:باقي مسند الأنصار- والحكم:-كتاب العم:فصل في توقير العم)          
v  Terjemah Hadits
Dari Ubadah bin Shamit sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :”Tidaklah termasuk umatku yang tidak menghormati orang yang lebih tua diantara kita dan tidak mengasihi orang yang lebih kecil diantara kita dan tidak mengetahui hak-hak orang yang mengajarkan ilmu kepada kita”.[5]

v  Penjelasan hadits
Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena dialah yang mendidik kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi orang yang berilmu. Maka sebagai peserta didik haruslah menghargai dan menghormati pendidiknya. Hadits diatas menerangkan  Rasulullah saw mengatakan bahwa peserta didik yang tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah umatnya.[6]
Ibnu Jam’ah berkata” Hendaklah penuntut ilmu tidak berbicara kepada gurunya dengan kata ganti orang kedua (kamu), juga kata ganti milik (mu), serta janganlah ia memanggilnya dari jauh”. Janganlah ia menyebut nama gurunya saat ia tidak ada kecuali disertai dengan gelar penghormatan, seperti dengan mengatakan Syaikh Fulan atau Ustadz Fulan berkata....” [7]
Hendaklah penuntut ilmu mengetahui hak guru dan tidak melupakan jasanya, menjaga kehormatannya, dan menolak ghibah tentangnya. Dan mendoakan gurunya selama hidupnya.
 Menghormati, memuliakan, dan mengagungkan para guru atas dasar karena Allah SWT merupakan perbuatan yang harus dilakukan oleh peserta didik. Hal yang demikian penting dilakukan, karena selain akan menimbulkan kecintaan dan perhatian guru terhadap murid juga akan meningkatkan martabat murid itu sendiri.


v  Hadits
(ب) عَنْ اَبِى هُرَيْرَةْ رضىالله عنه قال:قال رَسُوْل الله صلى الله عليه وسلم: تَعَلَّمُوْاالْعِلمَ , وَتَعَلَّمُوا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةَ وَالْوِقَارَ وَتَوَا ضَعُوْا لِمَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ (أخرجه الطبراني فى المعجم الأوسط)
v  Terjemah Hadits
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. Al-Thabrani)

v  Penjelasan hadits
Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa seorang peserta didik ketika proses belajar mengajar berlangsung hendaknya dalam keadaan tenang, dan seorang peserta didik dengan pendidik itu harus rendah hati.
Seorang pelajar wajib menghormati dan memuliakan gurunya. Janganlah ia berbicara tentangnya kecuali dengan menyebut nama syaikh atau sejenisnya. Selayaknya ia bertawadhu’ kepadanya, membukakan pintu baginya, memperkenankan didepan ketika berjalan, menyiapkan sandalnya, tidak mendahuluinya ketika menjawab, tidak menyulitkannya dengan banyak pertanyaan.[8]
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar. Al-Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu :
1)      Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela (takhalli) dan mengisi dengan akhlak yang terpuji (tahalli) (perhatian QS. Al-An’am: 162, Al-Dzariyat: 56).
2)      Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi (QS. Adl-Dluha: 4). Artinya, belajar tak semata-mata untuk mendapat pekerjaan, tapi juga belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi, baik dihadapan manusia dan Allah SWT.
3)      Bersikap tawadlu’ (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya. Sekalipun cerdas, tetapi ia bijak dalam menggunakan kecerdasan itu pada pendidikannya, termasuk juga bijak kepada teman-temannya yang IQ-nya lebih rendah.
4)      Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam belajar.
5)      Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi maupun untuk duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah). Ilmu terpuji dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, sementara ilmu tercela akan menjauhkan dari-Nya dan mendatangkan permusuhan antar sesamanya.
6)      Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardlu’ain menuju ilmu yang fardlu kifayah (QS. Al-Insyiqaq:19).
7)      Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya, sehingga peserta didik  memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam. Dalam konteks ini spesialisai jurusan diperlukan agar peserta didik memiliki keahlian dan kompetensi khusus (QS.Al-Insyirah: 7).
8)      Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari, sehingga mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.
9)      Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk Allah SWT, sebelum memasuki ilmu duniawi.
10)   Mengenal nilai-niali pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia  akhirat.
11)  Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit terhadap dokternya.






















BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dari penjelasan hadits-hadits diatas dapat disimpulkan bahwa Sebagai peserta didik harus memahami kewajiban, etika kepada pendidik serta melaksanakannya. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik, kewajiabn peserta didik adalah belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarub kepada Allah SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari anak dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak rendah dan watak yang tercela agar menjadi pribadi yang  baik dan menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan, bersikap tawadhu’ ( rendah hati ) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya dan jangan pernah meremehkan suatu ilmu yang telah diberikan.
Etika yang senantiasa dijalankan pada peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu, tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi roh dengan berbagai sifat keutamaan, memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat, wajib menghormati pendidiknya dan  peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan sabar.





DAFTAR PUSTAKA

Aziz,Abdul bin Fathi as Sayyid Nada.2007.Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an & sunnah.Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Nata,Abuddin.2010.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Prenada Media.
Syaikh,Muhammad bin Shalih al’Utsaimin.2005.Syarah Adab & Manfaat Menuntut Ilmu.Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Software Hadits 9 Imam
http://ilmuhayat.blogspot.com/2012/11/hadits-tentang-hal-hal-yg-harus.html
http://id.scribd.com/doc/76911557/SIFAT-SIFAT-YANG-HARUS-DIMILIKI-PESERTA-DIDIK-Mempunyai-Niat-Yang-Mulia-Dalam-Menuntut-Ilmu



[1] Software Hadits 9 Imam
[3] Abuddin Nata,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Prenada Media Group,2010),hlm.183
[4] Syaikh Muhammad bin Shalih al’Utsaimin, Syarah Adab & Manfaat menuntut ilmu,(Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i,2005),hlm.10-11
[7] Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an & Sunnah,(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2007),hlm.188

[8] Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an & Sunnah,(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2007),hlm.186

0 komentar

Posting Komentar