Diberdayakan oleh Blogger.

pencarian

Total Tayangan

Post Populer

Blogger templates

Blogroll

Rabu, 26 Februari 2020

MAKALAH PENGENALAN KITAB “TAQRIB AT-TAHDZIB” KARYA IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI


MAKALAH
PENGENALAN KITAB “TAQRIB AT-TAHDZIB”
KARYA IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ulumul Hadits
Dosen Pengampu : Arif Chasanul Muna, MA.

















Kelas : B


Disusun oleh

1.      Dani Robbina              2021112137
2.      Ela Supriana                2021112038
3.      Nurul Hidayah                        2021112010
4.      Andre kunaefi                        2021112094






JURUSAN TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Kebutuhan terhadap takhrij hadits dan penilaian sanadnya sangat besar dalam studi ilmu hadits. Ini dikarenakan hadits merupakan salah satu dari dua sumber utama dalam Islam. Karena itu, untuk menentukan sebuah keputusan, baik itu hukum maupun ilmu yang lainnya, harus melihat dulu sumber yang dimaksud, dalam hal ini tentu salah satu hadits.
Kemudian dalam berpegang dalam sebuah hadits, diisyaratkan hadits yang dijadikan rujukan adalah terjamin keasliannya. Salah satu cara dalam menilai sebuah hadits adalah dengan meneliti sanad dalam hadits tersebut. Dalam proses ini, selain kita memerlukan ilmu Tarikh al-Ruwat (sejarah para perawi hadits), kita juga memerlukan ilmu yang membahas tentang kualitas rowi itu sendiri. Sebagaimana dalam kitab tarikh ar ruwat berfungsi untuk menelaah kebersambungan sanad berdasarkan waktu kapan dia lahir dan sebagainya. Salah satu karya terbaik dalam bidang penelitian rijal ini adalah apa yang telah ibnu hajar al asqalani bahas dalam salah satu kitabnya yaitu kitab Taqrib at-Tahdzib.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Singkat Imam Ibn Hajar al-Asqalani
Nama lengkap beliau adalah Abu fadli, syihabuddin, Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar kinany al-Asqalani. Julukan al-Asqalani adalah nisbah dari kota kelahirannya di daerah Mesir. Ia lahir di Mesir pada tanggal 12 Sya’ban 773 H/1389 M. Ayahnya seorang ulama besar yang terkenal mahir dalam bidang Fiqih, Lughot, Qiro`ah, dan Adab. Ayahnya dikenal sebagai orang yang cerdas dan mempunyai kedudukan mulia di tengah masyarakat. Selain itu, ia juga dikenal sebagai orang yang kuat memegang ajaran agama dan mengamalkannya.
Ibnu Hajar tumbuh besar dalam asuhan ayahnya setelah ibunya wafat. Ia dimasukkan ke sekolah setelah ia berusia 5 tahun. Ia sebelumnya dididik oleh ayahnya sehingga ia telah selesai menghafal al-Qur'an pada usia 7 tahun. Kemudian ia menghafal kitab al-Umdah, al-Hawi al-Shaghir karya Imam Rofi’i dan Mukhtashar Ibnu al-Hajib, serta Milhatul I’rob.
Pada masa mudanya, ia membacakan sebuah bidang ilmu di depan majelis umum yang dikunjungi oleh masyarakat Cairo, Mesir. Beliau sempat semangatnya melemah untuk mempelajari ilmu karena tidak ada orang yang memberikan dorongan kepadanya, dan ini berlangsung hingga ia berusia 17 tahun. Setelah mengalami kejenuhan yang cukup lama ia mulai mengaji lagi. Ilmu yang ia pelajari kembali pada waktu itu adalah bidang ilmu Fiqih, bahasa Arab dan Hisab. Mula-mula beliau berguru kepada Syaikh al-Allamah Syamsuddin Ibn al-Qattan. Ia juga banyak mentashih bacaan kitab al-Hawiy karangan Imam Rafi’i kepada gurunya langsung. Kemudian beliau berguru kepada Annur al-Adamiyyi. Ilmu Fiqihnya di dapat dari Syekh al-Ambassyyi dan Syaikh Jalaluddin al-Bulqiniy yang merupakan guru besar di bidang fiqih dan hadits yang berkedudukan di Mesir.
Ibnu Hajar pertama kali belajar ilmu hadits kira-kira ketika berusia 20 tahun, tepatnya pada tahun 793 H. Dari hasil belajarnya itu banyak kitab-kitab yang beliau tulis dalam bidang hadits, diantarnya yang sering kita dengar yaitu Fathul Bari Syarah Shohih Bukhari. Dengan berbekal ilmunya ia banyak menulis berbagai kitab yang jumlahnya mencapai 150 kitab.

Beliau mempunyai banyak guru, diantaranya :
                   I.            Bidang keilmuan Al-Qira’aat (ilmu Alquran):
Syeikh Ibrahim bin Ahmad bin Abdulwahid bin Abdulmu`min bin ‘Ulwaan At-Tanukhi Al-Ba’li Ad-Dimasyqi (wafat tahun 800 H.) dikenal dengan Burhanuddin Asy-Syaami. Ibnu Hajar belajar dan membaca langsung kepada beliau sebagian Alquran, kitab Asy-SyathibiyahShahih Al-Bukhari dan sebagian musnad dan Juz Al-Hadits. Syeikh Burhanuddin ini memberikan izin kepada Ibnu Hajar dalam fatwa dan pengajaran pada tahun 796 H.
                II.            Bidang ilmu Fikih:
1.      Syeikh Abu Hafsh Sirajuddin Umar bin Ruslaan bin Nushair bin Shalih Al-Kinaani Al-‘Asqalani Al-Bulqini  Al-Mishri (wafat tahun 805 H) seorang mujtahid, haafizh dan seorang ulama besar. Beliau memiliki karya ilmiah, diantaranya: Mahaasin Al-Ish-thilaah Fi Al-Mushtholah dan Hawasyi ‘ala Ar-Raudhah serta lainnya.
2.      Syeikh Umar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Abdillah Al-Anshari Al-Andalusi Al-Mishri (wafat tahun 804 H) dikenal dengan Ibnu Al-Mulaqqin. Beliau orang yang terbanyak karya ilmiahnya dizaman tersebut. Diantara karya beliau: Al-I’laam Bi Fawaa`id ‘Umdah Al-Ahkam (dicetak dalam 11 jilid) dan Takhrij ahaadits Ar-Raafi’i(dicetak dalam 6 jilid) dan Syarah Shahih Al-Bukhari dalam 20 jilid.
3.      Burhanuddin Abu Muhammad Ibrahim bin Musa bin Ayub Ibnu Abnaasi  (725-782 ).
             III.            Bidang ilmu Ushul Al-Fikih :
Syeikh Izzuddin Muhammad bin Abu bakar bin Abdulaziz bin Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dullah bin Jama’ah Al-Kinaani Al-Hamwi Al-Mishri (Wafat tahun 819 H.) dikenal dengan Ibnu Jama’ah seorang faqih, ushuli, Muhaddits, ahli kalam, sastrawan dan ahli nahwu. Ibnu Hajar Mulazamah kepada beliau dari tahun 790 H. sampai 819 H.
             IV.            Bidang ilmu Sastra Arab :
1.      Majduddin Abu Thaahir Muhammad bin Ya’qub bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar  Asy-Syairazi Al-Fairuzabadi (729-827 H.). seorang ulama pakar satra Arab yang paling terkenal dimasa itu.
2.      Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Abdurrazaaq Al-Ghumaari 9720 -802 H.).
                V.            Bidang hadits dan ilmunya:
1.      Zainuddin Abdurrahim bin Al-Husein bin Abdurrahman bin Abu bakar bin Ibrahim Al-Mahraani Al-Iraqi (725-806 H. ).
2.      Nuruddin abul Hasan Ali bin Abu Bakar bin Sulaimanbin Abu Bakar bin Umar bin Shalih Al-Haitsami (735 -807 H.).
Selain beberapa yang telah disebutkan di atas, guru-guru Ibnu Hajar yang lain, diantaranya :
·         Al-Iraqi, seorang yang paling banyak menguasai bidang hadits dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan hadits.
·         Al-Haitsami, seorang yang paling hafal tentang matan-matan.
·         Al-Ghimari, seorang yang banyak tahu tentang bahasa Arab dan berhubungan dengan bahasa Arab.
·         A-Muhib bin Hisyam, seorang yang cerdas.
·         Al-Ghifari, seorang yang hebat hafalannya.
·         Al-Abnasi, seorang yang terkenal kehebatannya dalam mengajar dan memahamkan orang lain.
·         Al-Izzu bin Jamaah, seorang yang banyak menguasai beragam bidang ilmu.
·         At-Tanukhi, seorang yang terkenal dengan qira’atnya dan ketinggian sanadnya dalam qira’at.
Kedudukan dan ilmu beliau yang sangat luas dan dalam tentunya menjadi perhatian para penuntut ilmu dari segala penjuru dunia. Mereka berlomba-lomba mengarungi lautan dan daratan untuk dapat mengambil ilmu dari sang ulama ini. Oleh karena itu tercatat lebih dari lima ratus murid beliau sebagaimana disampaikan murid beliau imam As-Sakhawi
Diantara murid beliau yang terkenal adalah:
1.      Syeikh Ibrahim bin Ali bin Asy-Syeikh bin Burhanuddin bin Zhahiirah Al-Makki Asy-Syafi’i (wafat tahun 891 H.).
2.      Syeikh Ahmad bin Utsmaan bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdillah Al-Karmaani Al-hanafi (wafat tahun 835 H.) dikenal dengan Syihabuddin Abul Fathi Al-Kalutaani seorang Muhaddits.
3.      Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hasan Al-Anshari Al-Khazraji (wafat tahun 875 H.) yang dikenal dengan Al-Hijaazi.
4.      Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshari wafat tahun 926 H.
5.      Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abu bakar bin Utsmaan As-Sakhaawi Asy-Syafi’i wafat tahun 902 H.
 Ibnu Hajar al-Asqalani wafat pada malam sabtu tanggal 28 Dzulhijjah tahun 852 H. Beliau wafat sekitar umur 79 tahun.
Ibnu Hajar al-Asqalani telah menulis beberapa kitab diantaranya adalah:
1. Fathu al-Bariy Syarh Shohih Bukhariy
2. Al-Ishobah
3. Tahdzib al-Tahdzib serta Taqrib al-Tahdzib
4. Ta’jil al-Manfa’ah bi al-Rijal al-Arba’ah wa Musytabih al-Nisbah
5. Talkhis al-Khabir fi Takhrij Ahadits al-Rafi’i
6. Takhrij al-Mashabih
7. Ibnu al-Hajib
8. Takhrij al-Kasysyaf
9. Ittifaq al-Marrah wa al-Muqaddimah
10. Badzlu al-Ma’un
11. Bulugh al-Maram fi Adillah al-Ahkam[1]
        
         B. Gambaran mengenai Kitab Taqrib at-Tahdzib
1.   Sejarah Penyusunan
Sejarah penyusunan kitab Taqrib al-Tahdzib menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, kitab ini adalah salah satu mukhtasar (ringkasan) dari kitab al-Kamal fi Asma’ al-Rijal karya al-Imam al-Hafidz Abu Muhammad ‘Abdul al-ghaniy bin ‘abdu al-Wahid al-Maqdisiy (wafat 600 H). Sebenarnya kitab al-Maqdisiy dikatakan pada pengantar Taqrib at-Tahdzib adalah kitab pertama yang membahas secara khusus dalam bidang ilmu rijal ini. hanya saja kitab ini terlalu memperpanjang pembahasan tentang sejarah rawi. Kemudian al-Hafidz Abu al-Hajjaj Yusuf bin Abd al-Rahman al-Miziy mengeditnya dalam kitab Tahdzib al-Kamal.
Para ulama kemudian mengedit lagi kitab ini. Sebagian kitab editan itu adalah kitab yang ditulis oleh al-Dzahabiy yaitu Tahdzib Tahdzib al-Kamal. Ada lagi yang ditulis oleh Ibnu Hajar yaitu Tahdzib al-Tahdzib. Di dalamnya diringkas menjadi hanya yang berkenaan dengan jarh dan ta’dil dari kitab asli Tahdzib al-Kamal. Kemudian Ibnu Hajar meringkas Tahdzib al-Tahdzib menjadi kitab yang sedang kita bahas ini yaitu Taqrib al-Tahdzib.
Faktor penyususnan dari kitab Tahdzib al-Tahdzib menjadi ringkasan Taqrib al-Tahdzib karena kitab Tahdzib itu terlalu panjang dalam pembahasan sejarah para rawi dan masih terdapat banyak pendapat-pandapat para ulama yang berbeda kemudian Ibnu Hajar meringkasnya agar lebih mudah dipelajari. Faktor lain  karena para sahabat juga meminta kapada Ibnu Hajar untuk meringkasnya ,
Adapun perbedaan antara kitab Tahdzib al-Tahdzib dengan kitab Taqrib al-Tahdzib yaitu:
Ø  Kitab  Taqrib at-Tahdzib::
1.      tidak ditulis gurunya,
2.      tidak disebutkan nama-nama muridnya,
3.      tidak ada pendapat kualitas ,
4.      tidak ada keterangan.
Ø  Kitab Tahdzib at-Tahdzib:
1.      Ada tulisan gurunya,
2.      Ada nama-nama muridnya ,
3.      Ada para pendapat ulama,
4.      Ada cerita riwayatnya (hidup dan meninggalnya).
Dalam mukadimah Taqrib al-Tahdzib disebutkan bahwa faktor dikarangnya kitab ini karena permintaan sebagian sahabatnya agar ia mengkhususkan pada kitab tersendiri menuls para rawi yang dibiografikan dalam Tahdzib at-Tahdzib. Awalnya permintaan mereka tidak diterima. Kemudian setelah beliau melihat segi positif dibalik permintaan ini beliau menerimanya.[2]

2.      Metode Penyusunan
Sebagaimana yang dituliskan dalam muqoddimah-nya, Ibn Hajar meringkas banyak bagian dari Tahdzib al-Kamal yang berupa menonjolkan penjelasan tentang  jarh dan ta’dil-nya saja dan membuang penjelasan lain yang dianggap bertele-tele seperti hadits-hadits yang tidak memiliki keterkaitan. Ibn Hajar tidak membuang atau meringkas biografi yang terlalu pendek .
Menurut bahasa al-jarh artinya cacat. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan “sifat jelek”  yang melekat pada periwayat hadis, seperti pelupa,pembohong, dan sebagainya. Apabila sifat itu  dapat di kemukakan maka dikatakan bahwa  periwayat tersebut cacat. Hadist yang dibawa oleh periwayat semacam ini di tolak, dan hadisnya dinilai lemah (dhoif).
Ta’dil menurut bahasa artinya menilai adil kepada orang lain. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan sifat baik yang melekat pada periwayat,seperti kuat hafalan,terpercaya,cermat dan lain sebagainya. Orang yang mendapat penilaian seperti ini disebut  adil,sehingga hadist yang dibawanya dapat di terima sebagai dalil agama. Hadistnya dinilai shahil. Sesuai dengan fungsinya sebagai sumber ajaran islam, maka yang di ambil adalah hadist shahih.
Kitab Tahdzib al-Tahdzib ini dimulai dengan abjad hamzah dengan perawi bernama Ahmad dan dengan huruf mim yang namanya Muhammad. Jika perawi memiliki nama kunyah atau nama aslinya telah dikenal atau tidak diperdebatkan maka akan dicantumkan dalam kelompok nama asli dan ditulis lagi dalam kelompok kunyah. Sedankan jika nama aslinya tidak diketahui atau masih diperdebatkan maka dimasukkan dalam kelompok nama kunyah dan ditulis ulang dalam kelompok nama asli.
Dalam menyusun kitab rijal ini, beliau menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Menempatkan keterangan-keterangan yang benar dalam penyusunan kitab ini, dengan merujuk kepada sumber-sumber lain dalam bidang ilmu rijal ini yang disusun dan dicetak memudahkan.
2.      Disebutnya semua biografi yang terdapat pada Tahdzib at-Tahdzib tidak dibatasinya hanya pada biografi para rawi kitab-kitab hadits yang enam seperti yang dilakukan oleh Adz-Dzahabiy dalam Al Kasyif sebagaimana ia susun biografi itu berdasar urutan yang dibuatnya sendiri pada Tahdzib Tahdzib al-Kamal
3.      Ditulisnya rumus-rumus yang pernah dicantumkan sendiri pada Tahdzib at-Tahdzib. Bedanya kitab ini berbeda dengan rumus Sunan yang empat jika rumus-rumus itu kebetulan sama.
4.      Dalam mukaddimah disebutkannya urutan para rawi. Dibatasinya mereka menjadi dua belas tingkat. Disebutnya lafadz-lafadz al Jarh wa at ta’dil yang masing-masing mempunyai lawan kata. Bagi perujuk kitab ini hendaknya memperhatikan tingkatan-tingkatan ini dan lafadz-lafadz lawannya sehingga tidak keliru. Karena mungkin saja, sebagian istilah digunakannya terminology khusus pada kitab ini. 
5.      Dalam mukaddimah kitab itu disebutkan juga thobaqat para rawi yang biografinya ditulis dibuat dua belas thobaqat juga. Sebelum merujuk (menggunakan) kitab ini selayaknya diketahui thobaqat-thobaqat tersebut hingga perujuk dapat mengetahui terminologi khusus versi Ibnu Hajar dalam kitab ini.
6.      Pada resume ini, ditambahkannya satu pasal di akhir kitab yang berhubungan dengan penjelasan kaum wanita shohabiyah yang masih samar berdasarkan urutan orang yang meriwayatkan dari mereka pria atau wanita.[3]
v  Kelemahan dari kitab Taqrib at-Tahdzib:
1.      Terkadang masih mencantumkan  pembahasan yang panjang lebar mengenai seorang rawi dan tidak ada data yang jelas sebagaimana diharapkan dalam muqoddimahnya.
2.      Dalam mengkaji atau menggunakan Tahdzib dirasa  masih ditemui kesulitan.
3.      Banyak terjadi seleksi dalam penulisan karena sebagaimana  diakui kitab ini merupakan  ringkasan kitab sebelumnya.
v  Kelebihan dari kitab Taqrib at-Tahdzib:
1.      Kitab ini disusun menggunakan urutan abjad sehingga seikit memudahkan pencarian rawi
2.      Ada bab yang khusus mengelompokkkan rawi berdasarkan kunyah-nya baik rawi laki-laki maupun perempuan.
3.      Ada bagian atau bab yang secara khusus  mengelompokkan rawi wanita.
4.      Jilid terakhir merupakan daftar isi yang memudhakan pencarian.

3.      Jumlah nama perawi dalam kitab Taqrib at-Tahdzib
Jumlah perawi yang ditulis dalam kitab Taqrib at-Tahdzib adalah berjumlah 8791 perawi.

B.     Daftar Isi Kitab Taqrib al-Tahdzib
Ø  Jumlah Bab
الجزء الأول
حرف الألف
حرف الباء الموحدة
حرف التاء المتناة
حرف الثاء المثلثة
حرف الجيم
حرف الحاء المهملة
حرف الخاء المعجمة
حرف الدال
حرف الذال المعجمة
حرف الراء
حرف الزاي
حرف السين المهملة
حرف الشين المعجمة
حرف الصاد
حرف الضاد المعجمة
حرف العين[4]
الجزء الثاني
حرف القاف
حرف الميم
باب الكنى
باب من نسب إلى ابيه
باب الأ نساب
باب في النساء

Ø  Contoh satu bab beserta sub babnya






C.    Contoh Satu Perawi dari Taqrib al-Tahdzib


Ø  Identifikasi Perawi dari Taqrib al-Tahdzib
(Nama Perawi)
1
2
3

4
5

Keterangan:
1.  Mengenai identitas perawi; nama lengkap, nasabnya, asal daerah, dan lain-lain.
2.  Mengenai ( الجرح والتعديل ) : Kualitas perawi
3.  Mengenai tingkatan generasi ( الطبقة )
4.  Mengenai tahun kematian dan umur
5.  Kode keberadaan hadits-hadits yang diriwayatkannya.


Kode-kode yang digunakan diatas adalah:
   : Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh perawi tersebut berada dalam Shohih Bukhori.
   : Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh perawi tersebut berada dalam Shohih Muslim.
   : Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh perawi tersebut berada dalam Sunan Abi Dawud.
    : Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh perawi tersebut berada dalam Jami’Tirmidzi
     : Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh perawi tersebut berada dalam Sunan Nasa’i
Ø  Kualitas perawi
Hadits yang diriwayatkan oleh perawi ini dihukumi Shohih.[5]


















BAB III
PENUTUP

            KESIMPULAN
            Al-hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani mempunyai nama lengkap  Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Asqalani Al-Mishri. Ia dilahirkan tanggal 12 Sya’ban tahun 773H dipinggiran sungai Nil di Mesir Kuno.
            Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis kitab hadist yang sangat terkenal yaitu kitab Tarib al-Tahdzib,kitab Taqrib at-Tahdzib ini adalah salah satu  mukhtasar (ringkasan)dari kitab al-kamal fi Asma’al-Rijal karya al-Iman al-Hafidz Abu Muhammad ‘Abdu al-Ghaniy bin ‘Abdu al-wahid al-Maqdisiy (w.600 H.) kitab ini disusun secara alfabetis,yakni tersusun dari hamzah sampai ya’.
Adapun metode penyusunannya yaitu Ibnu Hajar meringkas banyak bagian dari Tahdzib al-Kamal yang berupa menonjolkan penjelasan tentang  jarh dan ta’dil-nya saja dan membuang penjelasan lain yang dianggap bertele-tele seperti hadits-hadits yang tidak memiliki keterkaitan.Namun Ibnu Hajar tidak membuang atau meringkas biografi yang terlalu pendek .



[1] Ahmad Ali bin Hajar al-Asqalani, Taqrib al-Tahdzib, Jilid 1 (Libanon : Darul Kitabul Ilmiyah, 1993), hlm.11
[2] Dilanz, 2013, Kitab Taqrib at-Tahdzib, http://mydiaeln.blogspot.com/2013/02/kitab-taqrib-at-tahdzib-karya-ibn-hajar.html, diakses 26/02/2013
[3] Op. Cit hal.18
[4] Ahmad Ali bin Hajar al-Asqalani, Op. Cit., hlm. 779
[5] Arif Chasanul Muna, Qanunul-Fikr Li Dirasati ‘Ulumil-Hadits, ( Pekalongan: 2009), hlm. 24

0 komentar

Posting Komentar