Diberdayakan oleh Blogger.

pencarian

Total Tayangan

Post Populer

Blogger templates

Blogroll

Rabu, 11 Maret 2020

MAKALAH STUDI TENTANG POTRET SISTEM PENDIDIKAN DI MESIR


MAKALAH
STUDI TENTANG POTRET SISTEM PENDIDIKAN
 DI MESIR
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebgai Mesir adalah sebuah Negara yang sebgaian wilayahnta terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah sekitar satu juta km2. Mesir mencakup Semenenjung Sinai  (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat daya) sedangkan sebagian wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya  disebelah barat , sudan di sebelah selatan, jalur gaza dan Israel di utara dan timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui laut tengah di utra dan laut merah di timur. Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir sungai Nil (sekitar 40.000 km2). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun sahara yang jarang dihuni.
Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebnagsaan Prancis ini memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu  Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggap Stagnan. Tokoh-tokohnya antara lain: Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Muhammad Ali Pasha.
Pada makalah ini kami akan mencoba membahas tentang potret pendididkan di Mesir.
B.       Rumusan Masalah
Dari latarbelakang  masalah yang ada, maka berikut rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1.      Bagaimana potret system pemerintahan di Mesir ?
2.      Bagaimana kondisi demografi dan potensi income negara di Mesir ?
3.      Bagaimana filsafat pendidikan dan orientasi pendidikan di Mesir ?
4.      Bagaimana kebijakan di bidang pendidikan agama di Mesir ?
5.      Bagaimana kebijakan di bidang manajemen pendidikan formal di Mesir ?
6.      Bagaimana dinamika dalam pengembangan kurikulum di Mesir ?
7.      Bagaimana pengembangan  pendidik dan tenaga kependidikan di Mesir ?
8.      Bagaimana pembiayaan pendidikan di Mesir ?

















BAB II
PEMBAHASAN
1.      Potret sistem pemerintahan
Sistem pemerintahan yang bersifat desentralisasi semenjak tahun 1979, telah memperbesar kekuasaan gubernur sebagai wakil presiden di daerah, dan ini telah mendorong keterlibatan masyarakat lebih besar dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan priorits sosio ekonomi masyarakat lapisan bawah.
Republik arab mesir mempunyai Dewan Perwakilan Rakyat yang terdiri dari 458 anggota terpilih, 10 orang diantaranya ditunjuk oleh Presiden. Kira-kira 50% anggota DPR Mesir yang terpilih berasal dari rakyat tani dan buruh. Mesir juga mempunyai ”dewan konsultatif ” dan sebuah badan yang diikenal dengan “Dewan Khusus Nasional” (National Specialized Councils) yang berfungsi membantu Presiden. Mesir dibagi dalam 26 “governorat” yang masing-masingnya dikepalai oleh seorang gubernur yang diangkat oleh Presiden. Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 1979, governorat mempunyai fungsi administratif yang penting dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, pertanian, irigasi, transformasi dan lain-lain.[1]
2.      Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara.
Mesir berpenduduk kurang lebih 67. 273.906 juta jiwa pada tahun 1997 dengan komposisi 36% berusia dibawah 15 tahun, dan 37% diatas 65 tahun. Pada tahun 1990 penduduk Mesir baru mencapai 55 juta jiwa, dan diperkirakan mencapai 70 juta jiwa pada tahun 2000.[2]
Seperti yang dilansir dalam media, Mesir merupakan negara Arab paling banyak penduduknya sekitar 74 juta orang. Hampir seluruh populasi terpusat di sepanjang Sungai Nil, terutama Iskandariyah dan Kairo, dan sepanjang Delta Nil dan dekat Terusan Suez. Hampir 90% dari populasinya adalah pemeluk Islam dan sisanya Kristen (terutama denominasi Coptic).
Penduduk Mesir hampir homogenous. Pengaruh Mediterania (seperti Arab dan Italia) dan Arab muncul di utara, dan ada beberapa penduduk asli hitam di selatan. Banyak teori telah diusulkan mengenai asal usul orang Mesir, namun tidak ada yang konklusif, dan yang paling banyak diterima adalah masyarakat Mesir merupakan campuran dari orang Afrika Timur dan Asiatik yang pindah ke lembah Nil setelah zaman es. Orang Mesir menggunakan bahasa dari keluarga Afro-Asiatik (sebelumnya dikenal sebagai Hamito-semitic).[3]
Luas wilayah negara Mesir adalah 1.315.498 KM persegi dengan posisiyang sangat strategis. Mesir terletak diperbatasan antara dua benua Asia dan benua Afrika, serta menjadi pintu masuk bagi kedua benua tersebut. Mayoritas wilayah Mesir terletak di benua Afrika dan sebagian kecilnya terletak di benua Asia, yaitu wilayah Sinai yang dalamnya terdapat Gunung Tursina, tempat Nabi Musa a.s. menerima wahyu.
Di sebelah utara Mesir terdapat laut Meditarinian (Laut Tengah) dan di sebelah timur terdapat Laut Merah. Kedua laut ini dipertemukan dengan Terusan Zuez . di sebelah barat, Mesir berbatasan dengan Libya, di sebelah selatan berbatasan dengan Sudan, dan di sebelah timur berbatasan dengan Palestina dan Israel.[4]
Daratan mesir dari utara ke selatan dibelah dua oleh sungai Nil, dan kemudian terbagi dalam dua daerah : Mesir atas dan Mesir Bawah. Kedua daerah ini kemudian dibagi dalam 26 Provinsi atau kegubernuran, 150 kabupaten, dan 808 buah kecamatan dengan luas daerah yang bervariasi.
Sebutan bagi Mesir adalah Tanah par Fir’aun dan Pyramd. Itulah sebabnya menjadi salah satu tempat kunjungan pariwisata terbesar selain Mekkah yang ramai karena karena kunjungan oleh jamaah haji. Disamping memilki potensi pariwisata, Mesir juga tergolong Negara arab yang subur. Diantra hasil pertaniannya adalah kurma, gandum, bahkan kurma dibudidayakan untuk ekspor keluar negeri yang meningkat konsusinya setip menjelang Ramadhan. [5]
3.      Filsafat pendidikan dan Orientasi Pendidikan
Sejak masa pemerintahan dinasti Fatimiyah, Mesir khususnya Kairo telah menjadi pusat intelektual Muslim dan kegiatan ilmiah lainnya. Kecenderungan para khalifah Fatimiyah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terlihat dari zaman Al-Muiz.
Keterbukaan pada pemikiran filsafat Yunani membawa pencapaian ilmiah yang tertinggi di bawah pemerintahan dinasti Fatimiyah. Mereka mengembangkan sebuah risalat yaitu Risalat Ikhwanus Safa, yang bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana cara memperoleh kebahagiaan di dunia dan masa yang akan datang.
Pada masa khalifah Al-Aziz semangat intelektual dan pengembangan kualitas pemikiran, orang Mesir mampu mengungguli negara lainnya. Al-Aziz mencoba merubah fungsi masjid Al-Azhar yang dibangun oleh Jauhar menjadi sebuah Universitas pertama di Mesir, yang merupakan waqaf dari Al-Aziz sendiri.[6]
Awalnya lembaga pendidikan Al-Azhar adalah pusat penyebaran paham Syiah. Namun, sejak Shalahuddin Al-Ayyubi berkuasa di Mesir pada tahun 1771 M, Kurikulum pendidikan Al-Azhar pun diubah dari paham Syiah menjadi paham Sunni.[7]
Selain Al-Azhar, di Mesir terdapat beberapa Univarsitas lain yaitu University of Cairo (1948), Alexandria University (1942), Ein al-Syams University (1950), Assuit University (1958) dan lainnya.
Seiring dengan  medernisasi pendidikan terus dilakukan oleh Mesir. Berbagai peraturan dan perundang-undangan dibuat untuk mengintegrasikan jenis dan sistem persekolahan yang semula otonom menjadi sistem pendidikan nasional. Menurut perundang-undangan Mesir, sistem persekolahan mengikuti pola 6-3-3-4 tahun, yakni 6 tahun disekolah dasar, 3 tahun disekolah persiapan, 3 tahun sekolah menegah dan 4 tahun di Universitas. Usia wajib belajar berlaku pada penddikan dasar 6 tahun, dari usia 6 sampai 12 tahun. Sekoalh persiapan atau Preparatori Stage yang berlangsung selama 3 tahun dan merupakan sekolh umum dilaksanakan tanpa adanya penjurusan. Sementara itu, sekolah menengah atau General condary Stage merupakan sekolah umum untuk persiapan ke perguruan tinggi. [8]
Pada tahun 1987, pemerintah Mesir menyatakan bahwa pengembangan secara ilmiah harus dilakukan dalam system pendidikan pendidikan di Mesir. Oleh sebab itu, diputuskan agar konsep struktur, fungsi dan manajemen pendidikan harus diuji ulang. Kementrian pendidikan menyatakan dengan lebih rinci tujuan utama pendidikan adalah sebgai berikut:
1.      Pendidikan dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persatuan kesempatan
2.      Pendidikan juga sebagai pembangunan bangsa secara menyeluruh, yaitu menciptakan hubungan fungsional antar produktifitas pendidikan dan pasar kerja
3.      Pendidikan juga harus diarahkan pada penguatan rasa kepemilikan individu terhadap bangsa dan penguatan atas budaya dan identitas Arab
4.      Pendidikan harus mampu mengiring mmasyarakat pada pendiidika sepanjang hayat melalui peningkatan diri dn pendidikan didri sendiri.
5.      Pendiidkan harus mencakup pengembangan ilmu dan kemampuan menulis, membca, berhitung, mempelajari berbagai macam bahasa, cipta seni juga serta pemahaman atas lingkungan.
6.      Pendidikan bertujuan pula sebagai kerangka kerjasama dalam pengembangan kurikulum dan penilaian.[9]
4.      Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama
Sasaran pendidikan bervariasi menurut tingkatan pendidikan, daerah dan program individu.[10]  Di Mesir pendidikan agama merupakan prioritas utama akan tetapi tidak mengesampingkan pendidikan umum atau modern. 
Muhammad Abduh tercatat sebagai pembaharu pendidikan Mesir terutama untuk skop lembaga pendidikan tradisionl dan keagamaan, yakniAlAzhar.
 Bagi Abduh ilmu pengetahuan modern yang berkembang di Barat bersumber dari sunnatullah atau hukum alam. Jadi, tidak bertentangan dengan ajaran islam. Menurutnya IPTEK telah menjadi sebab kemajuan umat islam di masa lampau dan merupakan factor kemjuan di dunia barat saat ini. Untuk memodernisasi kembali umat islam, iptek harus kembali dipelajari, umat islam hendaknya memperhatikan pendidikan dan iptek. Berpijak dari pola pikir demikian, Abduh menghendaki dimasukkanya beberapa disiplin ilmu modern (al-ulum al-aqliyah) dalam kurikulum Al-Azhar, seperti fisika, ilmu pasti, filsafat, sosiologi, dan sejarah. Begitu pula sebaliknya, ia menghendaki dimasukkanya pendidikan agama yang lebih intensif, termasuk sejarah kebudayaan islam ke dalam kurikulum sekolah-sekolah bentukan pemerintah.[11] 
5.      Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan Formal
Sistem pendidikan di Mesir, mempunyai struktur pararelyaitu : struktur sekuler dan struktur keaagamaan Al-Azhar. Struktur sekkuler diatur oleh kementrian pendidikan . sedangkan struktur keagamaan Al-azhar dilaksanakan oleh kementrian urusan Al-Azhar (kemetrian agama). Selain dari kedua struktur ini, ada pula jenis sekolah yang diikuti oleh sejumlah kecil anak-anak. Misalnya anak cacat masuk ke Sekolah-sekolah khusus, bagi yang ingin menjadi militer masuk ke sekolah militer.[12]
Pada saat ini system pendidikan di Mesir dibagi kedalam tiga tahapan, yaitu:
a.    Pendidikan Dasar (islamiy)
b.    Pendidikan Menengah (altsanawy)
c.    Pasca Pendidikan Sekunder (Al- taklimil jaamiiy)
        Sejak perluasan bebas wajib belajar hukum pada tahun 1981 maka diadakan peraturan baru yang isinya kurang lebih yaitu bebas biaya belajar bagi sekolah persiapan atau sekolah dasar. Sedangkan untuk perguruan tinggi atau pasca pendidikan sekunder negeri, hanya membayar biaya pendaftaran saja. [13]
Kementrian Pendidikan bertanggung jawab atas segala sesuatu untuk menjamin terselengaranya operasional sekolah dengan efisien, mulai dari pendidikan presekolah sampai pendidikan tinggi.
Kementrian Pendidikan disusun dengan organisasi pengelolaan pendidikan sebagai berikut :
1)      Kantor Dupeti Mentri . Bagian ini menyupervisi :
·         Hubungan kebudayaan dengan pihak luar
·         Perencanaan pendidikan dan tindak lanjutnya
·         Hubungan masyarakat
·         Statistik
·         Masalahmasalah direktorat
·         Koordinasi tugas-tugas supervisi
2)      Bagian Perkantoran Menteri. Tugasnya antara lain :
·         Penghubung dengan Dewan Perwakilan Rakyat
·         Pusat teknik
·         Kentor keamanan
·         Sekretarian umun dewan-dewan tertinggi negara
·         Seksi kesekretariatan
3)      Bagian Pendidikan Dasar. Kantor ini bertugas :
·         Mengawasi pendidikan dasar
·         Persiapan guru
·         Pendidikan bagi orang dewasa
·         Literasi
4)      Bagian Pendidikan Persiapan dan Pendidikan Menengah. Bertanggung jawab atas :
·         Pengawasan kedua sektor pendidikan persiapan dan pendidikan menengah
·         Koordinasi administrasi
5)      Bagian Pendidikan Teknik. Kantor ini bertanggung jawab :
·         Mengawasi pendidikan industri
·         Mengawasi pendidikan perdagangan
·         Mengawasi peralatan teknik
·         Mengawasi koordinasi administrasi
6)      Bagian Pelayanan Pendidikan. Bagian ini bertanggung jawab :
·         Mengawasi akadeni-akademi militer
·         Mengawasi pendidikan jasmani
·         Mengawasi pendidikan sosial
·         Mengawasi hubungan keluar
·         Mengawasi ujian
·         Mengawasi koordinasi administrasi
7)      Bagian Pelayanan Umum. Kantor ini bertanggung jawab :
·         Mengawasi metode pendidikan
·         Mengawasi makanan
·         Mengawasi soal-soal hukum
·         Mengawasi masalah-masalah kantor
8)      Bagian pengembangan Administrasi. Kantor ini bertugas :
·         Mengawasi organisasi
·         Mengawasi pelatihan
·         Mengawasi personalia
Mentri bersidang dalam waktu-waktu tertentu dengan dewan-dewan yang berada dibawah kesekekretariatan da sejumlah dewan-dewan lain. Mentri juga memimpin sidang Dewan Tertinggi Universitas yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pembuatan kebijakan.[14]
6.      Dinamika dalam Pengembangan Kurikulum
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum ini terdiri dari konsultan. Supervisor, para ahli, para professor pendidikan dan guru yang berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran, dan ketua-ketua ini diundang rapat sehingga segala keputusan dapat dikoordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Pra-Universitas yang secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan aturan, kurikulum dapat diubah dan disesuaikan kondisi setempat.
Pusat penelitian pendidikan nasional bertanggung jawab mengumpulkan informasi mengenai materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan mengenai implementasinya di lapangan. Ada berbagai cara untuk terjaminnya relevansi dan dimensi program baru. Ada berbagai pusat latihan, sekolah percobaan dan sekolah percontohan yang berguna untuk pembaharuan kurikulum serta perbaikan metode mengajar. Garis besar kurikulum ditentukan oleh sebuah tim kecil untuk menulis buku teks. Buku teks menurut kurikulum tidak persis sama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga, dan perlengkapan lainnya serta kualitas guru. Terkadang masih bertentangan dengan yang digariskan dalam kurikulum, kebanyakan pengajaran masih berorientasi verbal.
Pada level pendidikan tinggi lebih banyak kebebasan dalam menyusun kurikulum dan dalam pemakaian buku teks. Faktor-faktor seperti kelas yang selalu menjadi bertambah besar dan kurangnya peralatan serta fasilitas lainnya cenderung  menurunkan standar yang dicapai oleh mahasiswa.[15]      
7.      Pengembangan  Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Sistem pendidikan Mesir mengalami benyak kelemahan, di antaranya, kekurangan guru yang memenuhi kualifikasi, program-program yang tidak mencukupi jumlahnya, tingginya tingkat putus sekolah (dropouts), gedung-gedung sekolah yang tidak cukup jumlahnya , dan rasio murid-murid yang masih tinggi. Disamping itu, pengangguran cenderung meningkat yang dialami oleh lulusan pendidikan menengah dan perguruan tinggi.
Upaya negera Mesir untuk memperoleh manfaat kemajuan teknologi dunia sering menjadi berantakan karena masih banyaknya rakyat yang buta huruf. Masalah ini mengandung bnyak dimensi, antar lain, sumber daya, gedung, bantuan untuk guru-guru, kurikulum dan sebagainya.
Pendidikan juga menghadapi kenyataan bahwa guru tak lebih menyampaikan informasi, dan murid sebagai penerima informasi yang pasif.  Seharusnya murid, siswa, dan mahasiswa dikembangkan menjadi pribadi-pribadi yang positif, mandiri yang mampu berpikir kreatif dan efektif.[16]
Kementrian  pendidikan mempunyai hampir 2000 staf pendukung, biasanya dipilih  dengan cermat. Pada  umumnya, yang dipilih adalah mereka yang telah menunjukkan keterampilan mengajar yang sangat baik. Metode dan prosedur penilaian yang rinci digunakan  untuk keperluan  alokasi dan promosi melalui rapat-rapat yang dilakukan secara regular serta melalui jalur-jalur komunikasi lainnya. 
Pendidikan guru saat ini dilaksanakan di universitas dengan masa belajar selama 4 tahun sebagai pendidkan paling rendah untuk menjadi guru sekolah dasar dan sekolah menengah. [17]
8.      Pembiayaan Pendidikan
Peningkatan jumlah guru dan sekolah, perbaikan peralatan dan kenaikan harga (termasuk kenaikan gaji) telah menyebabkan kenaikan belanja pendidikan. 23 juta pound mesir (US$77 juta) yang dianggarkan pada tahun 1952 naik menjadi E126 juta pound (US$420 juta) tahun 1969. Pada periode yang sama investasi masyarakat pada pendidikan meningkat dari E2,5 juta pound (US$8,4 juta) menjadi E33,3 juta pound (US$111,2 juta). Sesudah tahun 1970, alokasi dana untuk pendidikan mulai meningkat dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan alokasi sebelumnya.
Mesir menerima bantuan dari Bank Dunia, UNICEF, UNESCO dan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, German, Kerajaan Inggris (UK) dan negara-negara Arab. Walaupun jumlah bantuan itu cukup itu cukup besar, namun masih banyak lagi yang harus dicapai dalam bidang pendidikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi manajemen dan belanja pendidikan.
Sistem pendidikan saat ini mempertimbangkan sekolah persiapan (sekolah menengah pertama) sebagai jenjang terakhir untuk wajib belajar. Ini berarti peningkatan biaya. Gaji guru-guru pada semua level pendidikan telah naik begitu besar antara tahun 1981 dan 1988 dibandingkan kenaikan sebelumnya.[18]
Sejak perluasan bebas wajib belajar hukum pada tahun 1981 maka diadakan peraturan baru yang isinya kurang lebih yaitu bebas biaya wajib belajar bagi sekolah persiapan atau sekolah dasar. Sedangkan untuk perguruan tinggi atau pasca pendidikan sekunder negeri, hanya membayar biaya pendaftaran saja.
Perguruan tinggi swasta di mesir juga menerima dana negara dan tidak hanya tergantung pada sumber daya mereka yaitu dari yayasan dan masyarakat. Namun uang sekolah dan biaya lain-lain untuk pendidikan relatif mahal jika dibandingkan dengan sekolah negeri, yaitu mulai dari $ 2000.
Perguruan tinggi swasta di mesir juga mnerima dana negara dan tidak hanya tergantung pada sumber daya mereka yaitu dari yayasan dan masyarakat. Namun uang sekolah dan biaya lain-lain untuk pendidikan relatif mahal jika dibandingkan dengan sekolah negeri, yaitu mulai dari $ 11.000 per semester.[19]

BAB III
PENUTUP
Mesir Merupakan Negara yang Sistem pemerintahan bersifat desentralisasi. Pemerintahan yang tertata rapi yang memiliki potensi besar mengembangkan pendidikan. Letak Mesir yang strategis,  berada di antara benua Asia dan benua Afrika yang menjadi pintu masuk bagi kedua benua tersebut. Income negara yang diterima dari para wisatawan, hasil pertanian, dan hasil minyak bumi, serta kebijakan–kebijakan yang diterapkan di Mesir, mampu memberikan perubahan yang besar khususnya perkembangan dibidang pendidikan.
Dalam beberapa hal pendiidkan di Mesir dan Indonesia mempunyai sedikit persamaan, misalnya pendidikan umum yang ada di Mesir, dikembangkan dari tingkat Taman kanak-kanak, kemudian sekolah dasar , sekolah persiapan setingkat (SMP), sekolah lanjutan tingkat SMA, dan perguruan tinggi. Negara mesir juga memberlakukan wajib belajar 9 tahun dan bahkan ada beberapa sekolah yang dikelola pemerintah bebas biaya pendidian. Kebijakan ini diberikan untuk membuka kesempatan pendidikan bagi  semua anak usia sekoah khususnya bagi keluarga yang kurang mampu








DAFTAR PUSTAKA

al-Katani, Abdul Hayyie. 2009. Studi in Islamic Countries: Panduan Lengkap Kuliah di Negara-negara Islam, Cet. I . Jakarta: Gema Insani
Arifin, H. M. 1991.  Ilmu Perbandingan Pendiidikan. Jogyakarta: Andi Offset
Assegaf, Abd. Rachman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media
Binti Maimunah. 2011. Perbandingan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sukses Offset.
Syah Nur, Agustiar. 2001Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Ed. I Bandung : Lubuk Agung.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir , diakses pada tanggal 10 Maret 2015, pukul 14:53 WIB.



[1]  Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Ed. I (Bandung : Lubuk Agung, 2001), hlm. 227
[2] Ibid.,
[3]  http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir , diakses pada tanggal 10 Maret 2015, pukul 14:53 WIB.
[4]  Abdul Hayyie al-Katani, Studi in Islamic Countries: Panduan Lengkap Kuliah di Negara-negara Islam, Cet. I (Jakarta: Gema Insani, 2009), hlm. 21.
[5] Ibid., hlm. 225-227
[6]  Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Cet. I (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 87.
[7]  Abdul Hayyie al-Katani, Op.Cit., h. 25
[8]  Abd. Rahman Assegaf , Op.Cit., h.62-63.
[9] Ibid., hlm. 228
[10] Arifin, H. M, Ilmu Perbandingan Pendiidikan (Jogyakarta: Andi Offset, 1991) hlm. 37  
[11] Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2003) hlm. 59-60
[12] Agustiar Syah Nur,Op. Cit., hlm. 229
[13] Binti Maimunah, Perbandingan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011) hlm. 89-90
[14] Agustiar Syah Nur, Op.Cit., h. 232-233.
[15] Agustiar Syah Nur,Op. Cit., hlm. 235-236

[16] Ibid, h. 237-238
[17] Ibid.,hlm. 234-235
[18] Ibid, h. 233-234
[19] Binti Maunah, Op.cit, h. 90-91

0 komentar

Posting Komentar